Darimanakah kita Memulai Pendekatan? - untuk Motivasi Berubah-ubah pada Kalbu yang tidak Kokoh
Sebelumnya, kita kutip kembali dari postingan Bagaimana Perilaku Belajar dengan Menulis agar Mudah dilakukan? Yaitu, berupa mengajukan Pertanyaan Peretasan,
"Bagaimana caranya aku bisa membuat perilaku ini lebih mudah dilakukan?"
Ada 3 jawaban.
✓ Meningkatkan keterampilan kita (trik dari dalam diri kita)
✓ Mendapatkan peralatan dan sumber daya (trik dari konteks luar diri kita)
✓ Membuat perilaku tersebut kecil (trik oportunitis - hitung-hitungan - sesedikit mungkin energi)
Desain Perilaku adalah sistem banyak jalur, jadi itu semua tergantung kondisi kita. Jika memungkinkan melakukan ketiga-tiga pendekatan itu adalah cara terbaik. Namun, kita masih bisa tidak harus melakukannya semua.
✓ Periksa tingkat motivasi kita. Apakah termasuk;
- Motivasi yang Kokoh (Kalbu dipenuhi ketakwaan),
- atau Motivasi yang Berubah-ubah (tidak kokoh - Kalbu pertentangan Buruk VS Baik),
- atau bahkan Motivasi yang Buruk (terkhusus pada Kalbu yang Ternoda, jika masih sering terjerembab pada perbuatan buruk - memiliki sifat buruk). Dalam rangka menghilangkan kebiasaan buruk, atau menggantinya dengan kebiasaan Baik.
✓ Biasanya telah kita ketahui sebelumnya, bahwa mayoritas kita memiliki Motivasi Berubah-ubah. Nah, ketika saat Motivasi naik menjadi tinggi, bisa dengan cara;
- Memperoleh Keterampilan, dan atau
- Mendapatkan Peralatan dan Sumber Daya.
Hal-hal seperti itu terkadang sulit dilakukan sehingga butuh saat Motivasi naik.
✓ Lalu, ketika Motivasi rendah atau turun, dan seringnya ini yang terjadi.
- Karena kalbu yang tidak kokoh kita ini, lebih cenderung mengajak kepada keburukan dahulu (adanya hawa nafsu buruk, lalu diperkuat dengan dihembus-hembuskan was-was oleh setan),
- baru kemudian kita lawan dengan ajakan kepada kebaikan (dengan adanya pertolongan Allah ta'ala dengan dikirimnya bantuan ajakan tentara malaikat kepada kebaikan).
Tentang hal tersebut di atas, dinyatakan Ibnu Qudamah al-Maqdisi pada Pasal bagaimana kekokohannya kalbu pada kebaikan dalam karyanya Mukhtashar Minhajul Qashidin. Untuk melihat referensi tentang hal tersebut bisa TAP /KETUK di sini
- Maka, bisa kita bantu dari sisi luar yaitu Variabel Kemampuan, dengan menjadikan Perilaku Kecil (Langkah Pembuka dan Mengurangi).
Dari sini, kita ketahui yang paling krusial adalah ketika Motivasi turun, dan yang kita lakukan adalah Menjadikan Perilaku Kecil, yakni dengan 2 langkah: Langkah Pembuka dan Mengurangi.
Jika membentuk kebiasaan,
Jika membentuk kebiasaan,
- kesederhanaanlah adalah pemenangnya.
- Segala sesuatu yang besar dimulai dari kecil.
- Semua hal, jika sederhana dan terfokus dilakukan, hal itu akan tertanam kuat dalam kehidupan kita.
- Setelah itu, baru kita bisa menambah besarannya sedikit demi sedikit ketika kebiasaan itu menjadi kebiasaan yang solid.
Jika tidak demikian,
- kita akan merasa kewalahan, takut, kurang percaya diri,
- dan seakan-akan ada sesuatu perlawanan yang misterius.
- Namun, jika itu dimulai dari kecil akan mengubah itu semua, mudah dan menikmati keberhasilan.
- Dengan setiap keberhasilan, rasa takut berkurang,
- dan proses perubahan tak terasa terlalu berat,
- bahkan lebih menyenangkan.
Kita pun dapat menerapkan pendekatan ini terhadap seluruh kebiasaan yang lain, bukan hanya perilaku belajar dengan menulis saja.
Begitu banyak dinamika,
Begitu banyak dinamika,
- hubungan antar anggota dalam suatu keluarga terjadi ketegangan suasana, dan berujung meledak,
- akibat menganggap memanipulasi Motivasi merupakan kunci bagi perubahan perilaku.
- Bahkan, terjadi juga pada skala lebih besar lagi, yakni pada pendidikan anak-anak dan remaja yang kita telah mengerti bahwa, mereka masih memiliki Kalbu yg belum Kokoh terhadap keimanan.
- Yang akhirnya terbawa sampai dewasa, betapa Kalbunya masih Goncang terhadap keimanan, karena pembentukan karakter hanya terfokus pada pemotivasian, larangan-larangan, dan ancaman-ancaman (baca: omelan-omelan) ketika masa anak-anak.
- Tanpa atau kurang melengkapi di bidang Kemampuan dan Pemicu-pemicunya dari sisi luar.
- Berupa dari sisi memberi fasilitas-fasilitas yang menarik dan teratur untuk kemudahan-kemudahan kemampuan dalam ketaatan pada kebaikan, seperti;
- Langkah Pembuka, berupa persiapan-persiapan jauh-jauh hari, contohnya; persiapan perlengkapan belajar, persiapan alat-alat dalam kegiatan kebaikan walaupun belum saat itu juga dilakukan, dan sebagainya.
- dan Kebaikan dalam bentuk kecil tetapi berkesinambungan, contohnya mengulang-ulang atau murajaah pelajaran sedikit demi sedikit, mudah dan ringan tetapi setiap hari, di rumah.
- Tentu hal seperti di atas ini, mesti dilakukan lebih dahulu secara konsisten oleh wali anak atau orang tua terlebih dahulu, belajar setiap hari walaupun sedikit. Agar menjadi contoh dan suri tauladan bagi anak. Karena pendidikan yang paling mudah bagi kalbu yang lemah bagi anak-anak adalah: meniru.
- dan Pemicu-pemicunya yang pernah dirincikan secara global pada Suplemen postingan Mengubah Sifat Buruk menjadi Sifat Baik - Trik Manipulasi Kemampuan. Untuk melihat bisa TAP /KETUK > di sini.
Namun, kini kita tahu:
kesederhanaan secara konstanlah yang mengubah perilaku.
Para Ulama Salaf pun untuk dirinya sendiri, - yang kita tak meragukan jenis Kalbu mereka termasuk yang Kokoh - dalam mengadakan pengobatan terapi kalbu yang berpenyakit, selalu melalui dua jalur jalan;
- Jalur dalam dengan: mengilmui tentang obat penyakit kalbu terkait,
- dan dengan jalur luar dari sisi: amalan (perbuatan lahiriah) atau sisi Kemampuan fisik.
- Untuk sementara membantu menaikkan keimanan dari sisi ketaatan amalan lahiriah, yakni dari luar tubuh kita.
Sebuah kisah, tentang Langkah Pembuka
Langkah-langkah Pembuka juga bisa diterapkan untuk hal-hal yang tak perlu dijadikan kebiasaan.Belum lama ini, aku mendapat tugas memeriksa hasil tulisan para pelajar di suatu institusi pendidikan pondok pesantren.
Detail tugasnya hanya melihat apakah mereka telah melakukan latihan menulis dengan menyalin dari buku terjemahan Islam yang mesti mereka lakukan setiap hari. Dan, telah ada lembar monitor berupa tabel harian, yang mereka harus tandai jika telah menulis hari terkait. Hanya saja yang mesti aku periksa tulisan-tulisan pelajar berjumlah 4 kelas, yakni kisaran 140 tulisan pelajar.
Jadi, akupun menunda-nunda, walaupun itu bukan terlihat suatu perilaku yang sulit dilaksanakan. Apalagi jumlah tersebut masih terbagi 4 kelas, tentu hasil periksa tulisan bisa dibawa pada hari-hari yang berlainan sesuai jadwal kelas masing-masing.
Ini adalah contoh yang konkret akan hal-hal yang membuat kita merasa "bodoh" karena menunda-nundanya, dan itu tetap aku hindari.
Hal sangat penting perlu diingat dalam menunda-nunda pekerjaan adalah:
Persepsi yang salah tentang kesulitan, boleh jadi itu adalah kesulitan yang sebenarnya.
Selain itu, setiap satu hari aku tidak melaksanakannya, tugas itu semakin besar, semakin berat, dan semakin membebani otakku. Tentu saja, sama saja itu akan menjadikan tugas itu semakin sulit.
Nah, sebelum aku semakin terjerumus dan tenggelam dalam pusaran kepalaku itu, aku berusaha menemukan Langkah Pembuka:
Aku cuma meletakkan hasil-hasil tulisan para pelajar itu di atas meja tamu, di ruang tamu.
Toh, jarang ada tamu yang datang sampai masuk ke dalam ruangan. Biasa yang bertamu dan mau masuk ke ruang tamu untuk dipersilakan adalah tamu dari luar kota, dan itu sangat jarang.
Aku berkata kepada diriku sendiri, "Yang perlu aku lakukan hanya meletakkan hasil-hasil tulisan itu di atas meja. Itu saja."
Dengan menurunkan derajat tantangan, aku mampu meretas pikiranku. Meletakkan hasil-hasil tulisan tidak terasa mengintimidasi, tentu saja aku sanggup melakukannya.
Begitu aku telah melakukannya, serta merta aku telah mengambil satu langkah menuju menyelesaikan perilaku tersebut, lalu aku mengambil satu hasil tulisan dan memeriksanya. Selanjutnya tulisan kedua, ketiga, ke empat, dan seterusnya, tanpa terasa tak tersisa hasil tulisan pelajar, untuk satu kelas.
Coba, renungkan;
Berapa banyak tugas sepele yang tidak kita ingin lakukan, telah menyumbat otak kita saban hari?
Mereka mampu memicu kelelahan mental.
Mengambil langkah pertama,
- Langkah Pembuka tak peduli sekecil apapun,
- itu sanggup menciptakan perasaan, bahwa kita mengalami kemajuan
- yang sangat disukai pikiran kita.
Menyelesaikan tugas-tugas,
- memberikan kita suntikan kepercayaan diri,
- dan tentu saja meningkatkan motivasi kita
- untuk melakukan keseluruhan perilaku tersebut,
- sampai selesai tanpa terasa.
Pada bab berikutnya, kita akan membahas Variabel perilaku berikutnya yakni adalah Pemicu. Dan, kita telah tahu di awal tak ada perilaku tanpa suatu Pemicu. Pemicu adalah suatu isyarat agar kita bertindak. Mereka bagaikan percikan pemantik yang menyalakan api. Pemicu yang mudah, yang telah ada di keseharian kita, sesuatu yang tak terlalu butuh waktu, upaya atau bahkan uang. Tentu itu sederhana juga.
***
Posting Komentar untuk "Darimanakah kita Memulai Pendekatan? - untuk Motivasi Berubah-ubah pada Kalbu yang tidak Kokoh"
Posting Komentar