Widget HTML #1

#38 Fase 2.4. - Mendesain untuk Menghentikan Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk - Trik Manipulasi Motivasi

Mengurangi Motivasi

          Jika utak-atik Pemicu dan Kemampuan tidak menyelesaikan dalam menghentikan kebiasaan buruk atau sia-sia, maka kita akan coba untuk Memanipulasi Motivasinya. Misalkan:

Membuat blog atau channel Telegram pribadi, 
  • akan mengurangi motivasi buka-buka medsos lainnya seperti FB, Instagram atau Twitter.  
  • Sehingga motivasi untuk membuka-membuka dan melihat komen yang kurang manfaat berkurang,  
  • berganti dengan kesibukan posting konten di blog atau channel Telegram pribadi.  
  • Hanya saja blog lebih dianjurkan karena lebih terdeteksi search engine.
✓ Pergi istirahat malam hari lebih awal akan mengurangi motivasi untuk menekan tombol alarm "snooze" (akan berbunyi lagi dengan jeda waktu tertentu), 
  • sehingga kita bisa langsung bangun untuk kegiatan kebiasaan baik sebelum adzan Subuh, tanpa menyetel alarm dengan mode "snooze". 
  • Tombol "snooze" justru menjadi bumerang bagi tubuh yang belum segar ketika alarm berbunyi, tentu saja kita akan mematikan alarm, lalu tidur lagi 
  • Dalam benak kita, ketika bangun - dan mungkin sekali ada hembusan setan - berkata di dalam kalbu, "Duh, badan masih capek, matiin dulu aja alarmnya, toh nanti bunyi lagi, aman!"  
  • Ternyata, setelah alarm berbunyi kembali dengan jeda waktu yang kita telah "setting", kita akan mematikannya kembali dan tidur lagi, terus-menerus begitu, tiba-tiba adzan Subuh berkumandang. Allah Musta'an.
✓ Bisa juga dengan mengubah layar HP menjadi hitam putih untuk sementara, ketika kita sebelum memulai aktivitas belajar kita. Saat kita tak melihat warna-warni sumringah di layar gawai kita, menjadi kurang menarik dan tidak terlalu memotivasi pikiran kita untuk membukanya.

✓ Cobalah kita berkreasi kita, membuat momen-momen agar motivasi untuk perilaku kebiasaan sia-sia bahkan buruk mampu berkurang.

Menambah Demotivator (Penghambat Motivasi)

          Kita bisa juga memakai cara ini, hanya saja cara ini terkadang berhasil untuk beberapa kasus, tetapi terkadang pula tidak.

          Berikut, beberapa contoh perilaku dengan cara menghambat motivasi yang mungkin bisa menurunkan tingkat motivasi kita pada kebiasaan sia-sia:

  Berdoa kepada Allah ta'ala, berulang-ulang tanpa putus semangat dan selalu sangka baik kepada-Nya agar diberi taufik dan hidayah-Nya agar ditolong meninggalkan kebiasaan sia-sia, apalagi buruk.  

✓  Membaca, dan membaca kembali. Atau mendengarkan lagi, dan menuliskannya lagi dan lagi, berulang-ulang agar memprovokasi bawah sadar kita, tentang balasan Surga bagi orang yang menghargai waktu dengan mengisinya dengan konten amalan batiniah dan lahiriah kebaikan. Dan, mengingat ancaman-ancaman hukuman pedih atas orang yang melakukan kebiasaan sia-sia bahkan kebiasaan buruk. Pemotivasian demikian, - insya Allah - akan menurunkan betul-betul tingkat motivasi keburukan, bahkan diharapkan melenyapkannya.

Berjanji pada keluarga
  • kalau kita tidak akan pernah berlama-lama buka HP tanpa manfaat.  
  • Jika perlu membuat tulisannya di kertas, "Aku (akan) membuka HP pada hal yang bermanfaat saja." Kalimatnya mesti bernada positif, bukan negatif.   
  • Contoh kalimat negatif yang mesti dihindari, "Aku tidak akan membuka HP pada hal yang tidak bermanfaat." Karena sejatinya bawah sadar kita tak merekam kata yang negatif "tidak". Sehingga boleh jadi malah kita melakukan buka HP yang tak manfaat.  
  • Banyak orang memakai kata "jangan", malah yang dilarang melakukannya, karena ingin tahu akibatnya. Biasanya larangan timbul sebagai penguat, atau pelengkap belakangan setelah nasehat atau ajuran positif. 
  • Lalu, tempel di ruang yang seluruh anggota keluarga bisa membaca, misalkan di ruang keluarga, atau ruang makan.  
  • Inipun, akan membuat efek memantul (umpan balik) ke anggota keluarga lain agar tidak melakukan kebiasaan sia-sia.
Berjanji akan mendenda diri sendiri kita, jika melanggar janji di atas. Bisa kita berikan kepada istri, asal dipergunakan hal yang bermanfaat terkait belajar ilmu syar'i. Adapun nilainya menyesuaikan kebutuhan, yang penting nilai yang kita rasakan, ketika kita keluarkan terasa berat bagi diri kita. Karena jika denda atau hukuman tidak terasa berat, niscaya tak akan menimbulkan efek jera.

Mengingat-ingat kembali, bahwa; 
  • meninggalkan keburukan berupa; bersitan-bersitan,  
  • apalagi meninggalkan tekad kuat buruk, akan dijanjikan pahala kebaikan.  
  • Lebih-lebih lagi jika itu sudah suatu kebiasaan buruk berupa perbuatan, meninggalkannya lebih besar pula pahalanya,  
  • karena besarnya ganjaran itu sesuai kesulitan dalam melakukannya.  
  • Semua itu akan menjadi nutrisi bagi Motivasi dan Iman menuju kebaikan, dan tentu saja mengurangi atau bahkan melenyapkan motivasi keburukan.
Visualisasikan betapa menderitanya hidup kita, jika kita membuang-buang waktu hanya membuka HP tanpa manfaat. Mungkin bisa kita kreatifkan dalam bentuk poster atau sketsa kartun tanpa gambar makhluk. Bisa juga ada teks-teks kata akibatnya, seperti; 
  • Waktu terbuang sia-sia dalam satu tahun = 15 menit x 365 hari = sekian jam = sekian hari kerja (8 jam kerja /hari).
  • Yang didapat dalam waktu itu, adalah hafalan sekian juz, atau menulis kalimat faedah sekian kalimat, atau membaca sekian buku, atau mendengar sekian kajian.
  • Dan, sebagainya.
          Tindakan ini tidak membahas penyebab sesungguhnya dari perilaku kebiasaan sia-sia kita. Kita hanya menambahkan Demotivator (motivasi yang bertentangan dengan motivasi kepada keburukan atau hal sia-sia) yang mungkin bisa membuat kita berhenti melakukan kebiasaan sia-sia, bahkan buruk.

          Motivasi Buruk VS Demotivator ini adalah suatu peperangan, bahkan lebih dahsyat dari pertempuran sengit. Ya memang ini pertempuran antara;
  • Demotivator, berupa Kalbu berisi Motivasi (niat) Sadar dengan Fitrah yang Baik, Watak Baik bawah sadar, dan dibantu tentara Malaikatnya Allah ta'ala, tentu atas Kehendak Allah ta'ala juga. 
VS
  • Motivasi Buruk, berupa Hawa nafsu buruk, watak buruk bawah sadar berkolaborasi pembisik-pembisik pasukan Iblis
          Peperangan, pertempuran dan pertikaian selalu menimbulkan ketegangan. Membuat kita terlihat buruk di keluarga, membuat kita bisa kehilangan uang, walaupun untuk keluarga juga atau menggores secara imajinasi di dalam kalbu kita betapa menderitanya masa depan kita.

          Demotivator pada akhirnya, bisa mendesak kita untuk mengkritik diri kita sendiri. 
  • Menimbulkan efek bertentangan. 
  • Satu sisi menurunkan motivasi untuk kebiasaan buruk dan sia-sia, 
  • di sisi lain juga menurunkan semangat baik kita, karena kita merasa rendah, lemah dan tak mampu untuk "move on"
  • Sedangkan kita sanggup berubah yang paling efektif dengan merasa senang, bukan merasa bersalah.
          Jadi, maksudnya bagaimana?

          Pastikan, agar upaya-upaya kita dalam menurunkan motivasi dari suatu perilaku kebiasaan sia-sia atau buruk, tidak berubah menjadi menyalahkan diri sendiri.

          Menciptakan Demotivator, cara ini adalah teknik yang begitu populer, 
  • karena mudah membuatnya. 
  • Namun, kenyataannya jika cara ini efektif, akan sangat sedikit sekali orang yang memiliki kebiasaan buruk. 
  • Padahal, memang umumnya manusia cenderung buruk dulu, baru kemudian ada perlawanan ajakan kebaikan. 
  • Bagaimana jika tak ada perlawanan? Kalbu tak punya sensitifitas lagi, dengan tak merasa apa-apa jika melakukan kebiasaan buruk. Namanya kebiasaan, begitulah wataknya, tak terasa. Ya, manusia lebih sering terseret ikut hanyut keburukan.
  • Sedangkan, kebiasaan buruk itu imbalan atau ganjaran enaknya langsung, bukan nanti-nanti. 
  • Inilah yang membuat orang sering terjerumus untuk ke sekian kalinya.
          Dalam kebanyakan kondisi, menghukum atau mengancam diri sendiri adalah bukan satu-satunya cara untuk menghentikan kebiasaan buruk, karena rasa sakitnya mungkin bisa membuat sang pelakunya putus asa. Apalagi jika ada pilihan lain dalam cara menghentikannya. 

          Mungkin Demotivator bisa digunakan sebagai pelengkap atau penegas, setelah sebelumnya cara positif digunakan, seperti sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,     
          "Semangatlah pada hal-hal yang bermanfaat bagimu, dan janganlah lemah."

         Kalimat "janganlah lemah" beraroma Demotivator, disampaikan sebagai penegas setelah kalimat "semangatlah pada hal-hal yang bermanfaat bagimu" yang bernada Motivasi.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#38 Fase 2.4. - Mendesain untuk Menghentikan Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk - Trik Manipulasi Motivasi"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.