Widget HTML #1

#40 Fase 3 - Mendesain untuk Mengganti Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk dengan Kebiasaan baru, Belajar

          Banyak kebiasaan buruk atau sia-sia mampu dihentikan menggunakan langkah-langkah seperti pada bab-bab sebelum ini.

          Namun, ada kebiasaan-kebiasaan buruk atau sia-sia, yang memang dapat diuraikan dengan cara menukarnya. Menukar kebiasaan buruk atau sia-sia dengan kebiasaan baik, seperti kebiasaan belajar adalah pendekatan umum. Dan banyak ulama yang memberitahu kita untuk memulai dari sini; 

Penyakit itu, obatnya adalah lawannya.

          Artinya di sini, kita berfokus bahwa waktu dan usaha yang kita lakukan, lebih besar peluangnya untuk impas, terbayarkan, bahkan menuai keuntungan lebih dengan terjadinya kebiasaan baik dan hilangnya kebiasaan buruk atau sia-sia.

Jadikan Spesifik untuk menukar kebiasaan

          Seperti yang telah kita lakukan di Fase 2, kita perlu menjadikan kebiasaan yang ingin kita hentikan dan kebiasaan baru baik, lebih spesifik. Dan, kita hendaknya pandai-pandai mengambil kebijaksanaan dalam memilih, dan memilah kebiasaan-kebiasaan tersebut, jika tidak bisa-bisa pertukaran tak berhasil, tidak semudah yang kita bayangkan.

          Jika kita ingin menghentikan kebiasaan kita buka-buka medsos yang kurang manfaat, kita bisa menukarnya dengan kebiasaan belajar, entah menghafal, membaca buku, mendengar rekaman kajian, ataupun menulis. Tetapi kemungkinan ini tak akan berhasil.

         Mengapa?

         Karena, 

kebiasaan baru belajar lebih tidak memotivasi ketimbang membuka HP bermedsos ria. Secara fisik dan mental kebiasaan belajar lebih sulit dilakukan. 

         Dengan motivasi dan kemampuan yang lebih rendah, kebiasaan belajar dibanding kebiasaan buka HP, sejak semula kita telah mempunyai prasangka kuat, pertukaran itu akan gagal

         Perbedaan dua kebiasaan tersebut sangat curam. Kita mungkin tak bisa membuat kebiasaan bermedsos ria itu lebih sulit dilakukan, atau kita tak mampu mengurangi motivasinya. Jika ini masalahnya, maka kita akan coba utak-atik lebih detail.

Menyesuaikan Kemampuan dan Motivasi untuk Menukar Kebiasaan

          Nah, pada titik ini, kita yakin bahwa kebiasaan bermedsos ria kita lebih memotivasi atau lebih mudah dilakukan dibanding kebiasaan belajar.

         Dengan memetakan kebiasaan buruk atau sia-sia dan kebiasaan baik dalam Model Perilaku seperti telah kita lakukan pada bab-bab awal, akan membantu kita melihat apa yang terjadi.

          Kebiasaan buruk atau sia-sia bermedsos ria berada lebih tinggi di atas area Tindakan, artinya kebiasaan tersebut lebih menarik bagi kita, sehingga akhirnya kita akan melakukannya, bukan menghentikannya, apalagi menukarnya dengan kebiasaaan belajar.

          Ya, memang kemungkinan besar kita tak sanggup mengurangi Motivasi dari kebiasaan bermedsos ria kita. Ndak masalah. Asalkan kita sanggup menjadikan; 

✓ kebiasaan buka gawai itu lebih Sulit dilakukan, dan

✓ kebiasaan belajar lebih Mudah dilakukan, dan lebih Memotivasi

         Insya Allah, kita akan berhasil melakukan penukaran kebiasaan tersebut.

Jika sejauh ini Tak Ada yang Berhasil …

          Tetap tenang, tak usah merasa bersalah, tak usah putus asa. Kita masih bisa punya pilihan-pilihan, bahkan boleh jadi kita ulang kembali analisis perilakunya.

          Proses ini adalah mencari perilaku kebiasaan belajar yang paling efektif bagi kita. 

Seperti kita sedang mencoba pakaian baru dari toko pakaian. Biasanya boleh dicoba di ruang mencoba pakaian. Pakaian yang kita coba, ketika sebelumnya dipajang, terlihat bagus. Tetapi, setelah kita coba ternyata tidak pas dengan tubuh kita. 

Jangan memaksakan pakaian agar pas, atau bahkan menyalahkan diri sendiri dan menyerah. Mudah saja, kita beralih kepada pakaian yang lain. Gitu aja kok repot!

          Berikut beberapa pilihan yang bisa kita coba:

Pilihan A: Temukan kebiasaan belajar spesifik yang lebih cocok sebagai penggantinya. Dan, ikuti langkah-langkah sebelumnya sekali lagi. Kebiasaan belajar yang spesifik tidak hanya satu, bisa dengan:
  • Menghafal Al-Qur'an, Hadits atau Doa-doa sehari-hari.
  • Membaca buku atau kitab.
  • Mendengarkan rekaman kajian
  • Menulis kalimat-kalimat faedah kajian
  • Dan sebagainya
Pilihan B: Kita bisa mencoba pertukaran kebiasaan tersebut secara terbatas. Maksudnya, 
  • kita coba misalnya selama 3 hari
  • lalu lihatlah hasilnya. 
  • Dan, kemudian putuskan apa langkah berikutnya, menetapkan apa yang telah berjalan dalam artian pertukaran kebiasaan tersebut sukses
  • atau perlu mengganti dengan kebiasaan belajar spesifik yang lain.
Pilihan C: Kita bisa, 
  • kembali ke Fase 1 dari rencana utama, 
  • dan latihlah berbagai jenis spesifik kebiasaan belajar tersebut untuk membangun keterampilan dan kepercayaan diri kita serta menggeser karakter kita menjadi Salafy seutuhnya. 
  • Adapun kebiasaan buruk atau sia-sia yang membandel bisa kita urus nanti-nanti.
          

Menghentikan suatu Kebiasaan adalah Keterampilan

          Tak ada satu teknikpun yang efektif dalam menghentikan kebiasaan buruk ataapun kebiasaan sia-sia. Akan tetapi, ingat! ini adalah; 
  • suatu proses
  • yang dapat kita mulai saat ini juga. 
  • Tak mengapa bila terjadi kekurangan-kekurangan sempurna dari proses tersebut. 
  • Dengan terus mencoba dan mencoba, kita akan semakin banyak latihan
          Kita akan semakin mahir dan terampil dalam mengenali masalah-masalah yang terjadi baik dalam kemampuan diri kita maupun dari luar konteks lingkungan, dan semakin piawai menuntaskan mereka.

         Mungkin kita memiliki kebiasaan buruk yang begitu melekat, misalkan:

selalu terlambat ("jam karet" budaya umumnya orang atau kita sendiri), terkadang sudah merasuk dalam diri kita, sehingga terasa biasa-biasa saja, ya karena telah menjadi kebiasaan tentu tidak memakai pikiran dan tidak dipikirkan lagi. Otomatis.

kebiasaan selalu terlambat, beranak menjadi kebiasaan buruk suka menunda-nunda pekerjaan atau tugas.

          Kebiasaan buruk tersebut adalah perilaku yang tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu. Justru ini menghindari perilaku baik. Karena yang biasa kita tunda itu kebiasaan baik, bisa juga kebiasaan belajar dengan menulis. Sebab, itu hasilnya nanti-nanti, sedang kebiasaan buruk imbalan "enaknya" langsung, padahal itu tabungan dosa, misalkan.

✓ Jadi, alih-alih menghentikan kebiasaan buruk atau sia-sia, lebih efektif dan efisien ketika kita telah punya kebiasaan baik seperti belajar dengan menulis menggantikan, me-rewrite kebiasaan buruk tersebut. Maka, otomatis kebiasaan buruk hilang. Penyakit dilindas obatnya saja, yaitu lawannya. Keburukan VS Kebaikan. Tuntas sudah.

          Proses ini adalah akan menjadi suatu keterampilan
  • sehingga butuh dilatih berulang-ulang
  • Dalam pengulangan tersebut kita akan menemukan apa yang efektif dan efisien bagi kita. 
  • Sehingga tantangan-tantangan di masa depan akan menjadi lebih mudah dihadapi 
  • bersamaan semakin piawainya kita dalam mengubah-ubah desainnya. 
          Jadi, lanjutkan terus!

          Setiap keberhasilan, kita bisa kembali ke diagram Sekelompok Perilaku kita untuk mencari Perilaku Kebiasaan Spesifik Belajar yang lain yang bisa diuraikan. 

          Inilah cara mengurai Aspirasi Belajar Ilmu Syar'i menjadi; 
  • spesifik, 
  • konsisten, 
  • terprediksi 
  • dan kokoh.
✓ Kita akan menemukan pola-pola. Seperti pola, bahwa kebiasaan buruk atau sia-sia paling efektif dihentikan dengan membuat sulit dilakukan secara fisik

✓ Kita akan mengenali situasi - situasi yang membuat kebiasaan buruk atau sia-sia lebih mudah dilakukan. Dengan begitu pula, kita akan mengetahui kunci-kunci cara menghindari bahkan menghentikannya.

✓ Kita juga akan menemukan orang-orang dalam kehidupan kita, yang menyeret kita sehingga kebiasaan buruk atau sia-sia lebih mudah dilakukan. Bukankah "Al-Mar'u dinul khalili …" dan seterusnya. "Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya ..."

          Lingkungan dan orang-orang terkadang 
  • tidak sepenuhnya mendukung agar kita mudah melakukan kebiasaan baik belajar dengan menulis. 
  • Bahkan tidak pula membantu kita untuk mempersulit meninggalkan atau menghentikan kebiasaan buruk atau sia-sia. 
  • Malah sebaliknya, mereka menghanyutkan kita kepada kebiasaan yang tak kita inginkan itu.
          Kita tak selalu bisa mendesain ulang setiap aspek dan konteks dalam dunia kita. 
  • Kita tak bisa mendesain ulang agar pasar tak menjual junk food. 
  • Kita pun tak bisa mendesain ulang sebuah toko dekat rumah kita agar tidak menawarkan snack bertabur MSG. 
  • Bahkan, kita pun tak bisa mendesain ulang agar tetangga-tetangga atau teman-teman kita agar mereka berhenti mengajak hal yang sia-sia, dan fokus untuk belajar. 
          Namun, 
  • walaupun kita sendiri, 
  • atau sedikitnya anggota suatu Komunitas Belajar dan Menuliskannya
  • dengan Desain Perilaku yang telah kita pelajari, 
  • ada Titik Cerah dari suatu lubang solusi. 
  • Ada berbagai cara, untuk melonggarkan simpul permasalahan, yang tadinya mbundel kusut kencang terikat. 
          Meskipun kebiasaan-kebiasaan buruk itu memiliki karakter-karakter tersendiri, pendekatan untuk mencerai-beraikannya tetap sama. Yakni langkah-langkah dan teknik konkret yang bisa "bermain cantik" dengan situasi kondisi spesifik kita.

         Tak perlu, menebak-nebak tanpa kejelasan. Kita hanya butuh; 
  • sedikit penasaran ingin tahu yang terus-menerus 
  • dan banyak perasaan mudah
  • menyenangkan 
          Dan, senantiasa sering-sering dan pandai-pandai bersyukur atas pertolongan Allah ta'ala.
         
***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#40 Fase 3 - Mendesain untuk Mengganti Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk dengan Kebiasaan baru, Belajar"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.