Widget HTML #1

#18 Kecil itu Mudah untuk Memulai, mengapa harus dengan yang besar dan sulit?

          Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam, jika diberi kepada beliau 2 hal untuk dilaksanakan, yang satu lebih mudah dari yang lain, maka beliau memilih hal yang lebih mudah.

          Jika kita memulai dari yang kecil, sedikit atau sederhana itu mudah, mengapa pula kita memulai melakukan yang besar, banyak dan sulit? 

          Banyak orang beranggapan, mereka harus melakukan hal besar atau tidak sama sekali. Untuk menghentikan kebiasaan buruk, atau menghasilkan setumpuk kebaikan, mereka mesti melakukan hal yang radikal. Menghentikan keburukan atau memulai kebaikan yang besar secara mendadak.

          Memang, tidak ada yang salah dengan mengambil tindakan nekat. Terkadang Motivasi kuat untuk perubahan hidup menuju kebahagiaan hakiki menuntut untuk itu. Namun, perlu kita ketahui bahwa; 

  • perilaku seperti itu bukanlah jalan yang setiap orang bisa menjalaninya, itu pengecualian. 
  • Karena, jalan nekat adalah sebanding dengan resikonya. 
  • Sehingga secara umum, bagi yang belum memiliki Motivasi kuat 
  • atau belum mempunyai Kalbu yang Kokoh (yakni, kalbu yang ada godaan-godaan pasukan setan hanya berupa bersitan-bersitan di luar benteng kalbu)
  • tindakan berani tidak seefektif yang kita bayangkan. 

          Sekali saja gagal, fatal. 

          Kegagalan karena kenekatan, sangat menyakitkan. Bahkan, mungkin akibatnya berhenti, akhirnya cacat, bahkan lumpuh aspirasi.
          
          Mungkin, 
  • tindakan kecil tidak kentara dan tidak cetar membahana tetapi rutin. 
  • Namun, ini bisa dilakukan semua orang tanpa pengecualian. 

          Motivasi memang suka membantu dalam melakukan tindakan-tindakan nekat dan besar, lalu ia akan menyelinap pergi ketika kondisi semakin sulit. Akhirnya melakukan hal-hal yang besar begitu berat dan menyakitkan. Ini penyebabnya juga dikarenakan, kebiasaan yang belum terbentuk.
          
          Motivasi sering mendorong kita melebihi kemampuan fisik, emosi dan mental kita. Ya, memang akhirnya kita bisa melakukannya beberapa waktu. Tetapi, kita atau umumnya orang tak akan sanggup melakukan hal-hal yang memedihkan dalam durasi yang lama.
          
          Gelombang konsep melakukan hal-hal besar yang dilakukan orang-orang yang berhasil dengan motivasi atau kalbu kuat yang terkecuali dari umumnya orang, 

membuat orang lupa, bahkan minder jika melakukan hal yang kecil sederhana, dan konsisten

         Langkah-langkah yang digembar-gemborkan selalu terlalu besar dan rumit. Sehingga orang-orang merasa kewalahan, dan bingung membetulkan jalur mereka, saat terombang-ambing oleh motivasi yang goncang atau bahkan lemahnya motivasi.
          
         Kita harus tahu, bahwa bagian yang terpenting dari proses perubahan ini, 
  • bukan saja menciptakan perilaku dan mengelolanya menuju kebiasaan yang kita inginkan, 
  • tetapi juga bagaimana Motivasi dalam hal ini Iman meningkat, perubahan menuju kebaikan Islam, 
  • dan kepercayaan diri yang didapat.     

          Dan, kita akan tahu bahwa diri kita - insya Allah - mampu melakukan hampir segala hal, termasuk Belajar dan Menulis yang kita inginkan, 

asalkan kita memulainya dari kecil.

          Ibnu Qudamah al-Maqdisi di dalam karyanya Mukhtashar Minhajul Qashidin mengatakan, bahwasannya; 

          Seseorang ingin menjadi seorang penulis, maka hendaknya ia menyibukkan diri dengan menulis. 

          Atau, seseorang ingin menjadi ahli fikih, maka ia mesti menyibukkan diri KEBIASAAN ahli fikih BERULANG-ULANG, sampai sifat fikih melekat pada kalbunya.

         Namun, sesungguhnya seseorang itu tidak sepantasnya berharap mendapatkan hasil dari usahanya itu hanya dalam dua atau tiga hari. Dan, hasil tersebut akan diperoleh dengan usaha yang TERUS MENERUS, layaknya pertumbuhan fisik tidaklah didapat hanya dalam waktu dua atau tiga hari. 

          Usaha yang berkesinambungan akan memberi pengaruh (PERUBAHAN - ed.) yang besar.

          Oleh karena itu, tidak sepantasnya untuk menganggap remeh amalan-amalan ketaatan yang SEDIKIT (kecil - ed.). Sebab, jika dilakukan terus menerus, akan memberi pengaruh (perubahan - ed.) baik. 

          Begitu pula, jangan menganggap remeh dosa-dosa walaupun sedikit. (Dosa sedikit - kecil - yang dilakukan terus-menerus berulang-ulang pun akan menjadi karakter - sifat - akhlak buruk - ed.)

Referensi link, silakan TAP /KETUK > di sini


          Walaupun, ketika kita tak mampu melakukan kebiasaan belajar dan menulis karena capek pada hari itu misalnya, 
  • kita tak akan terseret kepada pusaran rasa malu. Terlewatnya hari, kita akan terima tanpa keterpurukan emosional
  • Kita akan menyadari, bahwa itu bukan timbul dari karakter kita yang plin-plan
  • karena kita sadar bahwa begitulah motivasi atau kalbu yang goncang. Di sana ada konflik antara kebaikan dan keburukan, 
  • ada pertempuran antara tentara malaikat versus hawa nafsu yang mengajak keburukan berkolaborasi dengan pasukan Iblis. 
          Kita tak memperjuangkan ke - jaim - an. Tetapi, kita tetap akan mulai melakukannya lagi di hari berikutnya. 

Karena, memulai kembali akan terasa lebih mudah jika hal itu ukurannya kecil

          Tak ada tebing tinggi gunung yang didaki, hanya bukit kecil. Sederhana. Gampang dilakukan. Itulah juga yang membuat perasaan kita hari demi hari semakin percaya diri.
          
          Bahkan di hari-hari ketika motivasi kita tinggi, dengan memulai kebiasaan dengan ukuran kecil, kita akan mendapatkan ruang mental dan emosional yang lebih. Itu berguna untuk mengadakan eksperimen hal-hal bagus lainnya dalam belajar ilmu dan menulis. 
          
          Pergeseran pola pikir dari besar ke kecil akan berdampak bagi seluruh kehidupan kita.
          

Memanipulasi Kemampuan

          Kita telah sepakat bahwa; ketika motivasi goncang atau bahkan lemah, kita bisa memanipulasi Kemampuan pada Model Perilaku, kita akan mendapatkan gambaran perilaku mana yang kemungkinan besar untuk menjadi kebiasaan atau tidak.
          
          Misalkan, kita ingin belajar dan menulis kalimat-kalimat faedah diniyah atau bahkan urusan dunia sekalipun - tetap dengan sudut pandang Ahlus Sunnah - sebanyak satu halaman buku, umpama. 
          
          Hampir setiap hari, 
  • motivasi kita untuk belajar dan menulis satu halaman mungkin di area rendah
  • yang menjatuhkan kita di bawah kemungkinan eksekusi tindakan
  • Dan, secara Kemampuan, perilaku ini terletak di situasi hampir sulit dilakukan.      
          Hal ini menunjukkan, bahwa belajar dan menulis kalimat-kalimat seukuran satu halaman akan kecil kemungkinannya menjadi kebiasaan kita. Karena Kemampuan kita sangat rendah. Kita akan melakukannya hanya hari-hari ketika Motivasi kita tinggi saja. Dan itu tidak terlalu sering. Bolong-bolong.
          
         Namun, coba perhatikan, jika kita hanya belajar dan menulis 5 kalimat saja, atau bahkan 1 kalimat.
  • Coba cermati dan rasakan Motivasi kita. Ternyata nilai Motivasinya sama atau mirip dengan versi belajar dan menulis 1 halaman. 
  • Namun, ada perbedaan pada hal Kemampuan, yaitu bergeser ke arah mudah dilakukan
  • Dan, perhatikan, jika kita merancang agar perilaku belajar dan menulis mudah dilakukan, Motivasi kita bisa tetap rendah, tetapi kita akan berada di area keberhasilan tereksekusinya Tindakan.  
          Inilah salah satu manipulasi Kemampuan kita. 

Jadikanlah perilaku tersebut kecil sehingga kita sementara waktu tak membutuhkan banyak Motivasi
  • Melakukan belajar ilmu syar'i dengan menuliskannya 5 kalimat mudah dilaksanakan
  • jadi kemungkinan besar kita akan mempertahankannya sebagai kebiasaan menjadi lebih besar.
Ketika kita mendesain perilaku baru, kita sejatinya mendesain untuk Konsistensi. Dan, agar itu berhasil, kita mendapati kesederhanaan kuncinya.
          
          Kesederhanaan mengubah perilaku.
          
          Kita akan melihat kenyataan, seiring waktu, motivasi kita berubah-ubah, naik turun, kadang semangat kadang malas, ya begitulah kalbu yang menjadi tempat atau wadahnya motivasi, seperti air mendidih di panci, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. 

          Namun, Kemampuan tidak begitu, 
  • ia semakin meningkat saat kita melakukannya, 
  • dan menjadi kebiasaan baru yang kita inginkan. Yaitu belajar dan menulis. 
  • Akhirnya peningkatan Kemampuan tersebut membantu terbentuknya kebiasaan tersebut semakin tumbuh.
          Berikut, adalah karakter Perilaku, yang menunjukkan bagaimana jika kita secara konsisten belajar dan menulis 5 kalimat selama beberapa minggu.
          
          Saban hari, kita melakukan perilaku tersebut, 
  • dan kita sedang membangun kekuatan motorik (fisik), fleksibilitas, dan keterampilan belajar dan menulis
  • Sehinggga semakin mudah dilakukan
  • dan memindahkan perilaku tersebut ke arah Kemampuan semakin mudah, dan semakin mudah dilakukan, dan seterusnya, terus-menerus
  • Ketika kita merasa berhasil, maka Motivasi kita meningkat, perasaan percaya diri semakin naik.
          Kita, akan terkejut, betapa cepatnya kebiasaan belajar dan menulis tersebut tertanam dan berkembang.
          
          Betapa malunya, diri kita kepada Allah, jika kita mengaku sebagai Salafy yang mengikuti jalan-jalan para Salafush Shalih jika tidak belajar, bahkan tidak menulis satu kalimat faedahpun. Kita tak dapat mendorong diri kita sendiri belajar dan menulis setiap hari. Taruhlah beberapa hari kita telah termotivasi belajar dan menulis, tetapi di hari-hari lain terkadang kita tak peduli. 

          Akhirnya, sang hawa nafsu buruk dan gerombolan setan menang.
          
          Kita mesti yakin, bahwa kita bisa menjadikan belajar dan menulis sebagai kebiasaan sehari-hari jika kita berfokus dulu pada variabel Kemampuan. Variabel Kemampuan akan membantu menaikkan Motivasi atau Iman sedikit demi sedikit, yang tadinya redup. Karena Iman akan bertambah dengan ketaatan, yakni kebaikan yang dilakukan oleh perbuatan baik lahiriah
          
          Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri, 

" Bagaimana caranya agar aku bisa menjadikan belajar dengan menuliskannya lebih mudah dilakukan?"
          
          Kita akan menemukan jawabannya - walaupun orang lain akan tertawa mendengarnya - , karena kita memutuskan untuk: belajar dengan menuliskannya 5 kalimat saja.
          
          Sungguh! kita tak akan bisa menolak cara manipulasi Kemampuan ini.
          
          Kita bisa belajar dan menuliskan 5 kalimat, misalkan setelah pulang dari masjid shalat Isya.
          
          Jadi ramuan kalimatnya bisa kita tulis:

SETELAH aku pulang dari masjid untuk shalat Isya.
✓ Aku belajar dengan menuliskannya 5 kalimat faedah kajian Islam.
✓ Lalu, aku ucapkan, "Alhamdulillah" dengan tersenyum dan perasaan syukur.
          
          Hanya itu, 
  • walaupun itu terlihat sederhana sekali. 
  • Namun cara itu - insya Allah - berhasil
  • Dan, semakin mengulang-ulang (repetisi) belajar dengan menulis, perilaku tersebut semakin mudah melakukannya. 
  • Bersamaan berjalannya waktu itu pula kita akan dengan semakin mudah menambah kalimat-kalimat yang kita tulis.
          Itulah sebabnya, mengapa kita harus selalu memulai dengan pertanyaan, 

"Apa yang membuat belajar dengan menulis sulit dilakukan?"

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#18 Kecil itu Mudah untuk Memulai, mengapa harus dengan yang besar dan sulit?"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.