Widget HTML #1

#35 Fase 2.1. - Mendesain untuk Menghentikan Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk

          Bab-bab sebelumnya, yakni di awal-awal adalah menjelaskan cara mendesain "jalan masuk" menuju kebiasaan baik. Sekarang kita juga bisa mendesain "jalan keluar" dari kebiasaan buruk.
          
          Kita bisa menghentikan suatu perilaku dengan mengubah-ubah 3 Variabel model perilaku, yang manapun kita mau. Kita bisa menurunkan Motivasi atau Kemampuannya, atau bisa juga menyingkirkan Pemicunya.

          Jika kita ingin menghentikan kebiasaan baik, itu mudah. Lain halnya jika kebiasaan buruk atau sia-sia. Karena, memang manusia itu cenderung untuk lebih mudah terjerumus pada keburukan, baru kemudian dia lawan dengan ajakan kebaikan. Begitulah Kalbu yang belum Kokoh, dan memang sebagian besar merambah pada kalbu-kalbu kita.

Jadikan Spesifik untuk Menghentikan Kebiasaan Sia-sia atau Buruk

          Kesalahan yang sering ditemui dalam menghentikan kebiasaan buruk, adalah kita berusaha memotivasi diri kita sendiri menuju suatu abstraksi (sesuatu yang masih abstrak, bukan suatu perilaku nyata), seperti, kita langsung saja kepada kebiasaan buruk yang biasa menjadi rintangan dalam belajar dan menulis, yaitu; 

"Berhenti dari lemah dalam belajar ilmu syar'i". 
  • Kalimatnya sepertinya spesifik, padahal tidak. 
  • Itu adalah masih sesuatu yang abstrak, yang di dalamnya masih terdapat sekumpulan kebiasaan yang ruwet. 
  • Jika kita fokus pada kalimat abstrak tersebut, mungkin kita tak mengalami banyak kemajuan dalam proses perubahan. 
  • Sama seperti kita berfokus pada seluruh "bundelan" secara sekaligus
  • Kita tak akan bisa menguraikannya.
          Nah, untuk mempretelinya, kita perlu memusatkan pikiran pada keruwetan yang spesifik. Ini berarti kita berusaha menemukan berbagai kebiasaan spesifik dalam tema; 
  • "kelemahan dalam belajar ilmu syar'i" 
  • atau dengan kalimat lain "hal-hal buruk atau sia-sia yang menghadang belajar ilmu syar'i" 
  • atau bisa juga dengan ungkapan "hal-hal yang mengurangi keefektifan dan keefisienan dalam belajar ilmu syar'i"
          Lalu, kita daftar berbagai kebiasaan spesifik yang berkontribusi dalam kebiasaan "kelemahan dalam belajar ilmu syar'i" tersebut . Seolah-olah daftar kebiasaan spesifik itu yang mengelilingi suatu awan kebiasaan yang kita mau hentikan.
          
          Untuk hal ini, 
  • kita daftar dulu kebiasaan belajar dengan perilaku spesifik dan waktunya, untuk 
  • menemukan atau mendiagnosa perilaku spesifik yang mempersulit kebiasaan belajar (baca: penyakit) tersebut.
  • Sehingga nantinya kita akan mampu menetapkan obatnya (lawannya).
          Perilaku kebiasaan belajar yang spesifik adalah:

✓ Membaca, memahami dan muraja'ah hafalan Al-Qur'an (dianggap telah mampu membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar).
✓ Muraja'ah hafalan Al-Hadits
✓ Muraja'ah doa sehari-hari
✓ Membaca buku terjemahan
✓ Membaca kitab
✓ Menulis kalimat faedah (menyalin), atau sambil belajar menterjemahkan.
✓ Menulis Ayat Al-Qur'an, Al-Hadits, Qoul Ulama dengan khat bagus.
✓ Menulis artikel ide sendiri
✓ Mendengarkan kajian dari rekaman
✓ Mendengarkan kajian dari rekaman dan mentranskripnya.
✓ Hadir dan mendengar kajian di majelis, mencatat.
✓ Mendengar kajian siaran langsung (live).
✓ Muraja'ah catatan kajian
          
          Adapun perkiraan waktu-waktunya adalah, saat Pemicu Tindakan, yakni Tambatan Shalat 5 waktu:

Sebelum Subuh
Setelah Subuh
Setelah Zhuhur
Setelah Ashar
Setelah Isya
✓ Waktu-waktu tertentu
Selagi berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat wajib berjamaah (ada 5 kesempatan)
Selagi menunggu (sesuai kebutuhan)
Selagi perjalanan jauh (safar) di dalam kendaraan, bisa sebagai penumpang maupun pengemudi.
Selagi jeda waktu ketika keluar rumah, bisa di atas kendaraan, atau berjalan kaki.
Selagi olah raga mandiri, misal jogging, berjalan kaki, fitnes
          
          Dari, perilaku belajar dan tambatannya, dapat kita prediksi penyebab (baca: penyakit) "lemahnya dalam belajar ilmu syar'i" adalah:

✓ Surat Al-Qur'an yang sulit dihafal, atau mengulang hafalan, karena sering ada yang salah.

✓ Membaca Al-Qur'an, dianjurkan dalam keadaan wudhu, agak ribet wudhu lagi, terkadang udara dingin.

✓ Menghafal Al-Hadits, tak ada fungsi di keseharian.

✓ Menghafal doa-doa, terkadang terlewat pada kegiatan terkait.

✓ Membaca buku terjemahan, bahasa Indonesia yang "leter leks", sehingga sulit dipahami.

✓ Membaca kitab, sulit mencari terjemahan kata Arabnya.

Menganggap remeh menulis hanya beberapa kalimat faedah.

Sulit menterjemah, karena keterbatasan kosa kata dan tata bahasa Arab.

✓ Menulis Arab dengan khat, belum bagus khatnya.

✓ Menulis artikel ide sendiri, sulit karena belum paham struktur kerangka dan kurang latihan.

✓ Sulit mendengar kajian, karena kemampuan memori HP kecil, kurang rapi file-filenya.

✓ Sulit mentranskrip, karena lama. Butuh konsentrasi ekstra.

✓ Sulit hadir kajian, karena kurang waktu, sibuk, tidak membawa buku catatan, tidak punya kitab, capek dan ngantuk, dan sebagainya.

✓ Sulit mendengar kajian live, terkait waktu yang tidak sesuai dengan kegiatan hari itu.

✓ Catatan kajian kurang lengkap, tak punya rekaman kajian, atau mau download rekaman team radio, belum diupload, atau memori hp terbatas.
          
          Untuk kendala waktu-waktu adalah:

Sulit bangun sebelum subuh, kurang istirahat, tidur terlalu larut, ngobrol yang kurang manfaat.
 
✓ Setelah subuh, persiapan maisyah, antar anak dan istri.

✓ Setelah Zhuhur, istirahat, capek kerja, waktu makan siang berlarut ngobrol dan ngopi misalnya.

✓ Setelah Ashar, persiapan selesai kerja beraroma "cooling down".

✓ Setelah Isya, capek atau persiapan maisyah esok hari, bercengkrama dengan keluarga, anak-anak.

Sering lupa, sehingga jadwal belajar tak teratur. Terutama pada bujangan.

Tak mengira ada trik ramuan perilaku Selagi pada kebiasaan belajar.

Mengapa langkah-langkah ini penting

          Jika kita memusatkan pikiran hanya pada hal yang masih abstraksi "menghentikan kelemahan dalam belajar ilmu syar'i", bisa-bisa kita akan frustasi dan merasa terintimidasi, yang akhirnya menghasilkan penghindaran:

✓ Aku tidak punya waktu saat ini.

✓ Aku akan melakukannya nanti-nanti saja. 
Sejatinya, salah satunya ini adalah bisikan pasukan Iblis - bisa baca referensinya; Talbis Iblis terhadap Manusia secara Umum berupa Angan-angan yang Panjang TAP /KETUK  di sini
         
          Namun ketika, kita telah membuat daftar berbagai kebiasaan spesifik yang terkait dengan abstraksi yang kita mau hentikan "kelemahan dalam belajar ilmu syar'i", itu akan terasa lebih mungkin dihentikan atau setidaknya dipersulit.
         
          Dan, setelah kita daftar hal tersebut seperti tercatat di atas, kita mungkin agak terkejut

Betapa banyak dan parahnya kelemahan (penyakit) kita dalam belajar ilmu syar'i. Benarkah? Apakah sampai selemah itukah kita sebagai seorang Salafy. Ya, mungkin memang begitulah.
         
         Tetapi, jika itu menjadikan perasaan kita "down" atau kelabakan atas hal tersebut, dengan melihat realitas dari lemahnya kita dalam belajar, maka itu mesti kita ubah menjadi hal yang positif. Hal positifnya adalah, 
  • kita mendapatkan apa yang bisa kita preteli dengan cepat dan mudah
  • dan tentunya hal itu membuat perasaan kelabakan seharusnya sirna. 
  • Kita pilih satu kekusutan (penyakit)
  • dan kita desain agar kekusutan tersebut keluar dari kehidupan kita.
          Dengan rencana-rencana ini pula, kita akan merasa memegang kendali, dan cukup optimis untuk memulai belajar ilmu syar'i. Dengan melalui yang lebih mudah dahulu, pada tahap berikutnya, kita bisa menghadapi keruwetan yang lebih sulit. 
         
          Namun, kebiasaan buruk yang spesifik mana yang musti kita bereskan dahulu?
         
          Jawabannya:

✓ Pilihlah yang paling mudah dibereskan.

✓ Pilihlah yang kita yakini mampu kita bereskan.

✓ Pilihlah yang terasa sepele dibereskan.
          
Kita sering tergoda untuk memilih kebiasaan buruk yang paling sulit dan paling melekat untuk dipreteli, karena ingin hasil instan, ingin segera. Itu ibarat mengurai ikatan (bundelan) yang paling kencang yang berada di kedalaman pusat kekusutan.
          
          Maka, kita akan mulai menghentikan kebiasaan buruk atau sia-sia spesifik yang paling mudah kita hentikan. Dan, bisa lebih dari satu kebiasaan yang kita uraikan. Namun, perlu diingat kita baru belajar keterampilan ini, maka kita simpan dulu hal-hal yang sulit dihentikan, dan akan kita tangani setelah kita banyak memiliki keterampilan dan momentum.
          
          Kita akan lebih mudah mempreteli keruwetan berikutnya, 
  • ketika kita telah memahami caranya, 
  • yakin dan mulai memiliki kepercayaan diri. 
  • Bahkan, boleh jadi yang tersisa akan terurai dengan sendirinya. 
          Jika menumbuhkan kebiasaan baik dengan mengutak-atik Pemicu, Kemampuan, dan terakhir Motivasi, maka untuk menghentikan kebiasaan buruk atau sia-sia pun, sama yaitu dengan fokus pada 3 Variabel perilaku tersebut, tetapi bagaimana kita bisa menyingkirkan mereka. Dan, langkah pertamanya adalah bagaimana kita mengenyahkan Pemicunya lebih dahulu. Postingan berikutnya yang akan datang, kita akan membahasnya.

***
          
Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#35 Fase 2.1. - Mendesain untuk Menghentikan Berbagai Kebiasaan Sia-sia atau Buruk"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.