Widget HTML #1

#11 Motivasi Berubah-ubah bukan Variabel yang bisa diandalkan untuk Perubahan Jangka Panjang

          Beberapa dekade ini, orang-orang berpikir bagaimana menemukan motivator yang tepat untuk mengadakan suatu perubahan besar. Hal itu tentu ujung-ujungnya berkaitan perubahan perilaku orang-perorang untuk menjadi lebih baik. Dan, ini berhubungan masalah kapasitas pribadi.

          Dari beberapa sumber informasi yang tersedia, tarif seorang motivator dalam sekali sesi bicara selama 60 s/d 90 menit ada di angka 100 juta rupiah. Subhanallah.
          
          Motivator biasanya menyampaikan apa yang seharusnya kita lakukan berupa konsep-konsep umum penyemangat, atau kita sebut Aspirasi. 

          Aspirasi adalah: 

Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. (https://kbbi.web.id/aspirasi.html).
          
          Mungkin, 

kita pernah melihat poster layanan kesehatan bertujuan baik di rumah-rumah sakit, menayangkan banyak sayuran warna-warni atau buah-buahan, "Ingin sehat, konsumsilah ini!"
          
Mungkin kita akan berpikir, "Betul, kita perlu makanan yang lebih sehat."
          
Namun, lalu kita tak terlalu yakin langkah-langkah praktis apa yang bisa kita ambil. Seberapa banyak sayur dan buahnya, lalu jenis sayur dan buah apa saja, dan sebagainya. Kita termotivasi untuk makan sayur dan buah, tetapi tidak mengetahui cara praktisnya. Ujungnya, mungkin kita merasa memiliki motivasi yang payah, frustasi dan menyalahkan diri sendiri. 
          
          Sehingga, 
  • ternyata konsep pemotivasian menghasilkan bumerang bagi yang ingin mengikuti. 
  • Gara-gara tak ada panduan praktis, yang akhirnya orang merasa tidak becus. 
  • Konsep motivasi tinggi malah menjadi pembanding bagi yang tak tahu bagaimana melakukan perilaku yang diinginkan motivasi tinggi tersebut. 
  • Akhirnya timbul jurang imajiner antara poster motivasi dan orang yang ingin mengikuti.          
Orang yang tadinya motivasinya rendah atau berubah-ubah, dan gagal semakin terlihat rendah hasratnya ketika ada pembanding konsep motivasi tinggi: poster layanan kesehatan. Semakin frustasi berat.
          
          Aspirasi atau keinginan hal baik, adalah sesuatu yang benar. Begitu pula aspirasi belajar dan atau dengan menulis lebih baik adalah hal yang Masya Allah. Tetapi, mencadangkan tenaga dan waktu untuk memotivasi diri atau orang lain menuju konsep-konsep penyemangat belajar dan menulis yang masih umum adalah langkah yang butuh pelengkap dan penyempurna kembali, bagi Kalbu yang belum kokoh. 

          Bagi Kalbu yang demikian, kita butuh: variabel lainnya, Pemicu dan Kemampuan.
          
          Misalkan saja, 

Kita yang memiliki jenis kalbu tidak kokoh tadi, mendadak mengilmui akan mendapat pahala akhirat sekian dan sekian yang begitu besar, jika kita bisa menguasai Sejarah Islam seluruhnya, dari Penciptaan Langit dan Bumi sampai Hari Kiamat, misal di dalam kitab Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibnu Katsir seketika itu juga. 

Pahala akhirat yang besar, adalah nutrisi kalbu yang sangat memotivasi, untuk melaksanakannya. Niat sadar secara kuat memang kita bisa canangkan, dan niat orang beriman lebih baik dari amalnya. 

Namun, bisakah kita merealisasikannya secara lahiriah dan mencapai hasil seketika? Sangat mungkin, tidak. Motivasi yang melonjak tinggi saja tak akan mengantarkan kita sampai pada hasil nyata tersebut.
          
          Kita tak sendirian dalam hal ini, yakni ketika selama ini berfokus pada Motivasi Berubah-ubah kepada Kalbu yang belum kokoh. Dan, kita berharap mulai sekarang menyadari bahwa ini sifat alami Kalbu yang demikian. Kita musti tumbuh perlahan-lahan, untuk sampai pada Kalbu dan Motivasi yang kokoh.
          
          Kita harus mensiasati jebakan Motivasi Berubah-ubah, bukan terjerumus di kedalamannya.

Mensiasati Motivasi Berubah-ubah

          Manusia, khususnya kita sebagai muslim berhak, bahkan mau tak mau harus memiliki cita-cita setinggi langit, karena niat seorang mukmin itu terkadang lebih baik daripada amalnya. Papan visi harus terpaku kuat di dinding kalbu. Semakin jelas kita bisa membayangkan apa yang kita inginkan, semakin baik dan mantap.
          
          Yang jelas, siapapun kita yang beriman selalu sama mempunyai cita-cita mengharap Syurga, dan ikhlash karena Allah Subhana wa ta'ala dan mengikuti Nabi Shallallahu alaihi wasallam.
          
          Namun, hati kita, seringnya termasuk jenis yang goncang. Sebagian dari kita - na'udzu billahi min dzalik - tersandung Motivasi Berubah-ubah yang plin-plan. Islam telah memberi panduan bagaimana agar Motivasi tersebut semakin kuat dan kokoh.
          
          Sebab-sebab, mesti diusahakan. Diantaranya, kita harus di atas ilmu syar'i dan mengamalkannya. Ilmu didapat dengan belajar, dan atau dengan menulis untuk mengikat ilmu di kalbu dan catatan fisik.
          
          Jadi, kini kita pertegas dahulu perbedaan dari tiga hal berikut:

Aspirasi
Hasil
Perilaku
          
          Sekarang jika kita ditanya, "Apakah perilaku yang ingin dibawa dalam kehidupan kita terkait ilmu dan amal?"

          Mungkin kita akan menjawab, "Dengan aku ingin melakukan belajar dan atau dengan menulis lebih baik."
          
          Maka, kita akan jelaskan, bahwa itu bukanlah perilaku, tetapi itu adalah Aspirasi kita, atau Hasil yang kita ingin capai.
          
          Aspirasi adalah; 

hasrat abstrak (sesuatu yang bukan konkret atau nyata). 

          Hasil adalah; 

lebih bisa terukur, seperti menguasai Tarikh Islam masa Khalifah Utsman bin Affan atau menghasilkan suatu Artikel atau Buku tentang sejarah tersebut.
          
          Kedua hal tersebut, 
  • merupakan akibat bagus dari suatu Desain Perilaku. 
  • Sehingga Aspirasi dan Hasil itu bukanlah Perilaku.
          Lalu, bagaimana cara mudah membedakan Perilaku dengan Aspirasi dan Hasil?
          
          Perilaku adalah;

sesuatu yang bisa kita lakukan sekarang juga atau pada suatu titik waktu tertentu yang pasti. 

          Misalkan,

✓ Mematikan HP
✓ Makan alpukat
✓ Membuka buku
✓ Membaca lima halaman buku
✓ Mendengar kajian 15 menit
✓ Menerjemahkan satu paragraf
✓ Menulis satu kalimat
✓ Menulis lima kalimat
✓ Menulis satu paragraf
Dan sebagainya.

          Ini, bisa kita lakukan kapanpun, itulah Perilaku.
          
          Sebaliknya, kita tak akan bisa mencapai Aspirasi dan Hasil setiap saat. Contoh:

✓ Menurunkan berat badan sebanyak 7 kg saat makan malam ini.
✓ Belajar dan menguasai Kitab Raudhatul Uqala' seluruhnya pagi ini.
✓ Belajar Sharaf, seluruh wazan pada jam pelajaran Sharaf hari ini.
✓ Menulis Artikel atau Feature seperti tulisan asatidzah di Majalah Tashfiyah.
✓ Menulis Kelindan Kisah-kisah Nyata sampai tamat hari ini.
          
Kita hanya bisa mencapai Aspirasi dan Hasil seiring dengan berjalannya waktu, jika kita menjalankan Perilaku tertentu, pada waktu yang pasti.
          
          Kami pernah diminta mengajar keterampilan menulis para pelajar. Maka, ditetapkan tujuan adalah mendorong para pelajar untuk menulis suatu buku Antologi (kumpulan berbagai artikel) yang ditulis oleh para pelajar yang mengikuti belajar keterampilan menulis tersebut. Target tengat waktu adalah akhir tahun ajaran. Tema buku Antologi telah ditetapkan yaitu "penghalang-penghalang dalam menuntut ilmu syar'i", dengan mengacu pada buku terjemahan dari kitab aslinya yang berbahasa Arab.

          Aku pikir dengan menetapkan tujuan target yang jelas akan menjadikan penyemangat atau menimbulkan motivasi menulis. Bahkan, aku janjikan imbalan setiap artikel yang selesai.

          Ternyata tidak.

          Di akhir tahun ajaran, hanya satu pelajar yang menyelesaikan tulisan artikelnya, itupun ia bingung bagaimana memasukkan fakta-fakta dalam artikel tersebut.

          Bagi kelompok yang berisi orang-orang terpelajar dan cerdas, target tersebut terlihat cukup spesifik. Namun, coba cermati ... ternyata aku menetapkan tujuan berorientasi kepada Hasil, bukan Perilaku.

          Bahkan, jika aku katakan, "Masing-masing pelajar, tulislah artikel dengan imbalan sekian."

          Para pelajarpun terdiam, besok-besoknya pun tulisan mereka tersendat-sendat. 
          
          Atas dasar pengalaman itu, kemudian juga arahan dari guru-guru yang memang telah berkecimpung di dunia jurnalistik, maka diusahakan menemukan Perilaku yang spesifik dalam hal menulis sekaligus belajar. Karena hubungan belajar dan atau dengan menulis sangat erat hubungannya.
 
          Belajar dengan cara mengikat faedah pelajaran dengan menulis. Menulis pun perlu belajar
 
          Berikut beberapa Perilaku yang dicetuskan:

✓ Menyalin atau menulis minimal 5 kalimat setiap hari.
✓ Menulis 1 kalimat faedah kajian setiap hari.
✓ Menulis artikel, dipadu dengan lomba balap kata.
Dan sebagainya.
          
          Kita sekarang paham, bahwa; 
  • kita mesti mengurangi fokus pada "mengapa"
  • tetapi lebih fokus kepada "bagaimana caranya".
          Bukan "mengapa belajar, mengapa menulis" (Motivasi), tetapi "bagaimana cara belajar, bagaimana cara menulis" (Kemampuan). 

          Karena, 
  • Motivasi kita masih Berubah-ubah pada Kalbu yang belum kokoh
  • masih butuh ditumbuhkan pelan-pelan dari luar 
  • yaitu dari segi Kemampuan dan Pemicu-pemicunya
  • agar Motivasi dan Kalbu bertransformasi menjadi Kokoh. 
Ketika Motivasi telah kokoh, maka sesulit apapun kondisinya, Belajar dengan Menuliskannya menjadi mudah.
          
          Setelah ini, akan kita bahas bagaimana langkah demi langkah untuk Desain Perilaku tersebut.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#11 Motivasi Berubah-ubah bukan Variabel yang bisa diandalkan untuk Perubahan Jangka Panjang"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.