Widget HTML #1

#28 Pandai Bersyukur, Keterampilan paling Penting

Bersyukur, Paling Efektif Membangun Kebiasaan

          Peringatan suatu keberhasilan kecil dengan bersyukur adalah cara terbaik untuk menciptakan perasaan positif yang masuk ke dalam berbagai kebiasaan baru kita, termasuk kebiasaan belajar dengan menulis. Cara tersebut, gratis, cepat, siapapun bisa melakukan, dan tentu pantas kita lakukan sebagai seorang Muslim.
           Namun, kita akan coba cermati perbedaan "bersyukur" dengan "ganjaran dalam bentuk lain". Karena keduanya mempunyai karakter sama, yaitu menimbulkan perasaan senang dan bahagia.
          
          Banyak orang mengatakan, bahwa dengan menggunakan "ganjaran" semisal suatu benda atau perilaku yang disenangi akan memotivasi suatu kebiasaan baru. Tetapi, ternyata makna "ganjaran" ini sudah menjadi kabur, sampai-sampai tidak membantu lagi dalam menumbuhkan kebiasaan baik, bahkan boleh jadi menyesatkan, terbiasa dengan niat yang salah.
          
          Misalnya, 

kita ingin membiasakan diri olahraga dengan berjalan kaki setiap hari, dan pada setiap akhir 2 pekan, kita memberikan ganjaran dengan memanggil terapis pijat untuk memijat diri kita. 

          Ini bukan ganjaran, tetapi namanya adalah insentif. Insentif seperti ini, mungkin bisa memotivasi kita, tetapi ia tidak memprogram pikiran kita, karena boleh jadi jarak waktu antara kebiasaan dengan insentif jauh.
          
          Padahal rasa senang musti timbul seketika setelah kebiasaan, sehingga dopamin yang terlepas mampu berfungsi untuk bisa membangun jembatan di antara kebiasaan yang baru dilakukan dengan kebiasaan itu lagi agar sanggup terulangi.
          
          Sedangkan yang benar dari definisi ganjaran dalam bidang perilaku adalah:

Pengalaman yang terikat secara langsung dengan suatu perilaku yang menjadikan perilaku tersebut lebih mungkin terjadi lagi.
          
          Pemilihan waktu terjadinya ganjaran juga berpengaruh. 
          
          Ganjaran perlu terjadi saat perilaku itu sedang berlangsung atau sepersekian detik setelahnya atau dengan kata lain langsung serta merta begitu selesai kebiasaan dilakukan.
          
          Dopamin dilepaskan dan diproses di pikiran dengan sangat cepat. Itu berarti perasaan senang yang timbul cepat tersebut membentuk kebiasaan.
          
          Lalu reaksi pikiran yang berusaha kita retas itu tidak hanya tergantung jeda waktu seketika, tetapi juga sangat induvidual. Tergantung pengalaman pribadi masing-masing. Sesuatu menyebabkan seseorang senang, belum tentu sama apa yang menyebabkan senang terhadap orang lain. Misalkan, 
          
          Kita, ketika memasuki kedai kopi, mungkin akan merasa senang ketika mencium aroma kopi, dan akhirnya rasa senang tersebut mengakibatkan kita ingin mengulangi kebiasaan tersebut untuk mengunjungi kedai kopi tersebut.
          
          Namun, mungkin ada orang lain yang tak menyukai aroma kopi, karena punya pengalaman buruk terkait kopi, maka ketika mencium aroma kopi, pikirannya bereaksi bertentangan dengan apa yang kita rasakan. Bahkan, tidak mau masuk ke kedai kopi tersebut, apalagi mengulangi, jelas tidak.
          
          Jadi, ganjaran yang hakiki adalah sesuatu yang benar-benar menyenangkan bagi sosok pribadi terkait akan sanggup menciptakan kebiasaan.
          
          Pikiran kita memiliki sistem "built in" - permanen, paten, tetap, asal penciptaan memang demikian, bukan sesuatu yang ditambahkan - untuk memprogram berbagai kebiasaan baru. Dan dengan peringatan bersyukur - sepantas dan sewajarnya begitu sebagai Muslim - kita bisa mempercepat terjadinya kebiasaan. Dan, semakin cepat kebiasaan belajar dan menulis menjadi otomatis di masa yang akan datang.
          
          Perilaku bersyukur, itu seolah-olah bagaikan pupuk kebiasaan. Masing-masing perilaku bersyukur memperkuat akar kebiasaan spesifik, seperti memperkuat perilaku menulis 5 kalimat faedah kajian. 
          
          Namun, akumulasi perilaku bersyukur yang berulang-ulang itu, dengan berjalannya waktu yang akan menyuburkan seluruh kebun kebiasaan-kebiasaan tersebut.
          
          Dengan memupuk perasaan berhasil dan kepercayaan diri dengan perilaku bersyukur, kita membuat tanah kebun kebiasaan lebih subur, lebih mempercepat tumbuhnya semua benih kebiasaan belajar dengan menulis yang telah kita tanam.

Merasa Berhasil walaupun Kecil dan Bersyukur

          Jika kita mencoba suatu produk atau jasa, dan itu membuat diri kita merasa ceroboh, bodoh dan merasa tidak sukses, mana pula kita mau memakai atau membelinya kembali?
          
          Namun, jika produk, jasa tersebut atau sesuatu membuat kita merasa sukses, merasa berhasil, pasti kita menginginkannya kembali. Kitapun terlibat di dalamnya, dan menjadikannya bagian dari hidup kita.
          
          Pola ini, berlaku pula pada cara kita mendesain perubahan dalam kehidupan kita sendiri, termasuk kehidupan ilmiah dan amaliah kita. Yaitu; 
  • dengan perilaku bersyukur 
  • kita akan merasa berhasil dan sukses dalam belajar dengan menulis sekecil apapun.  
          Kita mencoba memetakan urutan ramuan kita untuk perilaku kebiasaan belajar dengan menulis, yang juga terpetakan di urutan pikiran kita:

1. Laksanakan urutan perilaku: Tambatan > Perilaku Kecil yang kita inginkan menjadi kebiasaan belajar dengan menulis, dan

2. Langsung bersyukurlah
          
          Sangat simpel!
          
          Ada beberapa poin, yang canggih dari pola sederhana itu:


Pertama, kita perlu langsung melakukan bersyukur setelah perilaku belajar dengan menulis. Kesegeraan merupakan satu bagian yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kebiasaan belajar dengan menulis kita.

Kedua, adalah "intensitas" dari emosi yang kita rasakan saat kita bersyukur. Dan ini seperti serangan beruntun, yaitu kita sebaiknya bersyukur tepat setelah perilaku belajar dengan menulis tersebut (kesegeraan), yang akan membuat perilaku bersyukur kita itu perlu terasa nyata (intensitas). 
          
          Intensitas adalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: 

in·ten·si·tas /inténsitas/ n keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Dan intens adalah: in·tens /inténs/ a 1 hebat atau sangat kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya); 2 tinggi (tentang mutu); 3 bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (tentang perasaan); 4 sangat emosional (tentang orang).
          
          Ketika kita pertama kali, mulai melakukan belajar dengan menulis 5 kalimat faedah kajian, 
  • kita bisa sesegera mungkin melakukan perilaku ucapan bersyukur, "Alhamdulillah." 
  • Itu adalah peringatan yang sangat baik, karena tindakan itu menciptakan perasaan positif dengan segera
  • Lalu, senyuman sederhana
  • dan berkata dalam kalbu dengan tema penguatan positif, apapun kata-katanya.
          Jika kita tipe orang yang antusias dan optimistis, mungkin perilaku bersyukur mudah kita lakukan dengan menyenangkan dan ekspresif.

          Namun, terkadang ada tipe orang yang pesimistis, cenderung mengkritik diri sendiri, perilaku bersyukur mungkin tidak semenyenangkan dan tidak seekspresif yang diinginkan. Ucapan, "Alhamdulillah" terlihat dan terasa dingin dan hambar. Apalagi itu sudah dilakukan sesering mungkin, tak terasa atsar pada kalbu. Sehingga, perasaan positif, menyenangkan dan ekspresif inipun butuh dilatih.
          
         Peringatan bersyukur, tidak harus berupa sesuatu yang kita ucapkan keras-keras, atau dengan ekspresi fisik. Namun, ia adalah:

Ucapan bersyukur, "Alhamdulillah" yang dilakukan secara eksternal (mulut dan lidah) dan internal (perasaan emosi positif pada kalbu), yang membuat kita merasa senang dan sukses (berhasil).
          
          Merasa senang, lega dan bahagia, kita telah mengenal perasaan ini, seperti:

✓ Ketika berhasil mengerjakan ujian tes pelajaran di sekolah.
✓ Ketika berhasil menulis suatu artikel, dan tulisan tersebut memberi manfaat kepada orang lain.
✓ Ketika mencium aroma lezat dari masakan yang kita masak untuk mencoba suatu resep masakan untuk pertama kalinya.
          
          Kita mesti yakin, bahwa perilaku bersyukur ini adalah meretas pembentukan kebiasaan belajar dengan menulis. Dengan pandai atau bahkan terampil bersyukur, terciptalah perasaan senang, lega dan bahagia. Dan, kemudian memicu pikiran atau bawah sadar kita untuk memprogram kebiasaan belajar dengan menulis.
          
          Sejatinya, jika kita bisa dan mau secara langsung belajar menumbuhkan kebiasaan belajar dengan menulis, kita bisa mulai berfokus dengan peringatan perilaku bersyukur ini. Dan, itu pasti sangat menyenangkan. 
          
          Dan, sebenarnya kepandaian bersyukur adalah suatu keterampilan paling penting dalam terciptanya kebiasaan belajar dengan menulis.
          
          Berikut beberapa ekspresi bersyukur secara detail dari segi Kemampuan, yang dapat meretas pikiran kita. Tentu saja, kalbu kita selalu terkait kepada Allah ta'ala, dengan segala pujian-Nya. Dan, ini hanyalah, 

✓ gagasan alternatif yang bisa kita lakukan, dan 
✓ tidak di tetapkan selalu itu,
✓ bisa berganti-ganti, atau
✓ ada yang lainnya menurut masing-masing lebih cocok, tak mengapa.
          
          Intinya ini bukan seperti menetapkan syariat Islam, hanya contoh-contoh agar terbuka pikiran kita, sehingga bersyukur lebih bermakna dengan bantuan perilaku ekspresi. Beberapa contoh - tentu selalu dengan ucapan, "Alhamdulillah":

✓ Tersenyum lebar, tanda senang dan bahagia
✓ Anggukkan kepala kita, tanda ketundukan kepada Sang Maha Pemberi Nikmat
✓ Tarik nafas dalam-dalam (lawan perilaku mengeluh, biasanya menghembuskan nafas).
✓ dan sebagainya (yang tidak menyelisihi syariat).

          Setelah ini, akan diposting tulisan seputar "Makna Syukur" dikutip begitu saja dari web Asy-Syari'ah agar lebih mendalami makna bersyukur.
   
***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#28 Pandai Bersyukur, Keterampilan paling Penting"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.