Widget HTML #1

Pemecahan Masalah Perilaku dengan Tiga Langkah - pada Kalbu yang tidak Kokoh: Contoh Kasus 2

          Dengan menggunakan Model Perilaku di rumah, kita bisa membantu anggota keluarga di rumah untuk membantu kita.
          
          Bagaimana itu membantu untuk membantu?

          Siapapun akan mengatakan, bahwa jika kita dalam hubungan jangka panjang - yaitu dalam suatu keluarga - , bahwa ketegangan karena pekerjaan rumah sanggup merusak hubungan kekeluargaan suatu keluarga.
          
          Contoh kasus:

          Suatu ketika Fulan, seorang ayah meminta kepada anaknya untuk mengabari via aplikasi pesan singkat medsos jika ia tidak pulang ketika bersama temannya di pondok pesantren yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Karena, sang anak terkadang tidak pulang, dan langsung menginap di ponpes itu. Pun, terkadang ia juga berkunjung ke rumah temannya dekat ponpes tersebut, dan tidak pulang. 

          Fulan merasa ini permintaan masuk akal, karena kekhawatiran terjadi apa-apa terhadap putranya, dengan semakin merebaknya kejahatan dimana-mana yang semakin sadis.

          Hari itu, anaknya pulang keesokan pagi harinya dan ia tak memberi kabar apapun kemarin malam. Ternyata benar, anaknya menginap di ponpes. Fulan kesal, dan bertanya, "Kenapa kamu tidak memberi kabar tadi malam?"

          "Aku ketiduran ...," sang anak melontarkan alasannya, "maaf, lain kali aku akan bilang ..."

          "Itu namanya kurang perhatian," sang ayah memberi motivasi.
          
          Kedua pernyataan tersebut, yakni sang anak dan sang ayah adalah strategi Motivasi.
          
          Akan tetapi, beberapa hari kemudian, suatu saat sang anak menginap di rumah temannya, tetap tidak ada pesan singkat yang terkirim di HP ayahnya.

          Setelah, Fulan sang ayah betul-betul sangat dongkol, "Kamu mbok mengerti kepada keluarga, keluarga itu sayang sama kamu ..."

          "Maaf, ... aku lupa," begitu, kembali sang anak beragumentasi.
          
          Kembali hal-hal yang dijalani adalah mengandalkan Motivasi. Kondisi keluarga yang demikian adalah bukan situasi yang baik.
          
          Baik, kita akan mencoba memecahkan masalah itu dengan mengutak-atik 3 Variabel Desain Perilaku. Jadi, kita coba flash back (kilas balik), memutar ulang cerita tersebut.
          
          Seumpamanya, Fulan tidak kesal sewaktu anaknya pulang tanpa pesan kemarin malam, dan Fulan masuk ke mode "pemecahan masalah", dan bertanya, "Apakah kamu punya sesuatu yang bisa mengingatkanmu untuk memberi kabar?"
          
          Strategi Pemicu.
          
          Tentu sang anak akan menjawab, "Tidak, aku pikir aku pasti ingat, Ternyata aku lupa ..."

          Jadi, Fulan mendesain Pemicu untuk kesempatan atau hari-hari berikutnya jika sang anak tidak pulang ke rumah, "Menurut kamu, apa pengingat yang bagus untuk mengingatkanmu jika suatu saat kamu tidak pulang lagi?"

          Lalu, sang anak mempunyai gagasan, "Aku akan membuat suatu poster tulisan pengingat, lalu aku akan pasang sebagai wall paper di HPku."

          Nah, kini tebak, akankah sang anak akan memberi kabar, jika ia tidak pulang? 

         Tentu, ia akan memberi kabar dengan kalimat menentramkan sang ayah, misalkan, "Bismillah, aku baik-baik saja Bi ... menginap di ponpes." (Bi, adalah panggilan untuk sang ayah, penggalan dari kata "abi", frasa dalam bahasa Arab yang berarti "ayahku").
          

          Saat, Fulan sang ayah mengaplikasikan "metode pemecahan masalah" pada perilaku sang anak, 
  • tentu sang ayah dengan sendirinya menghentikan menyalahkan diri pribadi sang anak. 
  • Sang ayah tak akan menohok pribadi sang anak, 
  • seolah-olah sang anak tak memiliki tekad, Motivasi yang kuat dalam perhatian kepada keluarganya, terkhusus kepada sang ayah.
          Dari kasus di atas, pun kita mendapat pelajaran:

✓ Kita tak mengutak-atik Motivasi, karena Motivasi ada di dalam kalbu, dan kita tak tahu apa sebenarnya motivasi seseorang, karena itu hal yang rahasia dan tertutup.
          
✓ Kondisi tersebut, membuat kita selalu "husnuzhon" (sangka baik) kepada seseorang, dan itu adab yang bagus dan mulia.
          
Tidak menohok atau "justifikasi" pada kepribadian, sifat atau karakter seseorang, sehingga diharapkan dapat menimbulkan jiwa orang tersebut mudah untuk memperbaiki perilakunya.
          
✓ Sedikit pengetahuan, bahwa karakter seseorang itu suatu perilaku yang akan keluar begitu saja secara otomatis. Dan, ini bisa timbul dari suatu kondisi yang berulang-ulang, yang akhirnya terekam di bawah sadar. 

          Maka dari itu ahlul ilmi mengatakan, bahwa; 
  • yang membuat seorang anak mempunyai sifat tertentu itu dari orang tuanya
  • Karena sang anak dari kecil selalu bersama orang tuanya, 
  • dan anak kecil paling mudah meniru dan mengingat orang, tindakan ataupun situasi di sekelilingnya,
  • Karena hatinya masih putih, jernih bagaikan permata, siap diukir apapun di sana.
  • ia melihat kondisi yang berulang yang akhirnya membentuk karakter sang anak. 
          Hal tersebut melazimkan, ketika anak tidak sering bersama orang tuanya, ya ... yang membentuk karakter sang anak dari kecil adalah lingkungannya, orang-orang di sekitarnya, seperti teman-temannya, guru-gurunya, dan orang-orang yang selalu bersamanya.

          Nah, setelah kita tahu, bahwa karakter timbul dari hal-hal yang berulang, dan hal-hal yang berulang itu terletak pada lingkungan, konteks-konteksnya. Sedangkan konteks-konteksnya itu dipengaruhi; 
  • variabel Pemicu (yang memantik perilaku) 
  • dan Kemampuan (yang memudahkan perilaku), 
  • yang keduanya itu berulang-ulang
  • Lalu, apakah kita akan menyalahkan karakter (baca: Motivasi)? ... sedangkan solusi pembentukannya terletak pada 2 variabel yaitu: Pemicu dan Kemampuan - bagi Kalbu yang tidak kokoh. 
          Orang yang cerdas, 
  • tentu akan mencari solusi masalah dari sebabnya, 
  • bukan langsung menyalahkan akibatnya. 
  • Karena sebab (Pemicu dan Kemampuan) ada dahulu, 
  • sebelum terjadinya akibat (Motivasi, atau Sifat dan Karakter).
          Jadi, Desain Perilaku 
  • dimulai dari mengutak-atik Pemicu dan Kemampuan secara berulang-ulang adalah benar, 
  • akan mengubah kehidupan seseorang, 
  • karena akan mengubah kebiasaan seseorang. 
  • Sedangkan kebiasaan seseorang akan mengubah karakter, 
  • dan sifat seseorang yang akan keluar secara otomatis ketika ada kejadian yang memicu.
          Guru kita, al-Ustadz Usamah Mahri dalam kajiannya Raudhatul 'Uqala, mengatakan, "Barang siapa yang memperbanyak suatu hal pada dirinya, maka ia akan disematkan hal tersebut pada dirinya." 

          Memperbanyak = mengulang-ulang, tul gak?
          
          Sama saja kita mengatakan, "Siapa saja yang memiliki suatu kebiasaan, maka ia akan disifati dan diidentitasi oleh kebiasaan tersebut."
          
          Jika kita mempunyai kebiasaan belajar dan menulis, maka kita akan disifati orang yang gemar belajar dan menulis, dan otomatis kita diidentitasi sebagai pelajar dan penulis

          Namun, ingat! status pelajar dan penulis yang memberikan kepada kita adalah orang lain atau tepatnya Sang Maha Pencipta kita, dan itu adalah hanya akibat. Kita tetap selalu fokus pada tujuan kita yaitu sebab yang menjadikan itu semua, yaitu prosesnya: Belajar dan Menulis sampai berkalang (berbantal) tanah.
          
          Maka, tutorlah diri kita, setiap kita menghadapi permasalahan perilaku yang kurang ideal atau bahkan tak terjadinya suatu perilaku pada diri kita sendiri atau orang lain, apalagi kerabat kita, dengan Tiga Langkah:

1. Apakah kita atau orang lain memiliki Pemicu yang memantik kita atau orang lain tersebut?

2. Apakah ada yang membuat Kemampuan kita atau orang lain sulit melakukannya?

          Dua Hal tersebut di atas adalah solusi dari jalur luar yaitu faktor-faktor lingkungan dan perbuatan anggota tubuh.

3. Lalu, melengkapi dengan menyempurnakan dan mengutak-atik Motivasi yang masih Berubah-ubah tersebut. Ini adalah dari jalur dalam, karena memberi nutrisi kebaikan ke dalam Kalbu kita.
          
          Dalam banyak kasus, terkhusus dalam hal tema kita adalah bagaimana menumbuhkan perilaku kebiasaan Belajar dan Menulis, tidak melulu masalah Motivasi, kita bisa memecahkan masalah perilaku tersebut dari:
          
Menemukan Pemicu Belajar dan Menulis yang tepat, sesuai kondisi sosok pribadi masing-masing.
          
Atau
          
Menjadikan Kemampuan untuk Belajar dan Menulis lebih mudah dilakukan.      
          
***
          
Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "Pemecahan Masalah Perilaku dengan Tiga Langkah - pada Kalbu yang tidak Kokoh: Contoh Kasus 2"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.