Widget HTML #1

#20 ATM (Aksi Tiga Menit)

          Kebiasaan adalah perilaku otomatis yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan sadar berikutnya. Saking otomatisnya, kebiasaan bisa dituntaskan dalam beberapa menit bahkan hanya dalam beberapa detik. Namun, kebiasaan juga dapat membentuk atau melanjutkan kepada aksi-aksi berikutnya beberapa menit, bahkan dalam hitungan jam.

          Kebiasaan bagaikan pintu tol menuju jalan tol bebas hambatan. Pintu itu tanpa sadar menggiring kita beralih dengan cepat ke perilaku berikutnya. Dan, tentu rasanya lebih mudah melanjutkan apa yang sudah dimulai dari pada langsung melakukan sesuatu yang sulit.

          Contoh saja, 

terkadang kita hanya berniat buka ponsel "sebentar saja", ternyata bisa berlanjut menjadi setengah jam, buka ini buka itu. Begitu pula, misalnya kita ingin "ngemil sedikit", ternyata tanpa terasa toples camilan sekonyong-konyong melompong, habis tanpa tersisa. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan tanpa berpikir, ternyata bisa berlanjut kepada perilaku yang lebih banyak dalam hal waktu maupun perbuatannya.

          Hal ini, sejatinya telah kita alami sejak kecil. 

Ketika kita berusia setingkat Sekolah Dasar, kita hanya tahu pagi-pagi mandi, sarapan, memakai seragam sekolah, kaus kaki, sepatu, lalu bawa tas sekolah. Waktu itu, kita tak tahu atau tepatnya tak memikirkan, sampai di kelas sekolah kita akan belajar, pun belajar apa saja. Kita hanya melakukan "ritual rutinitas" yang kita lakukan di pagi hari seperti yang telah disebutkan di atas. Dan, ternyata ritual tersebut menjadikan kegiatan yang lebih penting sebagai lanjutannya.

          Setiap hari, selalu ada momen yang akan berlanjut dan memberikan hasil yang lebih besar. 

Aksi-aksi yang kecil tersebut merupakan momen-momen yang menentukan. 

          Seperti, momen ketika kita; 
  • memutuskan masak sendiri atau membeli makanan di luar, 
  • memilih mengendarai mobil atau sepeda motor ketika ke luar ingin membeli kebutuhan sehari-hari, 
  • momen memilih mengerjakan tugas dari pengajar atau ngopi sambil ngobrol dengan teman-teman. 
          Keputusan memilih yang mana, akan menemui jalan-jalan bercabang yang berbeda. Bisa baik, bisa buruk.

          Perbedaan hari dengan peristiwa baik maupun hari dengan kejadian buruk, 
  • seringkali ditentukan oleh pilihan momen pertama yang menentukan
  • Setiap pilihan menentukan lintasan yang kita ambil pada detik-detik berikutnya
  • Setiap momen pertama akan berlanjut seperti jalan bercabang, bertumpuk-tumpuk. 
  • Dan, akhirnya mengantarkan kita pada hasil-hasil yang sangat berlainan.

ATM (Aksi Tiga Menit )

          Aku memulai profesiku sebagai desainer rumah alias arsitek, setiap hari dengan suatu "ritual". Apakah itu? Setelah mandi pagi, aku duduk di kursi kerjaku, dan menyalakan laptopku. Ritualku bukan mendesain rumah, tetapi menyalakan laptop. Begitu laptop telah menyala, maka ritualku telah terlaksana. Itu adalah aksi ringan, tetapi aku lakukan berulang-ulang setiap pagi setelah mandi, yang akhirnya menjadi kebiasaan dan tentu mudah dikerjakan. Kemudahan tersebut, mengurangi kemungkinan aku melewatkannya dan mengganti dengan perilaku lainnya. Dan, aku tak usah memikirkannya, karena telah otomatis terjadi.

          Proses duduk di kursi kerja, dan menyalakan laptop sampai siap dipakai, mungkin hanya sekitar tiga menit. Aku tak peduli setelah itu mengerjakan apa. Karena jika dipikir dari awal musti mendesain rumah, maka pikiranku akan sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang akan dihadapi. Jika menemui tugas yang diberi cukup mudah, mungkin tak terlalu pengaruh dalam memulainya. Namun, jika aku sudah tahu tugas untuk kali itu cukup sulit dan rumit, tentu boleh jadi belum apa-apa aku enggan menyalakan laptop. Ah, nanti-nanti saja, habis ruwet sih.

          Oleh sebab itu, aku punya ritual tiga menit menyalakan laptop tersebut. Selanjutnya? Biarkan berjalan dengan sendirinya. Ini akan lebih mudah untuk tugas yang lebih sulit selanjutnya.

          Kita akan mendapatkan, hampir setiap kebiasaan terkait belajar dan menulis bisa diubah menjadi aksi tiga menit.

✓ Membaca buku atau kitab setiap habis shalat Isya bisa kita ubah menjadi membaca satu halaman.

✓ Mengetik atau menulis kata-kata mutiara para ulama bisa kita ubah menjadi membaca dan menulis sebuah kata mutiara ulama.

✓ Menulis hasil belajar kita dengan satu artikel tulisan bisa kita ubah menjadi menulis satu paragraf atau membuat kerangka tulisan.

✓ Meriset dan menulis suatu kisah nyata hari ini, bisa kita ubah menjadi mencatat ide tema tulisan kisahnya hari ini.

✓ Memposting tulisan hasil belajar disertai image dan mempublishnya, bisa kita ubah menjadi hanya memposting postingan saja. Dan sebagainya.

          Idenya adalah  membuat kebiasaan belajar dan menulis dimulai semudah mungkin. Kebiasaan belajar dan menulis tidaklah harus semacam tantangan

Aksi-aksi belajar dan menulis berikutnya mungkin menyulitkan, tetapi tiga menit pertamanya musti mudah. 

          Yang musti kita lakukan adalah kebiasaan pembuka belajar dan menulis, yang secara wajar menggiring kita ke arah yang lebih berliku.

          Kebiasaan belajar dan menulis dapat kita petakan sebagai berikut:

Sangat mudah: belajar dan menulis lima kalimat.

Mudah: belajar dan menulis satu paragraf.

Cukup mudah: belajar dan menulis seribu kata.

Sulit: belajar dan menulis sebanyak lima ribu kata.

Sangat sulit: belajar dan menulis satu buku atau satu kitab.

          Lalu, jika bisa mulai dari yang mudah dahulu, mengapa harus mulai dari yang sulit?

          Kitapun terkadang merasa aneh, tiba-tiba bersemangat; 
  • belajar dan membaca beberapa halaman setelah membaca satu halaman. 
  • Belajar dan menulis berparagraf-paragraf setelah belajar dan menulis satu paragraf. 
          Rupanya pikiran kita itu seperti mesin mobil. Ketika pertama dinyalakan masih dingin dan belum dijalankan, tetapi lambat laun mesin mulai panas, dan mobil siap dijalankan kemana maunya pengemudi.

          Dengan demikian, kita tak akan memulai kebiasaan belajar dan menulis apapun, jika berpikir kita musti bisa menulis hasil belajar kita lebih dahulu. 

          Namun, yang paling penting di sini adalah; 

menguasai kebiasaan memulai sesuatu. 

          Dan, sesuatu itu adalah keterampilan belajar dan menulis. Kebiasaan belajar dan menulis harus dimulai sebelum disempurnakan. Namanya "kesempurnaan" tentu dimulai dari sesuatu yang tidak sempurna atau belum sempurna. Kemudian lambat laun bertransformasi menjadi sempurna. Hal ini sangat dipahami oleh kita, siapapun kita, dan di bidang apapun. 

          Tul gak?

          Jika kita tidak sanggup meyakini dasar memulai kebiasaan belajar dan menulis, kecil harapan kita untuk menguasai detail-detail keterampilan belajar dan menulis tingkat berikutnya. 
  • Kita harus melakukan kebiasaan belajar dan menulis versi mudahnya secara konsisten
  • sebelum melakukan optimalisasi, varian-varian, 
  • bahkan menuju modifikasi cara-cara belajar dan menulis yang lebih taktis sesuai kondisi kita masing-masing.
          Kita mungkin tak sanggup mengotomatiskan seluruh proses kebiasaan belajar dan menulis, tetapi kita bisa menjalankan aksi pertama belajar dan menulis tanpa dipikir. Jadikan permulaan belajar dan menulis lebih mudah, maka selanjutnya akan berjalan dengan sendirinya.

          Mungkin kita beranggapan bahwa, Aksi Tiga Menit ini seolah-olah kita membohongi diri kita sendiri. Karena, sebetulnya kita tahu target kita adalah melakukan belajar dan penulisan melebihi waktu tiga menit. 

          Nah, sekarang kita bertanya pada diri kita sendiri, 

"Jika kita tahu ini hanyalah trik psikis, mengapa kita mau mengulanginya?"

          Lalu, bisa juga dalam pikiran kita mengatakan, 

"Aksi tiga menit ini, maksa banget deh." 

          Maksudnya, "dipaksa-paksakan", atau "dicari-cari pembenarannya". Maka, 

cobalah kita melakukan kebiasaan belajar dan menulis, entah membaca, atau menulis atau kebiasaan belajar lainnya hanya selama tiga menit lalu berhenti. Sepertinya kita sulit untuk berhenti. Pikiran sudah memanas. 

          Dan, terbukti bahwa aksi tiga menit ternyata bukan strategi untuk memulai

tetapi aksi untuk keseluruhan kebiasaan belajar dan menulis. Subhanallah.

          Belajar dan menulis setiap hari, ayat-ayat Al-Qur'an dan tafsirnya, atau menulis kata-kata mutiara ulama, atau bahkan menulis buku harian (diary) sekalipun, hampir setiap orang mendapatkan manfaat dari itu semua. Namun, dengan berjalannya waktu, kebanyakan orang menyerah dan berhenti, karena menganggap itu seperti kewajiban atau beban.

          Lalu, bagaimana sebaiknya agar konsisten?

          Caranya, 

itu semua dapat selalu kita lakukan ketika berada pada posisi di bawah titik sebelum kegiatan belajar dan menulis terasa seperti beban atau kewajiban. Kita harus berhenti belajar dan menulis sebelum kegiatan belajar dan menulis itu terasa seperti beban. 

          Misalkan

Kita dapat menulis diary cukup satu kalimat tentang hari yang telah kita lewati.

          Bukankah ada pedoman "Jika tak bisa menjalankan keseluruhan, jangan ditinggal semuanya." 

  • Lebih baik belajar dan menulis lima kalimat dari pada tidak belajar dan menulis sama sekali. 
  • Lebih baik belajar dengan membaca satu paragraf dari pada tidak mengambil dan membaca buku sama sekali
          Lebih baik melakukan sedikit (kecil), dari pada apa yang banyak kita harapkan sama sekali tidak dilakukan.

          Contoh pembentukan kebiasaan belajar dan menulis:

Fase 1, belajar dan menulis satu sampai lima kalimat, dengan menyalin kata-kata mutiara ulama Salaf dari beberapa buku terjemahan atau beberapa kitab, jika mampu menterjemahkan.

Fase 2, mencoba belajar dan menulis paragraf, 
  • Jika masih bingung, bisa hanya menyalin saja (menulis ulang) atau menterjemahkan satu paragraf dari buku terjemahan atau kitab Ulama Salaf, setiap hari. Dan, ini adalah ittiba' (mengikuti - meniru) kebiasaan perilaku spesifik para Ulama Salaf.  
  • Atau, belajar dan menulis satu paragraf suatu kronologis suatu kejadian, semisal di dalam suatu Tarikh (sejarah) Islam atau Sirah Nabawiyah. 
  • Bisa juga, menulis satu paragraf ide sendiri berbentuk deskriptif (penggambaran) suasana suatu latar.  
  • Bisa pula, menulis satu paragraf deduktif (kalimat pokok di awal paragraf). Bisa berbentuk deskripsi (penggambaran), atau opini. 
  • Bahkan, sebisa mungkin belajar dan menulis suatu paragraf tulisan ulama yang telah ada, tetapi dengan cara; 
    • kita baca dulu
    • pahami
    • lalu tulis ulang tanpa melihat paragraf yang telah ada tersebut. 
Fase 3, mencoba menulis wacana tulisan berbentuk Eksposisi. Rancang kerangkanya lebih dahulu, baru setelah itu tulis paragraf-paragrafnya dengan patokan kerangka tersebut. Lebih lengkapnya bisa baca belajar atau baca buku "Menulis Artikel Asyik Dibaca".

Fase 4, mencoba menulis Artikel dari eksposisi yang telah kita tulis dengan menyelipkan fakta-fakta kejadian yang mendukung opini eksposisi tersebut sebagai penguat argumentasi-argumentasinya (alasan-alasannya).

Fase 5, mencoba menulis varian-varian Artikel seperti, Profil, Artikel Perjalanan, Feature, dan sebagainya.

Fase 6, mencoba menulis Kisah Nyata. Untuk latihan perdana, bisa memakai tokoh utama kita sendiri, tetapi namanya disamarkan. Lebih lengkapnya bisa baca belajar atau baca buku "Menulis Cerita Tingkat Dasar - Kisah Nyata - rasa Novel".

Fase 7, mencoba menulis Kelindan Kisah-kisah Nyata. Untuk latihan perdana, bisa memakai tokoh utama kita sendiri, tetapi namanya disamarkan. Lebih lengkapnya bisa baca belajar atau baca buku "Menulis Cerita Tingkat Lanjutan - Kelindan Kisah-kisah Nyata - rasa Novel Nonfiksi".

         Ingat setiap meningkat ke fase berikutnya, selalu dimulai dengan aksi tiga menit. Karena sejatinya Aksi Tiga Menit adalah aksi keseluruhan.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#20 ATM (Aksi Tiga Menit)"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.