Widget HTML #1

Bergabung dengan Kelompok Komunitas Belajar dan Menulis

Ada apa dengan Kelompok Komunitas?

          Manusia senang berkelompok. Kita ingin selalu merasa saling cocok dengan yang lain, terikat dengan yang lain, dan mendapat apresiasi dari sesama kita. Ada ungkapan, 

"Domba yang bersendirian akan mati diserang serigala, tetapi domba yang berkelompok akan selamat."

          Mereka yang berkolaborasi dan memiliki ikatan dengan yang lainnya, 
  • akan merasa aman
  • bisa mengakses sumber daya bersama, 
  • dan tentu mampu bertahan hidup. 
  • Dan, salah satu hasrat manusia yang alami adalah ingin dimiliki.
          Ternyata, kita tak memilih kebiasaan, tetapi norma-norma sosiallah merupakan aturan-aturan yang tak terlihat yang mengarahkan perilaku kita setiap hari. Kita hanya meniru dan mengikuti saja, bagaikan kita menaiki "escalator", "TAP!" tinggal ikut kemana escaltor membawa kita.  

         Terkadang, kita melakukan kebiasaan-kebiasaan dalam kelompok kita tanpa berpikir, tanpa bertanya bahkan tanpa mengingatnya.

          Sering terasa hidup yang seiring, seia-sekata dan sejalan dengan kelompok kita tidak terasa sebagai beban. Semua orang ingin dimiliki. 

          Bila kita dibesarkan dalam keluarga yang memberi apresiasi karena perilaku belajar dan keterampilan menulis kita, maka belajar dan menulis akan menjadi kegiatan yang sangat menarik.

          Bila tinggal dalam lingkungan tempat semua orang mengenakan baju jubah sebagai pakaian sesuai syariat Islam, kita akan cenderung memakainya agar setara dengan orang lain dalam lingkungan tersebut. 

          Bila semua teman mempunyai kebiasaan memanggil yang lain dengan panggilan bahasa Arab "antum", kita juga ingin menggunakannya, agar semua teman dalam kelompok kita mengetahui atau mengakui bahwa kita "bagian dari mereka"

Barang siapa meniru-niru suatu kelompok (baca: kaum - golongan), maka ia termasuk bagian dari kelompok (baca: golongan) tersebut. (al-Hadits)

          Perilaku menjadi menarik ketika perilaku tersebut memudahkan kita menjadi cocok dengan kelompok kita. 

          Kelompok belajar dan menulis menawarkan peluang untuk mendapatkan manfaat dari menjadikan kebiasaan belajar dan menulis kita lebih menarik.

Mengapa kita meniru kebiasaan Belajar dan Menulis Orang yang Akrab dengan kita?

          Keakraban mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada perilaku kita. Kita meniru kebiasaan belajar dan menulis orang-orang di sekitar kita, baik daring maupun luring. Ketika teman-teman kita belajar dan menulis, kitapun cenderung ingin mencobanya juga.

          Aku mendapati diriku sering meniru perilaku orang-orang di sekitarku tanpa menyadari. Aku telah lama tinggal di ibukota selama 25 tahun. Tentu saja aksen bicaraku seperti orang Betawi. Kemudian aku pindah tinggal di Jawa Tengah. Tiba-tiba tak berapa lama aksen bicaraku jadi medok wong Jowo. Berbilang tahun aku telah tinggal di Muntilan dan Kedu. Aku pikir, aku telah benar-benar menjadi orang Jawa, apalagi bapak ibuku memang dari suku Jawa. Suatu saat, aku ada keperluan untuk melakukan perjalanan ke ibukota. Sesampainya di ibukota, begitu mendengar bicaranya orang pertama yang aku jumpai, ketika itu adalah supir taksi - tentunya dengan aksen "loe gue" - sekonyong-konyong medok Jowoku ambyar. Lantas, tanpa sadar, logat Jakarteku yang bertahun-tahun telah amblas, seolah-olah bangkit dari kuburnya.

          Semakin akrab kita dengan seseorang atau kelompok kita, semakin kita ingin meniru kebiasaan mereka. Teman, keluarga atau apapun kelompok kita memberi semacam tekanan tak terlihat menarik ke arah mereka.

          Kita akan menyerap kebiasaan-kebiasaan belajar dan menulis orang-orang di sekitar kita, bahkan menyerap kualitas-kualitas belajar dan tulisan orang-orang kelompok tersebut.

          Salah satu hal yang menarik yang dapat membangun kebiasaan belajar dan menulis adalah: 
  • bergabung dengan kultur komunitas belajar dan menulis. 
  • Dimana kebiasaan belajar dan menulis dianggap kegiatan normal dalam komunitas tersebut. 
  • Kebiasaan belajar dan menulis dapat dicapai ketika kita melihat orang lain belajar dan menulis setiap hari. 
          Beradalah kita di antara orang-orang dengan kebiasaan belajar dan menulis. Kita akan tumbuh bersama.

          Tak ada yang lebih mendorong Motivasi atau Hasrat Belajar dan Menulis kecuali menjadi anggota kelompok belajar dan menulis. Yakni, ketika Motivasi lemah atau naik turun, pada Kalbu yang belum kokoh.

          Sebelumnya, mungkin kita berusaha sendiri. Karakter sebagai pembelajar dan penulis tunggal. Namun, ketika kita bergabung dengan kelompok Komunitas Belajar dan Menulis Ahlus Sunnah, maka karakter pembelajar dan penulis kita menjadi terkait dengan pembelajar-pembelajar dan penulis-penulis kelompok tersebut. Perkembangan, pembentukan, dan pertumbuhan  tak lagi menjadi perjuangan individu.

          Kami adalah pembelajar sekaligus penulis.

          Karakter kelompok belajar dan menulis tersebut tentu saja akan memperkuat karakter pribadi kita sebagai pembelajar dan penulis. Yang semuanya itu membuat perilaku belajar dan menulis mampu bertahan dalam jangka waktu panjang, bahkan selamanya sampai berkalang (berbantal) tanah.

Mengapa kita Meniru Kebiasaan Menulis Orang Banyak

          Ketika kita tak yakin bagaimana kita belajar dan menulis dan memposting tulisan kita di kelompok belajar dan menulis, kita serta merta mencermati reaksi teman-teman dalam kelompok belajar dan  menulis kita. 

          Kita akan selalu memonitor kelompok belajar dan menulis kita, dan selalu bertanya-tanya dalam hati dengan kepo, "Apa yang telah dipelajari dan ditulis oleh anggota lain?" 

          Yang pada akhirnya, perilaku belajar dan menulis kelompok akan mengalahkan perilaku perorangan selain belajar dan menulis.

          Begitulah manusia, jika masih memiliki kalbu yang belum kokohhatinya mudah berbolak-balik. Ada tekanan internal agar tunduk pada aturan-aturan kelompok belajar dan menulis. Balasan yang diterima, biasanya lebih berharga daripada hanya terlihat cerdas tetapi menyelisihi kelompok belajar dan menulis.

          Ada suatu kejadian nyata terkait ini. 

         Ada pesan singkat yang masuk di inbox admin Grup WhatsApp Salafy Asyik Menulis.

[7/27, 16:37]  Fulan: بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum, perkenalkan nama ana Fulan. Domisili Parung, Bogor. Asal Pamulang, Tangerang Selatan. Taklim ke Ustadz Abu Yahya Mu'adz Hafidzahullah.

[7/27, 16:37] Fulan: Afwan pak nggak sengaja masuk ke grup (Masuk lewat tautan). Subhanallah banyak faidah baru yang menarik dan bermanfaat. Untuk sementara mohon izin jadi silent reader dulu pak (senyum). Masih mengamati. Baarokallohu fiikum

          Seorang teman, tak sengaja masuk ke grup tersebut. Tentunya tak ada niat ingin belajar dan menulis, lha wong tak sengaja katanya. Tetapi kelompok belajar dan menulis yang tentunya isinya orang banyak, telah mengubah niatnya untuk tetap tinggal dalam grup. Sejatinya ia bila tak sengaja, mustinya langsung keluar dari grup. Ternyata tidak.

          Pikiran manusia tahu bagaimana menyesuaikan diri dengan orang-orang. Kita digiring untuk ingin sejalan dengan kebanyakan orang lain. Berjalan melawan arus dalam kultur tempat kita berdiam, menuntut usaha yang tidak sedikit menguras tenaga.
  • Kita mengubah kebiasaan belajar dan menulis kepada kebiasaan selain belajar dan menulis, berarti menentang kelompok, dan ini tidak menarik. 
  • Sedangkan bila kita mengikuti kebiasaan belajar dan menulis, berarti menjadi lebih sesuai dengan kelompok belajar dan menulis, maka perilaku tersebut menjadi menarik.

Mengapa kita Meniru Kebiasaan Belajar dan Menulis Orang yang berstatus sosial di atas kita

          Manusia dimanapun, tanpa ia mauipun, masyarakat akan menempatkan ia pada status sosial tertentu. Ia akan diakui oleh masyarakatnya sebagai suatu kedudukan karena ilmu dan amalnya. Bukan kedudukan tersebut menjadi tujuannya, tetapi masyarakat lah yang menyematkan pada dirinya. 

          Karena jika kedudukan tujannya, justru ia telah terjerumus pada cinta kedudukan (hubbul-jah) dan cinta kepemimpinan (hubbur-riyasah). Ini berbahaya bagi keikhlasannya semata untuk Allah ta'ala.

         Dan, kitapun akan tertarik meniru-niru perilaku orang dengan status sosial (kedudukan) yang kita apresiasi (hargai). Contohnya, kita ingin meniru ustadz-ustadz kita. Atau, bahkan kita ingin meniru para generasi awal; para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para Tabi'in, para Tabi'ut Tabi'in, dan para ulama Salaf yang mengikuti mereka dengan baik. Itu adalah wajar.

         Maka, begitu kita berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok belajar dan menulis, kita akan mulai ingin meningkatkan diri dengan meniru orang yang menonjol dalam belajar dan menulis di kelompoknya.
  • Kita berusaha meniru pembelajar dan penulis yang terampil atau berhasil, 
  • karena kita ingin berhasil juga. 
  • Banyak kebiasaan-kebiasaan belajar dan menulis kita merupakan hasil tiruan dari para pembelajar (thalibul ilmi) dan  penulis-penulis yang kita kagumi
  • Meniru orang yang kita kagumi bukan hal yang aneh. 
         Orang berderajat tinggi dengan derajat kebaikan karena kebiasaan belajar dan menulis tentu disenangi oleh Allah Subhana wa ta'ala. Status yang demikian, akan memberi pemahaman pada kita, bahwa perilaku kebiasaan belajar dan  menulis adalah kebiasaan yang menarik. Dan, kita akan punya alasan kuat untuk terus melakukan dengan sungguh-sungguh kebiasaan belajar dan  menulis. 

***
          
Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "Bergabung dengan Kelompok Komunitas Belajar dan Menulis"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.