Widget HTML #1

#43 Etika Menjadi Sebab, dalam Mengubah Orang Lain

Etika Mengubah Orang Lain

          Ada hal yang perlu kita pahami, yang mungkin belum terpikir selama ini untuk kita pahami, bahwa "mengubah orang lain" adalah:

✓ suatu ranah yang bisa membuat orang-orang merasa agak gugup, atau mengubah rasa nyaman pada identitasnya selama ini berpindah pada sesuatu yang mereka belum terbiasa.

✓ Kita mempengaruhi perilaku orang lain setiap saat, dan seringnya tanpa kita sadari.

✓ Dan, ternyata tidak ada yang terlalu mempermasalahkannya.


          Kita sering mencoba membantu seorang anggota keluarga kita agar belajar lebih intensif, atau agar berubah menjadi lebih baik. Atau, jika di dalam suatu tim kerja, kita mencoba membantu seorang rekan kerja dalam masalah produktivitas

          Namun, 
  • jika kita mulai dari sesuatu yang sangat sulit
  • mereka mungkin akan gagal
  • Dan, ketahuilah kegagalan akan membuat perubahan semakin sulit di masa yang akan datang.
         Pendekatan yang beraroma etika adalah, 
  • menyadari pengaruh kita terhadap orang lain, 
  • sembari menggunakan metode terbaik 
  • yang memungkinkan untuk membantu mereka. 
          Dan dengan metode Desain Perilakulah, kita boleh yakin kita sedang mempersiapkan orang-orang untuk berhasil. - Insya Allah.

         Kita hendaknya, menggunakan 2 pedoman ini:

1. Bantulah orang-orang melakukan apa yang sudah ingin mereka lakukan.

2. Bantulah orang-orang merasa sukses (berhasil) - bersyukur.

          Jika kita membantu pasangan, anak-anak kita, rekan kerja, klien, teman-teman satu komunitas melakukan apa yang mereka inginkan (aspirasikan), kemungkinan besar kita telah memiliki dasar etika yang bagus

          Dan, nembantu seseorang merasa sukses, hampir tak pernah menjadi sesuatu yang buruk.

          Maka, kitapun merasa siap untuk memulainya. 

          Dalam bab-bab sebelumnya telah dijelaskan, ada 2 pendekatan yang mungkin bisa kita lakukan, baik kita kutip kembali di sini:

✓ Kita bisa bekerjasama dengan orang-orang lain untuk mendesain perubahan perilaku bersama kita.

✓ Kita bisa mendesain perubahan untuk orang-orang lain yang akan menguntungkan mereka tanpa mereka ketahui atau rasakan prosesnya.
  • Pendekatan cara pertama, kita posisikan diri kita sebagai Pengendali (yang memiliki otoritas)
  • dan pada pendekatan cara kedua kita posisikan kita sebagai Infiltran (penyusup). 
          Manakah cara yang paling sesuai, itu tergantung status kita di suatu kelompok manusia tersebut. Jika kita dianggap sosok yang berpengaruh untuk memimpin, berarti kita memakai cara pertama dengan nama Pengendali.

         Sedangkan, jika kita bukan dianggap sosok tokoh dalam suatu komunitas manusia, berarti kita bisa memakai cara yang kedua, kita beri nama saja Infiltran.

         Di sini, akan kita hadirkan 2 cara tersebut, kita tinggal memilihnya.

Pengendali

         Sebagai pemimpin suatu kelompok, kita menjadi pemimpin dalam membantu perubahan kelompok kita, dengan cara:

✓ Membagikan apa yang sudah kita pelajari tentang Desain Perilaku dan bertindak bersama-sama. Kita menjelaskan metodenya kepada kelompok kita, lalu 

✓ bisa berkumpul lagi dengan masalah-masalah yang telah terpetakan. 

✓ Lalu, memunculkan ide-ide menciptakan perubahan.

          Ini biasa terjadi di dalam suatu keluarga, atau secara informal di tim kerja, dan komunitas, seperti komunitas belajar dan menulis, baik luring maupun daring.

Infiltran

          Sebagai Infiltran, kita menyelundupkan Desain Perilaku secara halus. Orang lain di keluarga atau kelompok kita bahkan, tak perlu mengetahui kita melakukannya:

✓ Kita tak perlu memberitahukan kalau kita menguraikan langkah-langkahnya, dan

✓ Kita tak perlu memberitahukan kalau menjadikannya lebih mudah dilakukan, atau

✓ Kita tak perlu memberitahukan kalau perlu bersyukur secara khusus.

          Dan, ini lebih mudah untuk ikhlas hanya mengharap ridha Allah ta'ala. Begitulah Infiltran.

Mendesain Proses untuk Perubahan Kelompok

          Apapun kita, Pengendali ataupun Infiltran, kita akan melewati langkah-langkah yang sama seperti Desain Perilaku untuk individu kita sendiri yang telah lewat kita lakukan. Yaitu:

Tahap Pilih
✓ Langkah Pertama: Perjelas Aspirasi
✓ Langkah Kedua: Jelajahilah Pilihan Perilaku
✓ Langkah Ketiga: Cocokkan dengan Perilaku Spesifik

Tahap Desain
✓ Langkah Keempat: Mulailah dengan Sesuatu yang Kecil
✓ Langkah Kelima: Temukan Pemicu yang Bagus

Tahap Implementasi
✓ Langkah Keenam: Berbahagia atas Keberhasilan
✓ Langkah Ketujuh: Lakukan Pemecahan Masalah, Ulangi, dan Perluas

          Meskipun metode yang kita lakukan adalah sama. Namun, untuk menciptakan perubahan dalam kelompok, cara penerapan metode itu berbeda.

Langkah Pertama: Perjelas Aspirasi kita Bersama-sama

          Desain Perilaku selalu mesti dimulai dari sini.

Pengendali
          Jika kita membantu keluarga kita untuk mengubah cara mereka Belajar Ilmu Syar'i, kita bisa:

✓ Mengusulkan suatu Aspirasi dan melihat apakah para anggota keluarga menyukainya dengan bertanya, 

"Sebagai satu keluarga kita ingin belajar ilmu syar'i dengan menuliskannya. Apakah itu deskripsi (uraian) yang tepat dari apa yang ingin kita capai?"
  • Begitu pula hal tersebut bisa kita tanyakan kepada komunitas kita.
  • Dalam suatu tim kerja, mungkin kita diberikan target yang harus dicapai, misalkan 
    • meningkatkan penjualan buku sebanyak 20% pada tahun depan, atau
    • kita diberi aspirasi yang tak terlalu spesifik, seperti, mengurangi tingkat stres para karyawan.
          Itulah titik awal kita. Sebagai Pengendali kelompok, ajak keluarga, tim kerja atau komunitas kita untuk:

✓ Memperjelas apa yang ingin kita semua capai, dan
✓ Pastikan semua orang memahami dalam cara yang sama.

Infiltran
          Kita tak perlu mengatakan bahwa kita menggunakan Desain Perilaku untuk mendapatkan kejelasan Aspirasi yang kita butuhkan. Kita bisa langsung memulai dengan objek permasalahannya. Seperti dialog berikut ini.

          "Sekedar untuk memperjelas, kita mendesain diri kita untuk Kebiasaan Belajar dengan Menulis, 'kan?"
         "Ya, gitu deh," seseorang menjawab.
         "Baiklah, mantap! Kita hanya memastikan bahwa pemikiran kita sama aja. Jazaakumullah khairan!"

         Gerakan Infiltran ini mungkin agak terlihat jelas, tetapi tenang saja, kita akan membantu semua orang dengan memperjelas objek aspirasinya.

         Kita lanjut pada Langkah Kedua
         

Langkah kedua: Jelajahilah Pilihan Perilaku Bersama-sama

         Begitu Aspirasi Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya jelas, dan kelompok memahami dalam cara yang sama, maka kita bisa mengeksplorasi pilihan perilakunya.

Pengendali
         Ketika kita memimpin sebuah kelompok dalam Desain Perilaku, kita bisa menggunakan lembar kerja Sekawanan (sekumpulan) Perilaku dan meminta para anggota kelompok untuk mengisinya dengan berbagai perilaku berbeda yang akan membawa mereka menuju Aspirasi. Dalam hal ini kita telah sepakat dengan, 

          Aspirasi: Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya

          Memproyeksikan Aspirasi kepada perilaku spesifik bersama untuk kelompok kecil seperti suatu keluarga, ini lebih memberi rentang perilaku yang lebih besar. 

         Namun, bukan tak mungkin kita lakukan untuk kelompok lebih dari 20 orang, misal komunitas Belajar dengan Menulis. Yaitu dengan cara membagikan Lembar Kerja Sekawanan Perilaku, tapi cukup dengan instruksi minim saja. Pilihan metode disesuaikan dengan situasi dan cara memimpin kita.

Infiltran
         Kita bisa mendapatkan pilihan perilaku kebiasaan Belajar dengan Menulis secara diam-diam, dengan mengajukan pertanyaan, pada saat yang tepat. Seperti:

"Apa yang kita inginkan untuk dilakukan dari Belajar Ilmu Syar'i? Jika kita punya Kemampuan, kita akan melakukan apa?"

          Atau,

"Bayangkan kalau kita bisa membuat para anggota komunitas Salafy Asyik Belajar melakukan suatu tindakan dari Aspirasi Belajar Ilmu Syar'i, tindakan ideal apa yang kita inginkan untuk mereka lakukan?"

          Coba kita imajinasikan Desain Perilaku Infiltran ini dengan, perumpamaan cerita:

          Kita sedang mengikuti rapat tentang "tentang bagaimana agar Belajar Ilmu Syar'i itu teraplikasi dalam perilaku sehari-hari oleh teman-teman kita satu komunitas Salafy Asyik Belajar". Kita adalah sukarelawan. Sang Guru (Ustadz) menginginkan agar lebih banyak orang melakukan perilaku belajar setiap hari.

          Maka, untuk membantu kesuksesan rapat, kita mengafirmasi (Menurut KBBI, afirmasi: penetapan yang positif; penegasan; peneguhan) Aspirasi Sang Ustadz kepada para anggota, lalu menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti telah disebutkan di atas.

          Seolah-olah, saat kita mengundang para anggota komunitas untuk mengajak berpikir dalam acara ini, rapat akan semakin menarik, karena kita sebagai sukarelawan telah melakukan 2 hal:

✓ Kita membantu semua anggota komunitas untuk meninggalkan abstraksi (konsep aspirasi - hal yang tidak konkret) dengan memfokuskan rapat kepada suatu realitas yang objektif yang spesifik.

✓ Kita membantu semua anggota komunitas untuk melihat banyaknya solusi yang potensial. Sehingga kelompok kita itu tidak hanya berkutat pada konsep aspirasi terus-menerus.

         Nah, berkat jurus Infiltran kita, apa yang tadinya terasa seperti permasalahan yang tak memiliki jalan keluar, kini terasa mungkin terselesaikan - Insya Allah.

Langkah ketiga: Cocokan Kelompok dengan Perilaku Emas

          Begitu kita telah mendapatkan sekumpulan perilaku potensial dari para anggota kelompok, kita siap menentukan mana yang akan kita ubah menjadi kenyataan.

          Seperti yang telah lewat, kita akan menemukan Perilaku Emas, dengan kriteria:

✓ Memberi dampak tinggi (efektif - berdaya guna)
Memotivasi (ingin dilakukan), dan
✓ Mudah dilakukan (Kemampuan).

          Cara terbaik untuk mencocokkan kelompok kita dengan Perilaku Emas adalah menggunakan Pemetaan Perilaku. Kita bisa melakukan ini sebagai satu kelompok. Kita akan mendapat keuntungan dari banyaknya kepala, akibat kolaborasi kelompok.

          Dan, ketika kita mencapai kesepakatan selama proses Pemetaan Perilaku, kelompok kita akan siap untuk saling mendukung, dan kitapun mengubah Perilaku Emas menjadi wujud tindakan nyata.

Pengendali
          Sama seperti Pemetaan Perilaku individual, kita memulai dengan serangkaian perilaku Belajar yang spesifik. Yang perilaku-perilaku spesifik Belajar itu dari Lembar Kerja Sekawanan Perilaku yang telah disampaikan masing-masing anggota kelompok.

          Sebagai pemimpin kelompok, kita menjelaskan bahwa ada berbagai fase dalam Pemetaan Perilaku.

Fase kesatu
          Untuk Sesi kesatu ini sama dengan apa yang telah kita lakukan pada Pemetaan Prilaku Belajar secara Individual, karena sudah ada Panduannya dari Ulama Salaf terkhusus Aspirasi Belajar Ilmu Syar'i.

          Baiklah, kita kutip kembali di sini dari postingan Cara yang Benar Menemukan Perilaku Spesifik Belajar - Pemetaan Perilaku Spesifik - Sesi kesatu:

          Dalam sesi kesatu Pemetaan Perilaku, kita berpikir hanya tentang; 

✓ Dampak dari Perilaku tersebut, seberapa efektif Perilaku tersebut membantu dalam;
"lebih mengokohkan ilmu dalam kalbu, dengan menulis, dan menghasilkan bentuk-bentuk tulisan yang berbobot, dan asyik dibaca."
          
          Dalam sesi ini belum dipertimbangkan kelayakan atau kepraktisan. Itu nanti. Sekarang pada setiap Perilaku kita beri pertanyaan:
          
Seefektif apa perilaku ini untuk membantuku lebih mengokohkan ilmu dalam kalbu dengan menulis dan menghasilkan bentuk-bentuk tulisan yang berbobot dan asyik dibaca?
          
          Berikut panduan ulama Salaf dalam perilaku spesifik dalam belajar ilmu syar'i dan menulis:
          
          Ibnu Jama'ah rahimahullah mengatakan,

  أجـود الأوقـات للـحفـظ: الأسحـار، 
وللـبحـث: الأبكـار، 
وللـكتابة: الـنهـار،
وللـمطـالـعة والـمذاكرة: اللـيل 

"Waktu yang paling bagus 
  • untuk menghafal adalah waktu sahur, 
  • untuk pembahasan ilmiah adalah pagi hari, 
  • untuk menulis adalah siang hari 
  • dan menelaah serta muraja'ah (mengulang pelajaran) adalah malam hari."
(Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim hal. 72)

          Dengan demikian, jika kita ikuti cara belajar dan menulis dan waktu-waktunya menurut panduan Ulama Salaf, sudah pasti - Insya Allah - berdampak tinggi. Dengan kata lain efektifitasnya besar terhadap tertanamnya ilmu di dalam kalbu kita. Maka kita letakkan perilaku-perilaku tersebut di Pemetaan Perilaku, di bagian Perilaku Berdampak Tinggi.
         
         Namun, jika yang kita inginkan suatu kebiasaan baru lain agar kita terbiasa dengannya, dan belum ada panduan untuk melaksanakannya, maka; 
  • kita mesti memikirkan perilaku-perilaku tersebut apakah berdampak tinggi atau rendah
  • Lalu, memposisikan perilaku tersebut sesuai keefektifitasannya
  • Jika efektif perilaku diletakkan pada area Perilaku Berdampak Tinggi
  • dan jika kurang atau bahkan tidak efektif kita letakkan pada area Perilaku Berdampak Rendah.  
         Dan, kita teruskan cara ini perilaku demi perilaku. Jika kita tak yakin apa dampak dari suatu perilaku, lakukan yang terbaik, tempatkan di bagian dampak yang menurut kita benar. Tenang saja, nanti-nanti kita bisa merevisinya.
         
        Seandainya, kita salah meletakkan perilaku pada area Berdampak Tinggi; 
  • Itu tidak masalah. 
  • Misalkan perilaku itu telah dilakukan selama beberapa hari, 
  • kemudian kita menyadari bahwa perilaku tersebut tidak efektif, 
  • kita harus ingat ini hanya eksperimen, tak usah menyesal. 
  • Karena, kita bisa mencoba perilaku yang lain. 
  • Atau masih ada perilaku lain yang Berdampak Tinggi yang bersamaan dilakukan, karena tentu yang kita eksplorasi tidak hanya satu perilaku saja.     
        Setelah semua perilaku terletak pada bagian areanya sesuai keefektifitasannya, kita akan melihat apakah perilaku-perilaku tersebut cocok dengan kegiatan kita sehari-hari dari sisi kelayakan dan kepraktisannya, pada Sesi kedua.

Fase kedua
          Dalam fase kedua ini, para anggota kelompok akan bergiliran meletakkan (menulis) pada Lembar Kerja Sekawanan Perilaku Spesifik Belajar di area dimensi kesanggupan. Kita jelaskan bahwa mereka mesti; 

✓ meletakkan perilaku spesifik belajar yang menurut mereka sanggup mereka lakukan, dan

✓ meletakkan perilaku spesifik belajar yang menurut mereka tidak sanggup mereka lakukan.

1. Mintalah para anggota untuk melakukannya secara bergiliran. Satu demi satu orang boleh memindahkan perilaku spesifik belajar, sampai semua anggota puas dengan penempatannya.

2. Biasanya kita akan menerima komentar-komentar singkat serta penyesuaian-penyesuaian dari perilaku spesifik belajar tersebut. Lalu, kita akan menemukan Perilaku Emas Spesifik kita dalam Belajar Ilmu Syar'i di area 
  • berdampak tinggi (efektifitas), 
  • sekaligus sanggup dilakukan, dalam Peta Perilaku tersebut.
          Pimpinlah kelompok kita melakukan diskusi tentang berapa banyak Perilaku Emas spesifik belajar yang ingin kita wujudkan secara nyata. Kita bisa memilih hanya satu atau dua. Memilih lebih dari lima sepertinya sedikit terlalu ambisius.

          Mungkin agak mengejutkan, menurut pengalaman referensi kebanyakan kelompok begitu cepat dan mudahnya mencapai kesepakatan tentang perilaku spesifik mana yang menjadi fokus mereka, dan mana pula yang perlu dilupakan sementara waktu untuk saat ini.

         Di lain kelompok mungkin saja, suatu proses yang panjang, lama dan menegangkan disederhanakan - insya Allah - dengan satu sesi yang bisa dipimpin oleh Sang Pengendali kelompok dalam waktu sekitar 30 menit. Mungkin saja. Dan, semoga semua anggota kelompok puas dengan hasilnya.

Catatan: Jika Perilaku Emas Spesifik dalam belajar yang telah ditentukan oleh kelompok kita berupa kebiasaan, maka kita bisa lanjut ke Langkah keempat, menjadikan Perilaku Emas itu mudah dilakukan oleh semua anggota kelompok. Namun, bisa juga berupa Perilaku satu kali.

Infiltran
          Baik, misalkan kita di tengah-tengah diskusi keluarga, atau rapat RT lingkungan pemukiman komunitas Salafy dan kita ingin agar kelompok atau komunitas kita fokus dan selaras. Namun, karena kita bukan sebagai Pengendali (baca: pemimpin), kita hanyalah seolah-olah Infiltran, dengan demikian kita tak bisa mengadakan sesi Pemetaan Perilaku spesifik Belajar.

         Ketika kelompok kita ngobrol sana, ngobrol sini dengan berbagai ide dalam rapat RT, kitapun bisa mengajukan ide dan pertanyaan, 

"Kalau kita adakan kegiatan rutinitas Belajar Ilmu Syar'i - anggaplah muraja'ah, mengulang-ulang pelajaran taklim yang telah kita dapat - kira-kira perilaku belajar yang bagaimana yang sanggup kita lakukan secara nyata?"

          Pertanyaan tersebut menggabungkan variabel Motivasi dan Kemampuan dari Model Perilaku (ingat bab yang lalu telah lewat jauh di belakang tentang Variabel Kebiasaan).

         Dan, semoga ini cara tercepat untuk menemukan Perilaku - yang mungkin - Emas.

Langkah keempat: Jadikan Perilaku Emas itu Mudah Dilakukan semua Anggota Kelompok

          Jika Perilaku Emas bagi kelompok diniatkan menjadi Kebiasaan Berkelanjutan, maka kita jadikan perilaku itu sesederhana mungkin untuk dilakukan.

         Namun, jika Perilaku Emas berupa perilaku satu kali, maka tetap juga mesti dibuat semudah mungkin.

Pengendali
         Bertanyalah kepada anggota kelompok atau komunitas kita tentang Perilaku Emas. Sebelumnya kita pilih dahulu perilaku Emas Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i yang paling ringan pada komunitas online kita. 

          Baik, mungkin ini: 

Menulis (menyalin) buku terjemahan kitab para ulama Salaf
           Lalu, kita bertanya,

"Apa yang membuat Menulis (menyalin) buku terjemahan kitab para ulama Salaf, sulit dilakukan?"

"Bagaimana kita bisa menjadikan perilaku kebiasaan Menulis (menyalin) buku terjemahan kitab para ulama Salaf, agar lebih mudah dilakukan?"

          Misalkan, kita ingin setiap anggota mengirimkan tulisan kalimat salinan dari buku terjemahan tersebut minimal 5 kalimat setiap hari ke grup aplikasi yang telah ada. 

          Sebagai Pengendali (baca: admin), kita tentu ingin mengetahui rintangan-rintangannya supaya kita bisa membantu dan menyelesaikan setiap anggota untuk bergerak mulai menulis. Dan, ternyata hasilnya kurang bagus. Hanya sebagian kecil anggota yang mengirimkan tulisan-tulisan mereka.

          Sudah saatnya, untuk mengajukan Pertanyaan Penemuan

"Apa yang membuat rutinitas harian tersebut sulit dilakukan?"

          Kita pun bisa lebih spesifik lagi, yakni bertanya tentang kaitannya dengan masing-masing mata rantai di Rantai Kemampuan, misalkan:

✓ Apakah kalian punya Waktu yang cukup untuk menulis 5 kalimat setiap hari?

✓ Apakah terkendala dalam masalah Biaya? Misal tak ada Dana untuk beli buku terjemahan atau tak ada Uang untuk beli quota secara rutin?

✓ Apakah dengan menulis (menyalin) membutuhkan Upaya Kreativitas (mental) yang kompleks (rumit) atau ide gagasan pemikiran?

Apakah menulis (menyalin) kalimat-kalimat faedah dari buku terjemahan kitab Ulama Salaf tersebut memerlukan Upaya Fisik atau menguras tenaga tubuh kita?

✓ Apakah kegiatan menulis (menyalin) tersebut bertentangan dengan rutinitas kita yang telah ada?

          Dengan bekerja bersama seperti itu, kelompok kita bisa membantu kita - satu sama lain - untuk melihat mata rantai mana yang lemah.

          Sebagian besar anggota komunitas kemungkinan tidak tahu bagaimana harus berpikir sampai kesitu, sampai kepada analisis rintangan-rintangan pada 5 mata rantai Rantai Kemampuan.

          Sehingga, kita akan punya pilihan bahwa 

kita bisa membuat rutinitas harian menulis (menyalin) dari buku terjemahan lebih mudah dilakukan

          Dan, para anggota kelompok akan lebih terampil dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang ada pada diri mereka masing-masing. Karena komunitas ini adalah komunitas online, tentu rintangan-rintangan masing-masing anggota berbeda. Sesuai lingkungan dan kegiatan mereka sehari-hari.

         Atau, bisa juga kita memberi daftar pilihan-pilihan solusi rintangan pada setiap mata rantai Kemampuan.

        Setelah mengatasi mata rantai Kemampuan yang lemah dalam mata rantai tersebut, maka mata rantai tersebut bisa menjadi mata rantai yang kuat, dan membantu anggota komunitas lebih sering berhasil untuk menulis kalimat-kalimat faedah dari buku terjemahan, setiap hari.

Infiltran
          Misalkan kita ingin membuat pasangan (istri) kita untuk belajar ilmu syar'i setiap hari, sementara ia tak terlalu ingin. Maka, bisa kita ajukan kepadanya versi lain dari Pertanyaan Penemuan

         "Menurut kamu dik, apa yang membuat belajar ilmu syar'i setiap hari sulit dilakukan?"

          Jika pasangan kita seperti kebanyakan orang, ia akan menjawab, "Aku enggak punya waktu."

         Sebagai Infiltran yang lihai, kita mesti mendeteksi bahwa, mungkin:

✓ waktu adalah masalah sebenarnya, atau,
bukan, malahan.

          Namun, anggap saja benar, dan kita akan lanjut bertanya, 

"Kalau kamu dik, bisa menemukan cara untuk belajar ilmu syar'i 10 menit saja, setiap hari, apakah menurutmu kamu bisa melakukannya?"

          Jika ia menjawab, "Iya," kita cari atau ajukan perilaku spesifik belajar ilmu syar'i selama 10 menit itu.

          Namun, boleh jadi ia mengelak lagi dan mencetuskan masalah lain, "Aku terlalu capek untuk belajar seperti itu."

          Nah, itu dia! 
  • Ternyata masalahnya bukan Waktu
  • melainkan adalah Upaya Fisik
  • Maka, usulkan belajar ilmu syar'i yang butuh tenaga lebih sedikit
  • seperti yang telah kita bahas di atas: menulis kalimat-kalimat faedah - 5 kalimat saja - dari buku terjemahan kitab ulama Salaf, saban hari.
          Jangan lupa, untuk mendesain ulang lingkungannya sehingga belajar ilmu syar'i lebih mudah baginya, seperti:

✓ Siapkan buku terjemahan di tempat ia ingin menuliskannya.

✓ Buat tulisan pengingat, dan tempel di jalur lintasan sirkulasi dia sering lewat di dalam rumah.

✓ Jika perlu, siapkan camilan sebagai penarik. Letakan dekat buku terjemahan tersebut.

✓ Atur posisi kursi dan meja - jika itu perabotannya - sehingga nyaman.

✓ Pastikan lokasinya cukup cahaya untuk membaca buku terjemahan dan untuk menuliskannya di HP atau Laptop, jika itu gadgetnya.

✓ Dan sebagainya, intinya semua benda-benda yang akan menghilangkan rintangan dan memudahkan ia melakukan menulis kalimat-kalimat dari buku terjemahan.

          Jangan, berpikir dahulu tentang manfaat belajar yang begitu besar seperti yang dialami para ulama. Karena hanya membuat seseorang memulai kebiasaan belajar ilmu syar'i - tak peduli sekecil atau sesedikit apapun - itu adalah merupakan pencapaian yang besar dan berat.

Boleh jadi sesuatu itu kecil, tetapi besar di sisi Allah karena niat yang benar. Dan, boleh jadi sesuatu yang besar, itu akan menjadi kecil di sisi Allah, karena niat yang salah.

         Jika pasangan kita merasa sukses melakukan satu perilaku kebiasaan belajar, maka secara alami ia akan mengembangkan kebiasaan belajar tersebut secara alami.

         Dalam mode Infiltran, secara informal tetapi sistematis, kita akan dapat mengenali apa yang membuat suatu perilaku kebiasaan belajar ilmu syar'i sulit dilakukan oleh seseorang. Tentu saja ditinjau dari sisi alternatif Kemampuan. 

          Adapun dari sisi Motivasi, kita tunda dulu pengolahannya. Karena dengan manipulasi Kemampuan, setiap hari, akan menjadi kebiasaan, itupun secara tanpa sadar akan menaikkan Motivasi juga, setelah itu baru meluruskan Motivasi (baca: niat) semata untuk Allah ta'ala.

          Kemudian, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk memperkuat mata rantai yang lemah.
         
         Menyelinaplah terus wahai Infiltran!
         

Langkah kelima: Menemukan Cara untuk Pemicu Perilaku Emas

         Kita telah mengetahui, bahwa ada 3 tipe Pemicu yaitu: Pemicu Orang, Pemicu Konteks dan Pemicu Tindakan. Sekarang, kita akan menentukan Pemicu mana yang efektif bagi kelompok kita.

Pengendali
         Jika kita pengendali kelompok kita, maka bertanyalah kepada kelompok kita,

"Dimana kebiasaan belajar dengan menulis buku terjemahan ini akan masuk secara alami dalam rutinitas harian kalian?"

         Jika kita mau membantu anggota komunitas kita agar mengirimkan postingan kalimat-kalimat faedah dari buku terjemahan, setiap hari, maka kita bertanya kembali tentang Tambatan mereka, 

"Apa rutinitas yang sudah ada dan yang bisa mengingatkan kalian untuk melakukan kebiasaan menulis kalimat-kalimat dari buku terjemahan kitab ulama Salaf?"

         Komunitas belajar kita, 
  • dapat mengeksplorasi bersama-sama untuk menemukan Tambatan yang kokoh dan terpercaya. 
  • Atau masing-masing anggota dapat pula memilih Tambatan mereka sendiri.
          Mungkin, bagi sebagian anggota akan memilih ramuan perilaku seperti ini,

"Setelah kembali dari istirahat makan siang, saya (akan) menulis 5 kalimat dari buku terjemahan kitab ulama Salaf."

          Ada juga, cara-cara lain untuk memicu suatu perilaku. Misalkan, 

dalam komunitas online ini ada salah satu Admin bersukarela untuk mengingatkan melalui postingan di grup aplikasi. Postingan bisa berupa poster menarik, atau teks yang santun dan menawan. Waktu postingannya, bisa sesuai kesepakatan beberapa anggota yang memilih salah satu waktu, seperti setelah makan siang tersebut di atas, kurang-lebih pukul 13.00.

          Bisa pula, postingan tidak satu waktu, semisal; 

ada yang meminta setelah shalat Subuh sekitar pukul 05.00 pagi, atau malam hari ada yang meminta diingatkan setelah shalat Isya pukul 20.00. Dan sebagainya, sesuai kebutuhan dan kegiatan masing-masing anggota.

          Waktu Tambatan, 
  • tidak harus waktu shalat. Mungkin juga setiap hari tapi waktunya tidak ditentukan. 
  • Namun itu tidak sekuat dan sekokoh waktu shalat 5 waktu. 
  • Karena waktu shalat 5 waktu adalah rutinitas yang kokoh bagi kita seorang Salafy. Rutinitas yang tidak goncang. 
  • Maka dari itulah kebiasaan belajar kita mesti kita "cantolkan" pada waktu itu agar konsisten. 
  • Lain halnya jika kebiasaan belajar yang baru ingin kita tumbuhkan, kita kaitkan dengan rutinitas kita yang kurang jelas keberadaannya. 
  • Maka, kebiasaan belajar yang masih lemah, belum mengakar kuat, dan baru mau tumbuh akan ikut goncang juga.
         Waktu sholat 5 waktu memang sangat terpercaya, kokoh, tidak goncang, karena itulah kewajiban kita yang mau tidak mau harus kita laksanakan.

Infiltran
          Pendekatan Infiltran dalam langkah kelima ini, sama dengan pendekatan Pengendali.
          
"Apa yang menurut kalian (kamu) bisa menjadi pengingat yang tepat untuk kebiasaan belajar dengan menulis ini?"

          Nah, setelah menulis kalimat-kalimat terjemahan dibuat menjadi lebih mudah dilakukan, kita lihat apa yang terjadi. Dan, kita akan melihat anggota kelompok, siapa saja yang berhasil dalam menghidupkan perilaku kebiasaan belajar dengan menulis ini. 

          Lalu, tanyakan kepada anggota yang sukses tersebut, 

"Apa yang memicu kalian, sehingga mampu melakukan perilaku belajar dengan menuliskannya?"

          Mereka, pasti - insya Allah - memiliki Pemicu, walaupun mereka tidak menyadari dan mengenalinya. Misalkan ada 10 anggota kelompok yang berhasil. Dari 10 anggota itu, misalkan ada 7 anggota, yang mereka melakukan suatu alarm di HP yang akan berbunyi dan mengingatkan tepat pukul 13.00, untuk menulis kalimat-kalimat terjemahan tersebut. Jadi ramuan perilaku belajarnya menjadi seperti ini:

Setelah mendengar alarm hp pukul 13.00, saya (akan) menulis 5 kalimat faedah buku terjemahan kitab ulama Salaf.

          Lalu, kita membagikan teknik Pemicu ini kepada seluruh anggota komunitas. Kita telah menemukan apa yang efektif, dan memperluas ke semua anggota komunitas online tersebut.

Langkah keenam: Bersyukur atas Keberhasilan-keberhasilan Kecil untuk Memasukkan Kebiasaan

          Jika, perilakunya hanya berupa perilaku satu kali, lewati langkah ini, tetapi tetaplah bersyukur, walau satu kali ini. Langkah ini atau tulisan ini bisa, untuk jika kita ingin menciptakan kebiasaan, dalam hal ini Kebiasaan Belajar dengan Menulis.

Pengendali
          Tulisan ini kali ini, berharap 
  • mengubah cara para Pengendali (Pemimpin), dalam hal ini adalah para Admin berinteraksi dengan para anggota kelompok atau komunitasnya.
          Bisa juga, untuk 
  • mengubah cara berinteraksi orang tua dengan kelompok keluarga yakni anak-anak mereka, 
  • atau mengubah cara berinteraksi para guru terhadap para pelajarnya. 
          Dan, ini berpusat pada poin utama kita, bahwa:

Orang-orang berubah dengan merasa senang, bukan dengan merasa bersalah.

          Hal tersebut, bisa kita aplikasikan pada diri kita - dan sudah lewat pada bab-bab awal -, bisa juga digunakan untuk membantu anggota-anggota di kelompok atau orang-orang di sekeliling (keluarga) kita untuk berubah, siapapun dia.

          Umpan balik (feed back) dari sosok-sosok Pengendali itu sangat kuat pengaruhnya. 

          Dan, dukungan dari para Admin itu sanggup membuka pintu menuju transformasi kehidupan para anggota.

         Jika para Pengendali dapat memberi dukungan pada saat yang tepat - yaitu ketika baru saja para anggota memposting tulisan belajarnya - mereka akan merasakan keberhasilan, sehingga kebiasaan belajar dengan menulis tersebut akan tumbuh dan tercipta.

          Namun, ternyata bukan itu saja. Efek dari "merasakan kesuksesan" akan menimbulkan "riak".
         
          Riak apa?

          Riak rasa syukur, senang dan bahagia setelah mendapat apresiasi atau ibarat anak kecil mendapatkan "sorakan" dari ibu dan ayahnya ketika pertama kali bisa berjalan. Itu saja. 

          Dan, insya Allah itu tidak menimbulkan rasa ujub atau bangga diri. Karena biasanya ujub atau rasa bangga diri itu sudah berupa tekad, karena kepiawaian terhadap sesuatu sudah melekat menjadi sifat. Sedangkan ini hanya baru dimulai dengan kesuksesan kecil.

          Jika timbul rasa senang dan bahagia bagi para anggota kelompok, tentu mereka akan "kecanduan" mengulang kembali, dan mengulang kembali perilaku belajar dengan menuliskannya. Sedangkan kita mengetahui bahwa suatu kebiasaan itu akan tertanam tetap dengan kokoh dengan sebab pengulangan.

          Tidak lebih pantas suatu apresiasi yang begitu kuat ketimbang yang datang dari seorang Pengendali
  • dalam hal ini adalah Admin Grup
  • Karena, sang Admin mesti memberi apresiasi
  • bukan karena rasa kagum ingin memuji
  • karena pujian malah akan menjerumuskan para anggota komunitas. 
  • Namun para Admin memberi apresiasi demi "timbulnya rasa senang dan bahagia", sehingga terjadi pengulangan. 
          Terjadinya kesinambungan perilaku kebiasaan belajar dengan menulis bagi para anggota komunitas sudah menjadi obsesi dan tanggung jawab para Admin. Semoga ini dipahami.

          Kita, akan melihat 3 pendekatan dalam menggunakan kekuatan bersyukur untuk menciptakan kebiasaan kelompok, yang pada akhirnya mengubah "gaya hidup belajar" bagi seorang Salafy seutuhnya:

1. Kita mengajarkan atau tepatnya mengingatkan kepada komunitas kita ternyata betapa emosi mampu menciptakan kebiasaan. Emosi positif dengan bersyukur, kapanpun dan dimanapun bisa dilakukan ketika dibutuhkan sehingga kebiasaan belajar masuk dalam kehidupan kita. Kita mesti bersemangat untuk menerapkan dengan spontan berkata, "Alhamdulillah".

2. Kita sebagai Pengendali (baca: Admin) menjadi sumber perasaan senang dan bahagia akibat bersyukur, bagi kelompok kita. Banyak contoh alami dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti tadi orang tua terhadap anak-anaknya, guru terhadap murid-muridnya, ustadz terhadap pelajar-pelajarnya. 
 
Hal tersebut, terkadang terjadi spontanitas begitu saja, walaupun belum Pengendali niatkan atau para anggota harapkan.

Sebagai Pengendali atau Admin boleh boros dalam hal ini, tidak usah menunggu para anggota kelompok mencapai keberhasilan besar. Kesuksesan-kesuksesan kecil butuh diapresiasi demi terwujudnya kebiasaan belajar yang konsisten.

3. Pendekatan hal ini bisa terjadi pula secara alami dalam kelompok tersebut, tak harus diberikan oleh para Pengendali atau Admin.     

          Contoh dalam kehidupan, 

seperti seorang ibu memasakkan masakan dengan resep baru yang dicoba, dan ternyata enak sekali. Maka anak-anak mereka spontan berteriak, "Umi hebat! Enak bangeeet!" 
Langsung timbul rasa senang dan bahagia sang ibu karena merasa tersanjung. Dan ini tidak sampai kepada rasa ujub dan bangga diri.

          Bisa-bisa, pula terjadi begitu spontanitas antara anggota komunitas menulis, dengan syarat tidak berlebihan. Lebih baik lagi dalam bentuk doa, seperti; Barakallahu fiikum, Barakallahu fii ilmika, Yassarallahu fii ta'allumikum, … dan sebagainya.

          Untuk Langkah keenam ini yaitu: Bersyukur atas Keberhasilan-keberhasilan Kecil untuk Memasukkan Kebiasaan, dalam situasi sebagai Infiltran akan kita bahas pada bab berikutnya. Jika kita bahas sekarang, khawatir tulisan terlalu panjang, akan membuat lelah pikiran para pembaca.

Infiltran
          Sebagai Infiltran, kita bisa menjadi pemicu perasaan bersyukur pada anggota kelompok sama seperti sebagai Pengendali, tetapi kita melakukannya secara diam-diam.

          Ketika seorang anggota kelompok, misalnya di dalam keluarga telah melakukan suatu perilaku baik termasuk perilaku belajar dengan menuliskannya, kita bisa berkata, 

"Wow! bagus sekali, bagaimana perasaanmu setelah belajar?"

          Dengan pertanyaan seperti di atas, kita telah

membantu anggota kelompok mengakses perasaan bersyukur dengan lebih cepat setelah belajar, langsung gak pake lama! Karena keserta-mertaan bersyukur itulah yang dibutuhkan. 

          Dengan begitu, kita pun, bisa memasukkan makna keberhasilan kecil. Kita telah membantu anggota kelompok untuk merasa sudah sukses, walaupun masih dalam prosesnya, dan meskipun hasilnya belum tercapai.
 
          Setiap kali seseorang anggota 
  • telah memilih waktu dan menetapkannya sebagai saat memulai belajar, 
  • itu adalah kesuksesan
  • sekalipun ia belum melihat perubahan dari pengetahuan dan perbuatannya dari belajar itu. 
  • Atau sekalipun belum terlihat adanya keterampilan dalam belajar dan menulis.
         Ketika seseorang melakukan perilaku belajar dengan menuliskannya, sekedar menetapkan waktu, lalu menulis hanya 5 kalimat itu adalah keberhasilan, dan ia berhak untuk bersyukur, merasa senang dan bahagia karena telah diberi hidayah taufik dan pertolongan untuk melakukannya oleh Allah ta'ala. 

          Perasaan senang dan bahagia (bukan ujub - bukan kagum pada dirinya) ketika telah melakukan kebaikan, itu adalah bukti keimanannya pada Allah dan akhirat-Nya (ucapan al-Ustadz Usamah Mahri dalam kajiannya).

          Ada beberapa cara untuk melontarkan pesan "apresiasi" kepada anggota kelompok, akan disampaikan di kesempatan lain. Berikut disampaikan dulu ada 2 jenis:

✓ Seseorang telah mencapai kondisi terbaiknya, contoh pesan apresiasinya: "Anda (antum) sudah menyelesaikan pembelajaran terbaikmu (antum) untuk Allah ta'ala!"

✓ Seseorang telah mencapai kondisi telah melakukan hal yang lebih baik dari yang lain (saling berlomba dalam kebaikan), seperti: "Anda (antum) sudah melakukan pembelajaran di posisi terdepan di hadapan Allah ta'ala!"

          Jika kita mengetahui, tipe pesan apresiasi mana yang menciptakan rasa bersyukur, senang dan bahagia terbesar bagi masing-masing anggota kelompok kita, maka kita bisa menggunakan kekuatan ini. Kekuatan itu mampu membantu mereka memasukkan berbagai kebiasaan termasuk kebiasaan belajar. Hal tersebut akan memberikan performa yang semakin baik dan semakin baik lagi.

          Apresiasi, menimbulkan umpan balik dan memiliki kekuatan emosional paling besar yang mempunyai dua karakteristik:

Ranah pertama(domain) yang kita atau anggota kelompok pedulikan. Dalam hal ini adalah tema atau dunia tulis menulis, dan lebih mendasar lagi bidang membangun kebiasaan belajar ilmu syar'i dengan menuliskannya. 

Fakta yang tak bisa kita pungkiri, bahwa kita atau anggota komunitas seluruhnya masih berada di dalam grup. Meskipun beberapa, bahkan mayoritas belum mulai menulis, mungkin juga, jika belajar dengan selain menulis, telah di lakukan. Atau telah menulis juga, tetapi diposting di channel atau blog pribadi. 

Hanya beberapa gelintir anggota yang meninggalkan komunitas, itupun terkadang minta dimasukkan lagi. Mungkin alasan terlalu banyak grup. Setelah bebersih, belakangan kemudian seolah-olah naluri sosok Salafy sejatinya memanggil kembali untuk ingin berkumpul kembali di komunitas, walaupun sebatas hanya membaca postingan teman-temannya saja, cukup membuat senang.

Ada lagi, yang tak sengaja masuk, lalu ketika membaca postingan tulisan-tulisan para anggota komunitas, akhirnya minta idzin untuk tetap berada di dalam grup hanya sebagai pembaca atau pengamat.

Demikian pula jika kelompoknya ada pada keluarga atau komunitas offline kita.

Ranah kedua, dimana kita atau sebagian besar anggota merasa tidak yakin, ragu atau kegelisahan tentang performa (kemampuan) kita dalam dunia belajar dan menulis ini.

          Dua ranah ini saling berpotongan, yang dalam referensi tulisan ini disebut Zona Bertenaga.
       
          Umpan balik bentuk apapun berupa apresiasi kepada anggota kelompok berada dalam Zona Bertenaga yang kita berikan, akan diperkuat, mengapa? Ya, karena para anggota masih:

✓ ada yang peduli pada subjeknya (tema grup atau kelompok), dan
✓ ada yang mereka tidak yakin atau ragu atas kemampuannya untuk memulai.

          Itu berarti, mereka dalam keadaan rapuh. Dan, itu berarti pula kita mempunyai dua kemungkinan:

1. Sebagai Infiltran, kita bisa menjadi sebab rasa bersyukur, senang, bahagia dan tersanjung para anggota. Sehingga anggota kelompok terpicu untuk mengulang kebiasaan belajarnya.

2. Kitapun bisa menjadi sebab munculnya kegelapan "patah arang" bagi anggota, jika yang timbul rasa bersalah, putus asa dan kesedihan. Akhirnya berhenti sama sekali.

          Kemungkinan pertama akan terjadi, jika kita memberi apresiasi seperti ini, 

"Itu teknik belajar dan menulis yang bagus! Biasanya ada seorang ustadz penulis si Fulan melakukan teknik belajar dan menulis seperti itu. Dan ustadz Fulan adalah pembelajar dan penulis terbaik yang aku kenal."

          Anggota akan berseri-seri, merasa tersanjung, senang dan tentu saja bahagia. 

          Kemungkinan kedua bisa terjadi, jika kita memberi apresiasi seperti ini, 

"Itu teknik belajar dan menulis yang kurang bagus, sepertinya para pembaca akan merasa lumayan kesal jika membaca tulisanmu dari hasil belajarmu."

          Ini sama saja kita mengatakan, "Cara menulismu salah!" 

          Dan, apresiasi ini berada di dalam Zona Bertenaga, tetapi bersifat negatif dan mungkin sangat menyakitkan. Dan, anggota kelompok tersebut tidak akan pernah melupakan kita, karena menohok rasa bersalahnya.

          Kita mesti menguatkan orang lain dengan memberi umpan balik berupa apresiasi di saat yang tepat. Misal, 

✓ saat salah seorang murid kita berhasil belajar dan menuliskannya dalam suatu tulisan, 
✓ saat pasangan kita memasak masakan baru, 
✓ saat salah satu anggota komunitas belajar dan menulis kita pertama kali sukses menulis suatu artikel, dan sebagainya.

          Dalam semua situasi tersebut, kita memiliki peluang besar untuk menguatkan orang-orang tersebut. Karena,

✓ mereka peduli pada suatu topik, dan
✓ mereka merasa tidak yakin.

         Kita cuma mengatakan sesuatu yang positif dan tulus.

         Terlalu banyak orang-orang memberikan apresiasi negatif, padahal dalam area Zona Bertenaga yang rapuh. Seperti:

"Tulisanmu lama sekali jadinya."
"Ikan ini agak gosong, berapa lama kamu memasaknya?"
"Aku bisa tahu dari pertanyaanmu bahwa kamu sebenarnya belum membaca bukuku."

          Duh! Allah Musta'an, menohok sekali, bikin orang gelagepan, susah nafas. Jangan asal ceprot!
         
***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#43 Etika Menjadi Sebab, dalam Mengubah Orang Lain"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.