Widget HTML #1

#05 Kesalahan dalam Cara Menemukan Perilaku Belajar

Cara salah #1

          Pendekatan permasalahan yang salah misalnya:

          Kita biasa bekerja, dengan menaiki bis kota. Ternyata kondisi lalu lintas macet, dan kita melihat dari jendela bis, ada seseorang melesat dengan sepeda. Lalu kita berpikir, bahwa itulah solusinya, karena waktu dulu kita sering bersepeda. Dan, akhirnya untuk berikutnya kita membeli sepeda.
          
          Ternyata jarak yang kita tempuh puluhan kilometer, dan udara sangat panas terkontaminasi asap hitam bis kota. Akhirnya kita menyerah, dan bersepeda ke tempat kerja tak cocok buat kita.
          
          Maka, jangan terburu-buru memutuskan.
          
          Ketika, kita mendengar kabar bahwa mengikuti kajian Nahwu bahasa Arab Mutamimmah, enak sekali, karena ustadznya retorikanya indah. Maka, kita mengikuti kajian tersebut. Ternyata, setelah kita ikuti, tidak memahami yang disampaikan ustadz, walaupun penyampaian ustadz enak didengar. Ternyata setelah tanya sana, tanya sini kajian Nahwu itu sudah tingkat lanjutan. Sebelumnya mesti ikut kajian Nahwu dari Matan Jurumiyah dan Tuhfatus Saniyah. Padahal kita telah membeli kitab Mutammimah segala.
          
          Perilaku kita dalam belajar tersebut merupakan lompatan terlalu besar. Kita hanya menebak-nebak untuk ikut kajian yang enak penyampaian. Dan, ternyata ada beberapa pelajaran yang bertahap dalam mempelajarinya. Maka sebaiknya kita ikuti bagaimana para ulama atau asatidzah kita memberi panduan tahapan dalam belajar ilmu syar'i.

Cara salah #2

          Banyak dari kita yang melihat pelatihan menulis daring (online) dan terinspirasi. Mentornya memiliki cerita luar biasa dan melakukan hal-hal yang hebat dalam menulis, menghasilkan puluhan buku. Dia bicara dengan penuh semangat memotivasi. Bahkan, dia menunjukkan hasil tulisannya berpuluh-puluh buku sebagai bukti.
          
          Dan, kitapun berpikir, "Masya Allah, aku melihat kekuatan menulis, dia melakukannya bertahun-tahun ..."
          
          Pada akhir acara, mentor berkata, "Anda harus bermotivasi besar untuk menjadi penulis, dan menulis setiap hari 1 jam untuk mendapatkan keterampilan menulis yang andal."
          
          Kitapun terperangah. Kita mesti melakukan hal tersebut. Kita akan melakukannya.
          
          Maka, hari berikutnya kita benar-benar duduk di kursi kerja kita selama 1 jam menulis seperti yang disarankan mentor.
          
          Besok, kita mengulangi.
          
          Lusa, mulai bosan.
          
          Berikutnya, kita kurangi waktunya, 30 menit saja. Dan, kita merasa agak lebih semangat lagi.
          
          Besok-besok mulai bolong, satu hari terlewat. Selanjutnya mulai bolos 2 hari.
          
          Kita merasa gagal, merasa bersalah dan tak becus. Akhirnya kita pun berhenti.
          
          Mengapa hal tersebut tak berhasil?
          
          Yang jelas, kita adalah: bukan penulis kondang yang mentor tersebut. Namun, lebih dari itu karena perilaku tersebut terlalu sulit bagi kita. Dan, kita terlalu berekspetasi terhadap dunia literasi.
          
          Sang mentor bermaksud baik, tetapi ia menganjurkan apa yang efektif buat dirinya, bukan buat diri kita. Cara menulis 1 jam saban hari mungkin tak efektif untuk kita.
          
          Kemudian, apa yang kita dapatkan dari dunia online tersebut apakah sumber terpercaya, atau mungkin tidak. Kini, banyak orang ingin mendongkrak citra diri agar mudah mencari uang. Memainkan copy writing yang menyihir, untuk mendapatkan passive income. Karena ranah daring itu sebetulnya sama saja dengan dunia luring, bahkan lebih transparan, walaupun tidak bertemu offline. Mungkin kita terlalu tergesa-gesa mengikuti, semestinya cek dan cek kembali.
          
          Meskipun cara ini lebih baik dari pada cara #1 yang main tebak-tebakan, tetapi pendekatan seperti ini tetap beresiko karena ia dipilih atas dasar agar kita bersemangat, agar kita termotivasi saja.

Cara salah #3

          Untuk mencari gagasan perilaku, kita dianjurkan bertanya kepada orang lain, termasuk teman kita. Namun, kita mesti membuat satu langkah lagi yaitu mencocokkan saran teman kita dengan kondisi kita sendiri. 
          
          Misalkan, 

          teman kita menganjurkan bangun pagi di sepertiga malam terakhir, yakni sebelum adzan Subuh, dan mulai melatih diri untuk shalat lail dan witir, setelah itu mencoba perilaku belajar dan menulis. Ini adalah saran yang bagus sekali.
          
          Sedangkan aktivitas mencari nafkah kita dari sore sampai malam, misal berjualan di kaki lima. Dan, misalkan, kita punya penyakit bawaan Vertigo. Penyakit Vertigo itu jika kurang istirahat dalam hal ini kurang tidur, bisa kumat. Jika pulang larut malam, lalu cepat bangun membuat kurang tidur, akhirnya Vertigonya kumat, ya tentu saran teman kita itu tidak cocok untuk kita.
          
          Namun, jika kita ingin tetap bisa bangun malam, karena keutamaannya yang besar, dan salah satu guru kita berkata, "Kehormatan seorang thalabul ilmi adalah pada shalat lailnya." Sedangkan kita mesti banyak istirahat, maka kita harus tidur di awal waktu. Masalahnya pekerjaan kita berjualan di sore sampai larut malam. Jika, kita kreatif sedikit mungkin kita tetap jualan, tetapi pilih produk jualan yang bisa dijual di pagi hari sampai siang atau sore hari. Toh, sama-sama jualan, hanya beda produk. Dengan begitu, kita bisa istirahat tidur di awal waktu setelah shalat Isya, dan mampu untuk bangun malam tanpa kumatnya Vertigo.
          
          Nah, kita kembali ke tema, bahwa semua pendekatan menemukan perilaku spesifik di atas adalah cara tebak-tebakan, yang belum tentu cocok untuk kita, bahkan akan menimbulkan bumerang, berupa perasaan gagal. 

Cedera Aspirasi lebih fatal, karena untuk memulai kembali lebih sulit. Frustasi berat.
          
          Dan Aspirasi ini, yaitu: 
  • ingin ilmu lebih kokoh dalam kalbu 
  • dengan menuliskannya 
  • yang akan menghasilkan amalan batiniah dan lahiriah yang benar
  • dan tentu secara alami akan menghasilkan bentuk-bentuk tulisan yang berbobot dan asyik dibaca, 
  • dalam rangka "ngelaba" pahala akhirat 
  • dengan menyebarkannya
          Ini bukan Aspirasi yang receh, ini menyangkut tujuan hidup kita, mengapa kita diciptakan di dunia ini. Jika ini kita anggap masalah besar dan sangat penting, maka kita harus betul-betul perhatian sampai sedetail-detailnya agar semua itu tercapai. Jangan sampai mutung, lebih bahaya lagi jika terseret kepada perilaku kebiasaan tanpa arah yang jelas.
          
          Kita tak boleh merasa aneh, jika mencermati masalah ini sebagai seorang Salafy.
          
          Langkah berikutnya, akan kita bahas bagaimana cara memilih perilaku yang tepat, sistematik, efektif dalam Desain Perilaku untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan menyelamatkan kita dari cedera Aspirasi.

***
Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya



WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#05 Kesalahan dalam Cara Menemukan Perilaku Belajar"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.