Widget HTML #1

#14 Kesulitan hanya 4%, agar Konsisten dan Motivasi terjaga

          Mengapa sebagian orang, mampu bertahan pada kebiasaan-kebiasaan? Padahal kita tahu sendiri, bahwa, kebanyakan kita sulit untuk tetap termotivasi.

           Bagaimana kita bisa mendesain kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita semakin tertarik, bukan malah menjauh?

          Para ahli nenemukan, bahwa mempertahankan motivasi dan hasrat yang memuncak adalah;  

dengan cara, mengerjakan tugas dengan tingkat kesulitan yang masih terkendali.

          Bagaimana maksudnya?

          Pikiran manusia menyukai tantangan, tetapi hanya ketika dalam zona kesulitan optimal. 

          Misalkan,

         Bila kita suka bermain futsal, dan bermain melawan anak-anak berusia 5 tahun, kita akan segera merasa bosan. Selalu menang, terlalu mudah. Sebaliknya jika kita melawan pemain-pemain bola tingkat nasional, kita akan segera kehilangan semangat karena kesulitan mengalahkannya.

         Nah, sekarang kita coba bermain futsal melawan team yang setara. Selama pertandingan kita akan menang beberapa angka, dan kehilangan beberapa angka. Kita punya peluang baik untuk menang jika kita sungguh-sungguh berusaha. Fokus team kita menguat. Perhatian team kita tak mudah teralihkan, dan tertarik sepenuhnya apa yang sedang dihadapi. Inilah yang namanya tantangan, tetapi dengan tingkat kesulitan yang masih terkendali.

          Manusia mengalami motivasi puncak ketika sedang mengerjakan tugas-tugas yang tepat berada di tepi luar sedikit kemampuannya saat ini. Menurut penelitian tugas harus kira-kira 4% di atas kemampuan saat ini. Tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah. Pas.

          Bagaimana dengan belajar dan menulis?

          Untuk itulah perlunya kita petakan adanya fase-fase tingkatan dalam melatih kebiasaan belajar dan menulis. Ada fase dasar 1, fase dasar 2 dan fase lanjutan. Kembali mengingatkan, bahwa:

Dasar 1 adalah; fase jika kita merasa belum mahir membuat kalimat. 
  • Maka, yang penting kita lakukan adalah sesering mungkin berlatih menyalin tulisan-tulisan para Ulama Salaf.  
  • Seperti ayat Kitab Suci al-Qur'an dan tafsirnya, hadits dan syarahnya, perkataan-perkataan Salafush Shalih, dan sebagainya.  
  • Atau di bidang dunia, kita bisa menyalin ulang tulisan-tulisan dari Kitabul Buyu', bidang bisnis islami, marketing, branding, motivasi bisnis, dan sebagainya.  
  • Selanjutnya bisa meningkat, dilatih menulis suatu paragraf, dimana paragraf yang akan kita salin, kita baca dulu, dipahami, lalu kita tulis ulang dengan menutup atau tanpa melihat paragraf tersebut. 
Dasar 2 adalah; fase jika kita telah merasa mampu membuat paragraf, dan pernah mencoba membuat suatu tulisan artikel hasil belajar. 
  • Hanya saja di sini kita masih belajar dan menulis hanya menggunakan semangat dan hasrat, belum mengetahui struktur tulisan yang benar.  
  • Maka, kita hendaknya tetap dalam kebiasaan belajar dan menulis, tetapi sudah mulai mempelajari dan memperbaiki struktur tulisan kita sesuai bentuk wacana tulisan yang benar.

Lanjutan adalah; fase bila kita telah merasa sanggup menulis suatu artikel (baca: eksposisi) dengan struktur yang benar
  • Maka, kita mulailah mengembangkannya dalam varian-varian bentuk wacana tulisan yang beragam.  
  • Memadukan antara bentuk deskripsi, eksposisi, bahkan kisah (narasi).
  • Bentuk-bentuk wacana tulisan seperti Feature (dibaca ficer), Profil, Perjalanan, Kisah Nyata Nonfiksi, Kelindan Kisah-kisah Nyata Nonfiksi, New Journalisme atau Journalisme Sastra, dan sebagainya. Sehingga tulisan-tulisan kita menjadi tidak membosankan dan asyik dibaca.
          Masing-masing orang bisa mengukur dirinya, "apakah aku termasuk fase mana?". Dengan mengetahui termasuk fase mana, maka kita akan dalam kondisi optimal "dengan tingkat kesulitan yang masih terkendali". Kita akan melakukan kebiasaan belajar dan menulis pada fase tidak terlalu mudah, tidak pula terlalu sulit. 

          Kita tidak menzalimi diri kita. Kita menempatkan diri kita sesuai kadar kita.

          Jangan pula memberatkan diri kita memaksakan untuk bisa pada tingkat lanjutan, padahal kita tahu kadar kemampuan belajar dan menulis kita baru pada tingkat dasar 1, misalnya. Sehingga kita kesulitan, dan akhirnya patah arang, putus semangat. Begitu pula sebaliknya.

          Ikuti saja prosesnya. Fokus pada kebiasaan belajar dan menulis sesuai fasenya terus-menerus, suatu saat nanti secara alami kita akan berpindah dari fase satu ke fase lainnya, tanpa terasa. Bahkan mungkin kita lupa bahwa saat itu masih belajar dan menulis terus, padahal telah piawai.

          Setiap kali kita melakukan kebiasaan-kebiasaan belajar dan menulis, 
  • bisa kita tambah porsinya, 
  • atau bisa juga sedikit demi sedikit merambah fase berikutnya
  • Namun, yang utama, kita tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan belajar dan menulis yang lebih dahulu. 
  Ada sedikit kebiasaan belajar dan menulis yang baru berhasil kita buat membuat kita tetap termotivasi, tetapi ada sedikit kegagalan yang membuat kita tetap bekerja keras.

          Ketika kita memulai kebiasaan belajar dan menulis, kita harus mempertahankan kebiasaan belajar dan menulis semudah mungkin. Sehingga kita lebih mudah untuk bertahan walaupun kondisi sedang buruk.

          Ingat, kesulitan terkendali, yang akan menjadikan tantangan, yang masih mampu kita lewati adalah hanya 4% di atas kemampuan kita saat ini. 

Agar apa? 

          Supaya konsisten, dan terjaga motivasi belajar dan menulis kita.       

          Perubahan ke arah peningkatan keterampilan belajar dan menulis butuh keseimbangan yang konstan. 
  • Kita perlu secara konsisten mencari tantangan yang mendorong terus meraih kemajuan yang cukup (kisaran 4%) agar tetap termotivasi. 
  • Kebiasaan belajar dan menulis penting tetap terasa baru supaya tetap menarik dan memuaskan. Tanpa kebaruan, boleh jadi kita menjadi bosan. 

          Dan, kebosanan adalah musuh kesemangatan.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#14 Kesulitan hanya 4%, agar Konsisten dan Motivasi terjaga"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.