Widget HTML #1

#42 Mendesain Perubahan Kelompok

Pendahuluan

          Sebelumnya, sebagai dasar bahwa, kita masih menganggap, mayoritas kita termasuk memiliki Kalbu yang belum kokoh. Yaitu, 
  • kalbu yang pada awalnya terdapat bisikan hawa nafsu, yang mengajaknya kepada keburukan. 
  • Namun, diikuti bisikan keimanan, yang mengajaknya kepada kebaikan. 
          Untuk detailnya bisa kembali membaca referensi pada: Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi, bisa KETUK /TAP > di sini 

          Kita semua telah tahu, atau jika belum tahu, kini saatnya diberitahu bahwa dinamika sosial adalah penggerak yang kuat bagi perilaku. Efek-efeknya terlihat pada fakta-fakta di sekitar kita.

          Coba perhatikan,

✓ bagaimana kita bertindak saat menonton misalnya pertandingan sepak bola antar kelas pada suatu momen kelas meeting di suatu ponpes pada akhir semester kegiatan belajar mengajar. Atau, 

✓ bagaimana kita bicara tentang perjodohan antar teman dalam suatu komunitas pengajian. Atau bisa juga, 

✓ bagaimana kita memperlakukan satu sama lain baik secara daring atau luring. 

✓ Dan sebagainya.

         Karena kita sebagai manusia, hampir selalu hidup dalam suatu komunitas, dan tentu saja pengaruh-pengaruh sosial selalu ada bersama kita. Lebih-lebih dengan adanya medsos (media sosial), itu akan lebih memperbesar dan melipatgandakan pengaruh-pengaruh tersebut. Kehidupan kita akan semakin terhubung.
 
          Itulah sebabnya, penting sekali kita untuk memikirkannya secara mendalam bagaimana kekuatan-kekuatan sosial itu dapat memicu - hanya sebagai Pemicu, adapun Motivasi pada akhirnya kepada Allah ta'ala semata - perilaku kita dan kolektif kita. Pada akhirnya akan mempengaruhi seluruh kehidupan di muka bumi ini.

          Apa yang kita pelajari dan berusaha dipraktekkan yang telah lewat, memberikan kekuatan pada diri kita untuk mempertahankan diri sendiri dari pengaruh-pengaruh yang merugikan. Lebih dari itu, kita sanggup mendesain berbagai kebiasaan baik - kebiasaan belajar ilmu syar'i dan menulis - yang mengarahkan kita kepada kepada gaya hidup seorang Salafy, harmonis, dan lebih bermakna bagi orang-orang di sekitar kita.

          Sekarang kita memahami sedikit demi sedikit, apa yang membentuk, mendorong atau mempermudah kita untuk melakukan berbagai kebiasaan yang tak kita inginkan, kebiasaan buruk, ataupun sia-sia. Di situ ada salah satunya adalah tekanan sosial. Itu timbul dari Pemicu Orang lain (berupa ucapan) dan Pemicu Tindakan orang lain (perbuatan) yang bisa menyeret kepada keburukan ataupun sia-sia.

✓ Mungkin, keluarga kita tidak bisa berkumpul bersama, tanpa semua anggota keluarga melihat HP. Memang, semua berkumpul, tetapi semua anggota keluarga boleh jadi sibuk dengan HPnya masing-masing.

✓ Mungkin, tempat kita kerja kita begitu sibuknya, sehingga atasan kita selalu menganjurkan kita untuk lembur dan lembur.

✓ Mungkin, komunitas belajar dan menulis kita lebih mirip komunitas "ngobrol" dibanding sebagian besar anggotanya sangat produktif menghasilkan tulisan-tulisan.

✓ dan masih banyak lagi.

         Berbagai kebiasaan dan norma yang ada di dalam komunitas manapun sanggup terasa lebih kuat ketimbang kebiasaan individunya.

          Namun, tenang - baiklah, in sya Allah  kita bisa berubah bersama

          Karena kita telah tahu bahwa kelompok komunitas - luring maupun daring - akan berakibat kepada perilaku kita sendiri, maka kita mempunyai 3 pendekatan utama untuk mengubah perilaku kelompok. Itu karena, agar berdampak pengaruh baik kembali kepada kita, atau setidaknya tak berpengaruh buruk pada diri kita.

✓ Kita bisa mendesain dalam perilaku kita sendiri untuk menjauhkan diri dari pengaruh negatif suatu kelompok.

✓ Kita bisa bekerjasama dengan orang-orang lain untuk mendesain perubahan perilaku bersama kita.

✓ Kita bisa mendesain perubahan untuk orang-orang lain yang akan menguntungkan mereka tanpa mereka ketahui atau rasakan prosesnya.

          Dua pendekatan yang terakhir, akan kita bicarakan lebih jauh tentang arti dari masing-masing pendekatan tersebut. Dan, bagaimana kita sanggup mengutak-atik prosesnya agar sesuai dengan situasi kondisi kita.

          Dengan Desain Perilaku, kita bisa membawa kebaikan dalam kehidupan orang lain. Kita sanggup mentransformasi suatu kelompok. Yang dibutuhkan hanyalah seseorang yang:

✓ telah terampil, dan
peduli, yaitu: "Kita! Kalau bukan kita siapa lagi?"
        
          Kita bisa mulai dengan membangun keterampilan dalam mengadakan perubahan pada diri kita, dan mulai dari yang dekat-dekat kita, seperti; 
  • rumah - keluarga - kita, 
  • tim kerja kita, 
  • atau komunitas kita baik daring maupun luring. 
          Rumah - keluarga - kita, hendaknya kita pandang sebagai suatu unit perubahan. 

          Jadi, 

sebagai "desainer perilaku", kita harus mendesain produk dan jasa untuk membantu semua orang di suatu rumah tangga berubah bersama.

          Sebelum kita membantu anggota keluarga kita untuk piawai menguasai kebiasaan sehari-harinya, dimana kita fokus kepada kebiasaan belajar, kita mesti mengubah perilaku kita sendiri dahulu dalam belajar dengan baik.

         Lalu, kita bisa,

memodifikasi permintaan kita kepada keluarga, misal ke salah satu anggota keluarga dulu, dengan cara:
  • Mengubah cara (bahasa) penyampaiannya
  • Mengubah nada suara
  • Mengubah postur dan mimik wajah, dari frustasi menjadi gestur cerah, memberdayakan dan mendukung.
  • Dan sebagainya.
          Keberhasilan-keberhasilan kecil yang didapat akan mengakibatkan efek, tidak hanya pada anggota keluarga kita, tetapi juga berdampak baik bagi diri kita juga.

          Kita hidup dan berkolaborasi bersama orang-orang di sekitar kita, dan setiap perubahan akan berakibat efek umum kepada semua orang, baik itu buruk maupun baik.

Kita selalu berubah bersama, tak peduli apakah kita sengaja mendesainnya ataupun tidak.

          Namun, kita jangan membiarkannya terjadi begitu saja (baca: kebetulan)

Kita mesti mendesain masa depan kita dengan cermat dan efisien. Sehingga semua akan berubah menjadi lebih baik dan lebih baik seterusnya, bukan dalam aspek ilmiah dan amaliah batiniah maupun lahiriah kita saja, bahkan pada semua bagian kehidupan kita di dunia dan akhirat.
          

Membantu apa yang ingin dilakukan orang-orang untuk perubahan kelompok

          Ketika hendak mengubah keluarga, tim kerja usaha, atau kelompok komunitas, idealnya kita mendapatkan kerja sama dan dukungan penuh. Namun, itu mungkin tak terjadi.

         Sewaktu kita pertama kali mulai meneliti tentang berubah bersama, agar kita dapat belajar dengan menulis, dengan naifnya kita mengira semua orang memiliki hasrat yang sama dengan kita. 

         Ketika kita memberikan contoh-contoh pribadi dalam trik-trik utak-atik Kemampuan kepada sesama anggota, dengan segera mereka mengajukan kasus-kasus yang berbeda dengan yang kita alami. 

Aku mencoba belajar dengan menulis setelah shalat Isya, ternyata Motivasi dan Kemampuan sedang di titik nadir. Akhirnya aku ubah setelah shalat Subuh. Alhamdulillah lancar sampai kini. Karena, siang hari kegiatan padat sehingga tidak bisa istirahat, malam langsung batere Motivasi dan Kemampuan tinggal 0%.

         Kita mendengar dari salah satu anggota keluarga, "Kalau pagi, tidak bisa belajar dengan menulis, karena padat kegiatan rumah tangga. Mencuci, masak, dan sebagainya."

         Kitapun membaca pesan melalui aplikasi pesan, "Pagi, sedang sibuk-sibuknya persiapan jualan, belum lagi antar anak dan isteri ke sekolah."

         Dari, fakta-fakta di lapangan ini, kita bisa melihat betapa Aspirasi kita bisa runtuh, karena tidak semua orang dalam lingkungan atau komunitas kita memiliki situasi dan kondisi yang sama.

          Nah, jika kita mengalami kesulitan menerapkan perubahan di rumah tangga atau di komunitas kita, Desain Perilaku semoga mampu membantu. Salah satu cara untuk mendobraknya adalah:

         "Bantulah orang-orang melakukan apa yang sudah INGIN mereka lakukan".
  • Apa yang sudah ingin dicapai oleh pasangan kita (misalkan, dalam masalah belajar dengan menulis).
  • Aspirasi apa yang dimiliki tim kerja kita saat ini (misalkan, tim kerja menulis dan menerbitkan buku).
  • Jika kita tak tahu, bertanyalah kepada mereka, lalu kita bantu mereka mencapai keinginan atau aspirasi mereka.
✓ Mungkin pasangan kita belum ingin belajar dengan menulis saat ini, tetapi menginginkan untuk menghafal. Mulailah dari sana.

✓ Mungkin sebagian besar komunitas belajar dengan menulis, belum ingin menulis dengan menyalin, tetapi menginginkan menulis artikel urusan dunia. Atau ingin menulis syair atau puisi. Ya mulai dari situ, tak masalah. 

Mungkin, anak-anak kita yang usia setingkat SD, belum mengerti pentingnya belajar, lebih suka mendengar cerita, maka kita bacakan kisah-kisah para Nabi, sahabat Nabi, dan para ulama Salaf. Mulailah dari situ, mudah.

Atau, kita buatkan suasana belajar yang sangat memberi motivasi untuk belajar, misalkan di rumah kita buatkan perpustakaan yang bagus dan keren, atau minimal rak buku yang sederhana tapi rapi, buatan sendiri dari barang-barang bekas. Rak buku diisi dengan  berbagai kitab-kitab para ulama Salaf. Meskipun anak belum bisa membaca kitab-kitab itu, setidaknya ada rasa senang dan bahagia akan menjadi pewaris para Ulama, sehingga lambat laun timbul hasratnya untuk belajar seperti para Ulama. 

Atau, kita pasang speaker aktif di rumah kita. Sehingga sepanjang hari yang di dengar adalah kajian-kajian para asatidzah atau murattal Al-Qur'an, sehingga terus-menerus terdengar dan terekam dalam kalbu. Mulailah dari situ, ringan.

Dan sebagainya.

         Akupun memulai menulis, karena kebutuhan konten dalam blog www.sketsarumah.com waktu itu. Akhirnya "merembet" ke tulisan umum, dan sekarang tersadar pentingnya belajar ilmu syar'i dengan menuliskannya.

          Ingat saja proses ini:

         Perubahan membawa perubahan.

          Kita membawa orang-orang ke jalan menuju perubahan dari tempat mereka ingin memulainya.

          Sementara, ketika mereka memulai dari yang mereka inginkan, akhirnya mereka 
  • membangun kepercayaan diri 
  • dan membangun keterampilan
  • lalu akan semakin terbuka pada jenis-jenis perubahan yang lain, yakinlah. Subhanallah!
          Jangan menyerah mengubah cara keluarga atau komunitas untuk belajar ilmu syar'i, hanya saja terkadang titik awalnya tidak seperti yang kita kira.

          Kemungkinan besar, keluarga kita akan mendapatkan semburan energi dari perubahan-perubahan positif dimana mereka memulainya. Dan, secara alami mereka menciptakan berbagai kebiasaannya sendiri yang akhirnya lebih sejalan dengan apa yang kita inginkan.

          Jika kita selama ini tak bisa membawa perubahan, jangan putus asa! Desain Perilaku adalah metode untuk berubah bersama dalam situasi apapun bagi kelompok manapun - Insya Allah.

         Desain Perilaku, 
  • memiliki kerangka kerja yang mudah diterapkan 
  • sekalipun kita tak memiliki otoritas (kekuasaan mengendalikan - status kedudukan sosial - kepemimpinan) 
  • atau dukungan komunitas yang kita butuhkan.
          Bagaimanapun, setiap kelompok manusia memiliki situasi masing-masing. Dan perubahan kelompok, seperti perubahan individu, seperti perubahan kita sendiri.

          Pendekatannya merupakan suatu proses.

          Kita akan lakukan di postingan-postingan berikutnya, insya Allah.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

1 komentar untuk "#42 Mendesain Perubahan Kelompok"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.