Widget HTML #1

#02 Mengapa Kebiasaan Belajar dan Menulis Sederhana menghasilkan Perubahan Besar

          Telah menjadi anggapan umum, bahwa kesuksesan yang mantap menuntut aksi yang mantap pula. Menulis buku yang cetar membahana dengan membebani diri kita untuk membuat perubahan yang akan menggetarkan bumi dan menjadi viral dimana-mana.

          Padahal

para Ulama Salaf lebih suka tak terkenal (al-khumul) daripada menjadikan dirinya terkenal, tenar dimana-mana yang akan menyeretnya kepada cinta kedudukan (hubbul jah) dan cinta kepemimpinan (hubbur riyasah), sombong (kibr), terkagum-kagum terhadap dirinya sendiri (ujub).

          Jadi, yang penting bagi kita di sini adalah proses dalam belajar dan menulis, lalu mengamalkannya. Dan, dalam hal ini perlu diketahui, bahwa; 
  • penambahan hanya 1%, seperti belajar dengan menyalin tulisan, 
  • atau hanya membuat lima kalimat setiap hari - terkadang tak terasa - yang penambahan tersebut lebih jauh berarti ketika dalam jangka waktu panjang. 
  • Penambahan ilmu dari suatu tulisan kecil atau ringan tetapi berlanjut dalam waktu lama bisa merupakan hal yang sangat dahsyat bagi kehidupan ilmiah dan amaliah, baik amalan batiniah maupun amalan lahiriah.
          Kebiasaan adalah seperti uang hasil dari lintah darat. Bunga berbunga. Pengaruh kebiasaan belajar menjadi berlipat-lipat sewaktu kita mengulang-ngulang kebiasaan tersebut.

          Penambahan ilmu dengan menulis yang dihasilkan pada satu hari tertentu mungkin terkesan kecil, akan tetapi efek yang terjadi selama berbilang bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian sanggup sangat dahsyat. Dan, ketika kita mencoba menengok ke belakang 3, 7 atau mungkin 10 tahun yang lalu, dan membandingkan dengan saat ini terkait ilmu dan amal kita, kita melihat kenyataan yang luar biasa.

          Di keseharian kita anggapan tersebut terkadang sulit diterima. Kita sering tak mengindahkan perubahan-perubahan kecil karena memang mengesankan gak penting banget untuk saat itu. 

Jika kita menabung sedikit uang sekarang, kita tidak langsung menjadi jutawan. 

Jika kita belajar bahasa Arab selama 2 jam sekarang, kita tidak serta merta berhasil menguasai bahasa Arab. 

          Kita telah berusaha melakukan perubahan, akan tetapi hasilnya tak pernah langsung terlihat. Ujung-ujungnya kita mudah kembali ke rutinitas semula, dan tidak melanjutkan usaha tersebut.

          Kabar buruk yang lebih mengenaskan adalah, bahwa perubahan jangka panjang tersebut membuat kita membiarkan kebiasaan buruk terjadi. Bagaimana mungkin? Pikiran sadar kita lebih mudah untuk melakukan hal-hal yang buruk dari pada yang baik. 

Jika kita hari ini baru mulai belajar merokok, paru-paru kita memang tidak langsung rusak. 

Bila anak kita pertama kali makan snack yang tidak sehat, juga hari itu tidak langsung sakit.
 
Jika kita bekerja lembur dan mengabaikan anak-anak dan keluarga, hari itu juga mereka akan memaafkan kita. Jika kita menunda pekerjaan, tentu masih ada hari esok.

          Keburukan-keburukan tersebut mungkin hanya 1% dari seluruh kehidupan kita. Namun, jika kita mengulang-ulang keburukan yang hanya 1% tersebut, hari demi hari, kita melakukan keputusan-keputusan buruk, merepetisi kesalahan-kesalahan kecil, itu semua akan bunga berbunga yang akan mengantarkan kepada masalah besar.

          Akibat yang terjadi karena suatu perubahan dalam suatu kebiasaan kita, bisa diibaratkan pengaruh pengubahan arah suatu perjalanan di suatu padang pasir meskipun hanya beberapa derajat.

          Misalkan, 

kita berjalan kaki dari kota Madinah menuju ke selatan ke kota Makkah. Lalu ketika kita mulai beranjak dari Madinah, mengubah arah 1 derajat lebih ke barat sedikit. Kita tak akan sampai di Makkah, tetapi yang kita temui adalah kota Jeddah yang berjarak 97 kilometer berjalan kaki dari Makkah. Perubahan kecil tersebut hampir tak terdeteksi sewaktu kita berangkat. Wajah dan tubuh kita mungkin hanya berputar beberapa centimenter, dan ternyata pada akhirnya kita menyimpang jauh hampir seratus kilometer dari kota tujuan, Makkah.

          Demikian pula, suatu perubahan kecil pada kebiasaan sehari-hari dapat membuat kita tiba pada target yang sangat berbeda, yang akan sangat mengejutkan kita. Memilih 1% lebih baik atau 1% lebih buruk terlihat tak ada artinya pada detik ini, tetapi dalam waktu jeda yang sangat lama, pilihan-pilihan tersebut menentukan siapa kita sekarang dan siapa kita nanti. Keberhasilan adalah produk kebiasaan sehari-hari, bukan perubahan sekali jadi seumur hidup.

          Kesimpulannya, gak penting banget  seberapa berhasilnya kita atau bahkan betapa gagalnya kita. Yang penting banget adalah apakah kebiasaan-kebiasaan kita telah menempatkan kita pada rel menuju kesuksesan atau tidak. Arah tujuan lebih utama dari hasil tujuan itu sendiri. 
  • Jika kita dikenal sebagai seorang pelajar - dan semua Salafiyun adalah pelajar (thalib) atau penuntut ilmu - , tetapi menghabiskan waktu lebih banyak dengan selain belajar, berarti kita di arah yang salah
  • Namun kebalikannya, jika kita bukan seorang santri atau ustadz, tetapi belajar ilmu syar'i sedikit demi sedikit setiap hari, dan berusaha mengamalkannya, insyaa Allah kita telah berada di lintasan yang benar, walaupun pergerakannya sangat lambat. Pasti sampai, dengan izin Allah.
          Hasil-hasil kita, menunjukkan ukuran kebiasaan-kebiasaan kita. Coba kita renungkan kembali, 
  • kesehatan tubuh kita menunjukkan ukuran kebiasaan makan kita. 
  • Ilmu pengetahuan kita merupakan ukuran yang mengikuti kebiasaan belajar kita. 
  • Seberapa rapi rumah kita menunjukkan tingkat kebiasaan kita dalam hal beres-beres rumah.
Kita akan mendapatkan apa yang selalu kita ulangi.
 
         Jika ingin mengetahui ke mana tujuan (hasil) kita dalam belajar, yang harus kita lakukan hanya 
  • melihat keberhasilan-keberhasilan kecil dalam belajar 
  • atau kegagalan-kegagalan kecil belajar sehari-hari. 
          Dan ini sudah bisa menunjukkan atau seolah-olah "meramalkan" hasil 3, 7 atau bahkan 10 tahun ke depan. 

          Apakah kita, membaca buku, belajar, dan menulis sesuatu yang baru setiap hari?

          Perlagaan-perlagaan kecil seperti inilah yang akan menentukan taqdir masa depan belajar kita. Dengan izin Allah.

          Kebiasaan yang simultan dengan waktulah yang akan memperbesar distorsi (penyimpangan) keberhasilan atau kegagalan. Bersama waktu, kebiasaan akan bunga-berbunga, apapun yang kita tuangkan ke dalam waktu tersebut. Kebiasaan baik berupa belajar dan menulis menjadikan waktu teman baik kita. Begitu pula kebiasaan buruk atau sia-sia akan menjadikan waktu musuh dalam selimut kita.

          Coba kembali kita bedakan fakta-fakta berikut yang sangat sulit kita bantah.

>>> Semakin sering (berulang-ulang) kita memandang diri kita adalah sosok yang tak berharga dan minder, 

>>> akan berlanjut semakin kuat dan semakin sering (berulang-ulang) pula kecenderungan kita untuk memandang hidup seperti itu, kita terjerembab dalam lingkaran tanpa ujung. 

>>> Sehingga akhirnya kitapun memiliki sifat, karakter atau watak tidak menghargai yang begitu melekat pada diri kita. Karena perulangan kecenderungan itu.

>>> Dan, akhirnya, mempunyai pikiran terhadap orang lain dengan cara begitu. Orang lain selalu kita pandang sebagai orang tak berharga, licik dan rendahan. Kita akan merasa orang-orang seperti itu ada dimana-mana.

          Sebaliknya, 

>>> orang lain cenderung membalas perilaku kita, kepada kita sesuai apa yang kita lakukan terhadap orang lain. 
  • Namun, bukan berarti itu tujuan kita bila disesuaikan dengan keimanan kita, tetap niatkan untuk balasan di negeri akhirat. Hanya saja fakta di lapangan kehidupan memang demikian, dan ini hanya akibat yang seharusnya tidak kita niatkan. 
>>> Yaitu, menjadi sedikit lebih ramah dalam setiap (berulang-ulang) interaksi kepada orang lain akan menghasilkan persaudaraan (ukhuwah) hubungan yang kuat dan luas seiring dengan berjalannya waktu. 
  • Bukankah Nabi kita shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, "Janganlah meremehkan kebaikan sedikitpun, walau sekedar engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah berseri." (HR Muslim no. 2626).
          Begitu pula, belajar sesuatu yang baru saat ini tidak membuat kita langsung cerdas, tetapi komitmen dan konsisten (berulang-ulang) untuk belajar sampai ke liang lahad dapat mengubah diri kita. Semua kitab dan buku yang kita baca, tidak hanya mengajarkan kita sesuatu yang baru bagi kita, tetapi mereka akan membuka cara berpikir yang berbeda dari pada gagasan-gagasan lama kita. 

Begitulah mekanisme ilmu pengetahuan, ia bekerja dan tumbuh di atas gundukan demi gundukan. Bunga berbunga.

          Kebiasaan itu secara umum seperti sehunus pedang yang tajam di kedua bilah sisi. Kebiasaan buruk atau sia-sia mampu menebas kita, sebagaimana kebiasaan baik dapat membentuk karakter diri kita.

          Kita musti, harus dan tidak boleh tidak tahu cara kerja kebiasaan, cara merancangnya sesuai keinginan baik kita. Dan, bagaimana menjauhi hal-hal sia-sia atau buruk yang menghalangi kebiasaan belajar dan menulis, yaitu ancaman salah satu sisi tajam pedang kebiasaan.

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#02 Mengapa Kebiasaan Belajar dan Menulis Sederhana menghasilkan Perubahan Besar"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.