Widget HTML #1

#32 Mengubah Pola Berpikir menjadi Positif sebagai Pemicu Kebiasaan Belajar yang Menarik

          Setiap Perilaku Spesifik memiliki:

Hasrat (keinginan) yang terlihat nyata (tersurat) yang terwujud dalam bentuk Kebiasaan Perilaku Spesifik, dan

✓ Hasrat (keinginan) yang lebih dalam (tersirat), yang terwujud dalam bentuk Motivasi, atau Alasan Niat secara Sadar.

Kita langsung ke contoh nyata, misalkan kita berkata, "Aku ingin makan gado-gado." Makan gado-gado adalah Kebiasaan Perilaku Spesifik kita, ya karena kita suka dengan gado-gado.

Lalu, ada orang bertanya kepada kita, "Mengapa kamu ingin makan gado-gado?"

Apakah kita akan menjawab, "Karena aku perlu makan untuk bertahan hidup." Tentu saja tidak. Paling-paling kita jawab, "Ya, karena makanan itu kesukaanku ..."

          Jadi, hasrat yang nyata-nyata terlihat (dalam bentuk Kebiasaan Perilaku Spesifik) adalah memang kita ingin makan gado-gado, mungkin karena itulah makanan kesukaan kita. Namun, alasan atau Motivasi yang lebih dalam, tidak dapat kita pungkiri bahwa makan gado-gado saat itu, mungkin untuk makan siang, jelas-jelas untuk supaya kita tetap hidup, dengan sebab makan. Jika tidak mungkin kita akan kelaparan dan lemas, sehingga mengurangi gerak aktivitas hidup kita.

         Alasan-alasan atau Motivasi yang lebih dalam di kehidupan kita yang lain, seperti;
 
mendapatkan air, 
menghemat energi, 
mendapatkan tempat tinggal, 
mendapatkan pasangan yang halal, 
mendapatkan ilmu dan pendidikan, 
kesehatan, dan sebagainya.

Hasrat yang dinyatakan dalam bentuk Kebiasaan Perilaku Spesifik hanyalah perwujudan tertentu untuk alasan atau Motivasi yang lebih dalam.

          Jika kita perhatikan, bahwa; 

setiap produk yang membentuk kebiasaan - perilaku spesifik - tidaklah menciptakan alasan - motivasi - baru, tetapi hanyalah memanfaatkan Motivasi-motivasi lama (purba) yang telah ada sejak adanya manusia.

Motivasi (alasan) yang lebih dalam: mendapatkan air, hasrat (kebiasaan perilaku spesifik) yang terlihat: biasa membeli Aqua.

✓ Motivasi (alasan) yang lebih dalam: mendapatkan ilmu dan pengetahuan, hasrat (kebiasaan perilaku spesifik) yang terlihat: biasa  searching di Google.

✓ Motivasi (alasan) yang lebih dalam: mendapatkan kesehatan, hasrat (kebiasaan perilaku spesifik) yang terlihat: biasa makan buah-buahan.

✓ Dan sebagainya.

          Kebiasaan (perilaku spesifik) di zaman now, adalah hanyalah solusi alasan (motivasi) purba kita. Alasan (motivasi) di balik hasrat-hasrat (kebiasaan perilaku spesifik) itu tetap sama, hanya berbeda dalam periode sejarah.

Lain orang, lain pula cara (Kebiasaan Perilaku Spesifik) dalam pemenuhan Motivasi (alasan) nya

          Sekarang, kita akan lebih lanjut membahas tentang pemenuhan Motivasi-motivasi yang mendasar tersebut.

          Bahwa, cara pemenuhan motivasi-motivasi mendasar tersebut mempunyai banyak cara Kebiasaan Perilaku Spesifik berbeda. Lain orang, lain pula caranya.

Seseorang punya Motivasi mendasar ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, lalu ia menunaikan motivasinya dengan hasrat perilaku spesifik atau kebiasaan searching di Google. 

Namun, orang lain merasa tidak cukup dengan perilaku spesifik itu saja, ia akan ke toko buku untuk mencari dan melengkapi pengetahuannya.

          Kebiasaan Perilaku Spesifik kita saat ini, 
  • tak harus merupakan cara terbaik untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. 
  • Cara itu hanya kebetulan yang telah kita pelajari atau ketahui, dan cukup berhasil
  • Ketika kita merasa berhasil menemukan solusinya, kita akan mengulang cara tersebut jika menemui masalah yang sama.
          Jadi, urutannya demikian:

1. Alasan > Pemicu (isyarat) > (Hasrat) Kebiasaan Perilaku Spesifik (yang kebetulan diketahui berdasarkan pengalaman hidup masing-masing orang) > Berhasil.

2. Alasan > Pemicu (isyarat) sama > Mengulang Kebiasaan Perilaku Spesifik > Berhasil.

3. Dan seterusnya.  

          Seluruh kebiasaan selalu; 
  • terkait dengan persepsi masing-masing orang. 
  • Dan itu menentukan apakah kebiasaan itu layak diulang apa tidak
  • Pikiran kita akan menyerap informasi dan Pemicu-pemicu (isyarat-isyarat) di lingkungan kita. 
  • Setiap kali pikiran kita menemukan Pemicu, pikiran kita akan menjalankan simulasi dan membuat "ramalan", prediksi atau perkiraan tentang apa yang akan dilakukan pada kesempatan berikutnya
  • Berdasarkan pengalaman hidup sebelumnya yang telah kita alami terhadap masalah yang sama.
          Contoh dalam kehidupan nyata:

Pemicu: aku melihat lampu lalu lintas berubah dari hijau menjadi kuning. 
Prediksi: kalau aku tancap gas, mungkin aku akan berhasil melewati persimpangan dan tak terlambat sampai di tujuan, jadi aku harus tancap gas.

Pemicu: aku melihat lampu lalu lintas berubah dari hijau menjadi kuning. 
Prediksi: kalau aku mengerem kendaraan, mungkin aku akan selamat dari terjadinya tabrakan di persimpangan dan selamat sampai di tujuan, jadi aku harus mengerem.

          Kita melihat Pemicu (isyarat), dan mengkategorikan berdasarkan pengalaman masa lalu kita, lalu menentukan aksi (kebiasaan perilaku spesifik) tanggapan yang cocok dengan pengalaman di waktu yang telah lewat.

          Ini semua terjadi dalam waktu yang sangat cepat, tetapi memainkan peran yang sangat menentukan dalam setiap aksi tanggapan kita. Karena setiap aksi selalu didahului oleh prediksi atau perkiraan kita. 

          Seharian kita senantiasa membuat jawaban-jawaban terbaik tentang;
  • bagaimana kita bereaksi berdasarkan apa yang kita lihat 
  • dan berhasil di masa lalu.
          Kita tak bisa berhenti dari membuat prediksi-prediksi tentang apa yang akan terjadi kemudian.

          Perilaku kita, sangat tergantung pada prediksi. Maksudnya, bahwa; 

perilaku kita sangat bergantung bagaimana tafsir menurut diri kita atas peristiwa yang terjadi pada diri kita. Bukan berdasarkan kenyataan objektif dari kejadian-kejadian itu sendiri.

Dua orang boleh jadi melihat rokok yang sama, satu orang merasakan hasrat untuk merokok, sedang orang yang satu lagi merasa terganggu akan baunya. 

          Pemicu (isyarat) yang sama mampu merangsang kebiasaan buruk atau sebaliknya, tergantung prediksi masing-masing orang. Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa;

Penyebab Kebiasaan Perilaku Spesifik kita, sesungguhnya adalah prediksi yang telah mendahuluinya.

          Hasrat kepada Kebiasaan Perilaku Spesifik adalah 

perasaan yang menyatakan ada sesuatu yang musti didapat atau ada sesuatu yang hilang. Kesenjangan antara sesuatu yang belum didapat atau sesuatu yang hilang kepada apa yang akan didapat, yang memberi alasan kita untuk beraksi.

          Mengapa dapat dikatakan "sesuatu yang hilang"? 
  • Karena kita pernah mengalami sesuatu itu di masa lalu. Sehingga seolah-olah hilang atau tak ada kehadirannya. 
  • Kesenjangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang kita inginkan inilah yang membuat kita bertindak. 
Ketika kita ingin makan gado-gado, sejatinya bukan gado-gado yang kita inginkan. Begitu pula ketika kita ingin mengetahui sesuatu tentang ilmu pengetahuan, hakikatnya bukan pengetahuan yang kita inginkan. 

Lalu apa? 

Yang kita inginkan sesungguhnya ingin merasa berbeda kondisi. Dari lapar menjadi kenyang sehingga mampu bertahan hidup, dan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sehingga mengurangi ketidakpastian suatu kondisi. 

Motivasi (alasan) yang mendasar yang lebih dalam itulah yang mendorong.

           Singkatnya, 
  • Hasrat tertentu, yang kita rasakan untuk melakukan Kebiasaan Perilaku Spesifik kita, 
  • dan yang kita jalankan merupakan usaha memenuhi Motivasi (alasan-alasan) dasar yang lebih dalam yang ada di baliknya. 
  • Setiap Kebiasaan Perilaku Spesifik mampu memenuhi suatu Motivasi (alasan) yang mendasar.
  • Dan, berhasil. Keberhasilan ini suatu hal yang menyenangkan.
  • Sehingga, kita akan mengembangkan Kebiasaan Perilaku Spesifik untuk mengerjakannya lagi dan lagi.
Kebiasaan Perilaku Spesifik akan menjadi menarik, ketika kita mengaitkannya dengan perasaan-perasaan positif, senang, bahagia dan bersyukur yang mengantar hasrat untuk bertindak.

Cara mengubah Pola Berpikir untuk menjadikan Kebiasaan Belajar dan Menulis itu Menarik, menyenangkan, berbahagia dan banyak Bersyukur

          Kita mampu menjadikan kebiasaan belajar dan menulis lebih menarik ketika berhasil mengaitkan kebiasaan belajar dan menulis dengan pengalaman positif. 

Dan, terkadang yang perlu kita ubah hanya sedikit mencungkil pikiran negatif, lalu menggantinya dengan pola berpikir positif.

          Suatu contoh saja. 

Kita terkadang sebagai Ahlus Sunnah merasa harus mengamalkan amalan-amalan Sunnah. Seperti misalkan, kita diberi tugas mengajar di suatu ponpes. Maka kita akan katakan, "Aku harus mengajar hari ini." Nah, cobalah kata “harus” kita ubah menjadi kata “berkesempatan”, menjadi, "Aku berkesempatan mengajar hari ini." Atau, "Aku diberi kesempatan untuk mengajar hari ini."

          Bagaimana?

Tentu beda sekali, pola pikir yang terbentuk dikarenakan hanya mengubah satu kata. Kata "harus" berkonsekwensi pekerjaan mengajar menjadi "beban" bagi diri kita. Namun, kata "kesempatan" memberi pemahaman pola pikir kita kepada "rasa bersyukur", dimana telah diberi suatu peluang, yang belum tentu peluang tersebut diberikan kepada orang lain. 

Lebih dari itu, pola pikir kita yang selaras dengan keimanan mengatakan bahwa Allah Subhana wa ta'ala tidak butuh kepada kita, namun kitalah yang butuh kepada Allah Subhana wa ta'ala, karena Allah ta'ala telah memilih kita dan memberi kesempatan berkegiatan dengan kegiatan yang disukai oleh-Nya, dan tentunya pahala dari-Nya menunggu, insya Allah.

Dan, kenyataannya dua-duanya benar. Kita "harus" dan "berkesempatan." Dengan demikian, kita bisa bebas mengadakan perubahan pola pikir untuk kebiasaan apapun. 

Termasuk, kebiasaan belajar dan menulis!

          Coba perhatikan perubahan pola pikir berikut, nyata-nyata memang sangat berbeda:

✓ Ada seorang yang dalam bergerak musti memakai kursi roda, kemudian ia ditanya, "Apakah kamu merasa sulit dengan kursi rodamu?". Lalu iapun menjawab, "Aku tidak merasa sulit dengan kursi roda ini, justru aku merasakan terbebaskan dan adanya kemudahan. Jika tak ada kursi roda ini, aku akan tetap di tempat tidur dan tak bisa kemana-mana."

✓ Ada seorang yang berhenti merokok, dan ketika ditanya, "Bagaimana kamu bisa berhenti merokok?" Iapun menjawab, "Aku tidak merasa berhenti dari merokok, karena rokok tidak melakukan apapun terhadapku."

✓ Ada seorang santri akan mengikuti ujian akhir semester. Terlihat ia gelisah dan tegang. Kemudian dia ditanya, "Apakah kamu gugup?" Lalu ia menjawab, "Enak aja, aku tuh, sedang bersemangat dan mendapatkan tambahan adrenalin untuk membantu berkonsentrasi."   
       
          Membentuk ulang kebiasaan yang berfokus pada manfaat dibanding kerugian, adalah cara cepat dan mudah untuk mengubah pola pikir dan menjadikan kebiasaan, termasuk kebiasaan belajar dan menulis lebih menarik, senang, bahagia dan memiliki aura bersyukur.

          Beberapa cara mengubah pola pikir positif untuk kebiasaan belajar dan menulis:

> Ada seorang bertanya, "Apa yang mau ditulis, jika tak punya ilmu?" Maka bisa kita jawab, "Betul, justru menulis menyulut aku untuk lebih banyak berburu ilmu, belajar dan mengulang-ulangnya untuk aku tulis." <

> Belajar dan Menulis bukanlah beban, tetapi bagi kami Ahlus Sunnah, belajar dan menulis telah menjadi gaya hidup keseharian sebagai klan pembelajar. <

> Kami Ahlus Sunnah tak pernah bingung ingin belajar dan menulis apa, belajar dan menulis adalah pekerjaan biasa-biasa saja, karena kami telah terbiasa mencatat kajian dari guru-guru kami, dan dijamin pasti benar. Insya Allah. <

> Belajar dan Menulis membuat terlatih berpikir teratur, segala yang teratur akan ringan dan memudahkan urusan. <

> Belajar dengan Menuliskannya adalah membaca dua kali. <

> Pembelajar sekaligus Penulis adalah orang yang kaya pahala. Berbagi faedah pelajaran dan tulisan tentangnya, sama saja menjala pahala. <

> Belajar dan Menulis sedikit demi sedikit setiap hari bukan perkara kecil, bahkan ujungnya akan terjadi perubahan yang maha dahsyat. <

> Kesempitan memudahkan belajar dan menulis karena menjadi fokus, sedangkan kelonggaran menyulitkan belajar dan menulis karena membuat kita abai. <

> Belajar dan Menuliskannya itu ringan, dengan cara menuliskannya secepat-cepatnya dalam waktu singkat, menuliskannya seperti kita bicara. <

> Belajar dan Menulis adalah salah satu gelagat terpelajarnya kita sebagai Ahlus Sunnah. <

> Belajar dan Menulis itu asyik-asyik saja, karena berkelas dan berderajat di sisi Allah ta'ala. <

> Belajar dan Menulis bikin kita tak pernah kenyang akan ilmu. <

> Bagi seorang pembelajar sekaligus penulis, setiap hari selalu berbeda, karena terpicu terus untuk memunculkan ide dan gagasan. <

> Muslim Salafy berkualitas adalah seorang pembelajar sekaligus penulis. <

> Curhatan ilmu syar'i ke kertas adalah curhatan pemimpin besar. <

> Pembelajar sekaligus Penulis itu cerdas, karena ia mendapat buruan berupa ilmu, lalu ia ikat dengan tulisan. <

> Belajar dan Menulis itu bikin kepo, akhirnya menjadi peka. <

> Pembelajar sekaligus Penulis itu bisa menggerakkan orang lain dengan tulisannya. Karena kata-kata itu memiliki tenaga. <
  
          Wuih! masih banyak lho!

          Perubahan pola pikir kecil, ini adalah terlihat remeh, tetapi ia mempunyai daya yang sangat dahsyat mengubah perasaan-perasaan yang bisa kita kaitkan dengan kebiasaan belajar dan menulis kita.

          Jika mau lebih canggih lagi, kita bisa menciptakan runutan Motivasi, atau menggunakan kata kunci: Setelah.
  • Kita cukup menghubungkan kebiasaan belajar dan menulis dengan sesuatu yang kita nikmati. 
  • Lalu, kita bisa menggunakan Pemicu (isyarat) itu sebagai Tambatan setiap kali memerlukannya sebagai Motivasi untuk melakukan kebiasaan Belajar dan Menulis.
          Sebagai contoh yang dialami sendiri. 

Aku merasa termotivasi ketika Setelah mandi di pagi hari. Maka setiap aku ingin memulai kegiatan hari itu, termasuk belajar dan menulis, aku selalu mandi dahulu sepagi mungkin. Semakin pagi dini hari mandi, semakin aku termotivasi memulai kegiatan, apalagi belajar dan menulis. Sehingga aku selalu menghubungkan mulai kegiatan dengan "mandi pagi" hari, terkhusus dengan kegiatan belajar dan menulis.

Hal ini, akhirnya berdampak, jika belum mandi pagi, aku merasa gelisah, kurang "fresh" untuk melakukan pekerjaan apa saja. Yang jelas belajar dan menulis bisa-bisa macet.

Bahkan, ketika masih belum ada pekerjaan yang harus dikerjakan, bila Setelah mandi langsung ingin mencari-cari pekerjaan yang bisa dikerjakan.

          Begitu pula doa atau perkataan "Alhamdulillah", merupakan doa rasa syukur ketika kita mendapat nikmat dari Allah Subhana wa ta'ala. 
  • Sehingga, tentu saja ucapan "Alhamdulillah" yang sering kita ulang-ulang merupakan rutinitas dengan suasana hati yang baik dan beriak senang
  • dan menjadi petunjuk yang bermakna rasa bahagia. 
  • Dan, yang menakjubkan lagi, jika kita tertimpa musibah atau kesempitan, kitapun dihasung untuk mengucapkan "Alhamdulillah 'ala kulli hal"
  • Sehingga, ucapan tersebut mampu mengubah kondisi emosi kita. 
  • Yang tadinya sedih akibat musibah tersebut, kesedihan jika tak bisa dikatakan hilang, setidaknya berkurang, karena makna kata "Alhamdulillah". 
          Rumus dalam menemukan dan mengoreksi penyebab anggapan bahwa kebiasaan belajar dan menulis itu sulit, tidak menarik adalah; 

dengan membingkai ulang persepsi kita tentang kebiasaan belajar dan menulis. Memang agak "ribet", tetapi jika kita mampu memprogram ulang prediksi-prediksi kita terhadap kebiasaan belajar dan  menulis, ia sanggup mengubah kebiasaan belajar dan menulis yang dianggap sulit menjadi kebiasaan belajar dan menulis yang menarik, menyenangkan, berbahagia, penuh rasa syukur kepada Allah ta'ala 

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#32 Mengubah Pola Berpikir menjadi Positif sebagai Pemicu Kebiasaan Belajar yang Menarik "


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.