Widget HTML #1

#19 Mengurangi Hambatan-hambatan - Trik Manipulasi Kemampuan

Mengulang-ulang, langkah terpenting

          Kecenderungan kita adalah, selalu ingin menghindari kritik

Siapa coba yang suka dikritik? 

          Yang ada kita itu suka sekali dipuji, diberi jempol, diberi hadiah. Gak enak banget rasanya kalau sampai tulisan hasil belajar kita ditegur di depan umum baik luring, bahkan daring. Inilah alasan terbesar - yang menghambat - mengapa kita lebih banyak merencanakan kapan belajar dan menulis dari pada beraksi untuk langsung - gak pake lama - belajar dan menulis.

          Padahal cinta pujian itu tercela, sedangkan celaan (kritikan) itu bermanfaat. 

          Lho! kok bisa? kepo pingin tahu? 

          Dijawab oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi pada karyanya Mukhtashar Minhajul Qashidin bab "Pengobatan Penyakit Cinta Pujian dan Penyakit Benci Celaan", sila TAP /KETUK pintu linknya di sini

          Kita ingin tidak gagal, yang jika kita gagal ujungnya akan mendapat kritikan. Kita ingin tulisan hasil belajar kita terlihat sempurna, yang akhirnya mengundang jempol yang banyak. Sebetulnya itu kita hanya menunda kegagalan

          Cobalah kita cari orang-orang yang telah berhasil dengan tujuan dan cita-cita mereka, apapun itu, lalu tanyakan kepada mereka, 

          "Apakah kamu dalam proses mencapai cita-citamu tak pernah gagal?"

          Kita yakin, mereka akan menjawab, "Pernah."

          Perencanaan membuat kita merasa telah mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Sesungguhnya kita hanya bersiap untuk melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Ternyata persiapan-persiapan yang terlalu berlebihan, hanyalah semacam usaha menunda. Perasaan takut ini, takut itu. Nanti kalau begini bagaimana, kalau begitu terus gimana. Maka, ini harus ditepis. 

          Dan, beraksilah! Belajarlah! Menulislah!

          Jika ingin kebiasaan belajar dan menulis ada pada diri kita, pembukanya adalah; 

mulai dengan perulangan belajar dan menulis, bukan membayangkan kesempurnaan tulisan hasil belajar kita. 

          Kita tak perlu meneliti karakter kebiasaan belajar dan menulis yang ingin kita kuasai, yang diperlukan adalah melakukannya

Ya, sesederhana itu: kita hanya butuh mengulang-ulang belajar dan menulis.

          Ketika kita baru mulai belajar dan menulis, 
  • kita melakukan pekerjaan yang tak lazim bagi diri kita. 
  • Kita merasakan kesulitan
  • karena saluran-saluran syaraf yang dilalui oleh suatu sensasi belum stabil
  • Namun, setelah perulangan yang sering, akhirnya saluran-saluran itu berhasil membuat jalan pintas
  • Kesulitan-kesulitan raib
  • aksi belajar dan menulis menjadi begitu otomatis, 
  • sehingga dapat dilakukan tanpa melibatkan pikiran sadar lagi.
          Setiap kali kita mengulang aksi belajar dan menulis, pikiran kita mengaktifkan rangkaian syaraf tertentu terkait kebiasaan belajar dan menulis. Dengan kata lain, 

mengulang adalah langkah yang paling penting untuk merekam kebiasaan belajar dan menulis di pikiran bawah sadar kita, yang akhirnya menjadi sifat, karakter atau watak yang melekat pada diri kita.

          Semua kebiasaan mengikuti lintasan serupa, dari perulangan sampai menjadi perilaku spesifik yang spontan. Proses ini dinamakan otomatisasi. Jadi, 

          Otomatisasi adalah; 

kemampuan melakukan perilaku spesifik tanpa memikirkan tiap langkahnya, yang terjadi ketika pikiran bawah sadar mengambil alih.

          Jika langkah yang paling penting adalah: pengulangan, lalu timbul pertanyaan, "Berapa lama kita dapat membangun kebiasaan belajar dan  menulis?"

          Ini pertanyaan salah. 

          Jelas-jelas kuncinya adalah: perulangan, semestinya yang ditanyakan adalah, "Berapa kali belajar dan menulis harus diulang sehingga itu menjadi kebiasaan?" 

          Jawabannya, 

Kebiasaan belajar dan menulis, memerlukan tingkat frekuensi pengulangan yang cukup intens. Semakin sering dilakukan, maka semakin cepat pula terjadi otomatisasi

Bisa setiap hari sekali, atau mau lebih cepat lagi dua, tiga, empat atau sebanyak-banyaknya dalam sehari, tentunya disesuaikan, ditempelkan atau diselipkan ke dalam rutinitas kita sehari-hari. 

Sehingga dipahami di sini bukan berapa lama, tetapi berapa kali pengulangan.

          Kita perlu melatih belajar dan menulis, dan cara yang paling efektif adalah; 

melakukannya dengan cara yang mudah. Sehingga kita merasakan kebiasaan belajar dan menulis bukanlah hal yang sulit.

Mengapa kita ingin berupaya seefisien (semudah) mungkin?

          Anggapan umum mengatakan motivasi adalah kunci untuk melakukan kebiasaan, termasuk kebiasaan belajar dan menulis, iya betul, salah satunya, tetapi jika telah menguat

          Namun, kenyataannya motivasi kita sejujurnya adalah malas - karena mayoritas kalbu kita termasuk yang belum kokoh, dan ada hawa nafsu buruk yang dibisiki gerombolan setan - dan ingin melakukan apapun dengan nyaman. Iya khan?

          Namun, bila kita cerdas sedikit bertempur dengan kebiasaan buruk tersebut, akal lurus yang ada dalam pikiran dan kalbu kita akan mencerna, bahwa;

          Energi dan tenaga adalah; sesuatu yang sangat berharga, jadi pikiran kita memang dirancang untuk menghematnya. Jika seseorang diberi dua pilihan upaya suatu pekerjaan, maka wajar jika ia memilih pilihan dengan upaya paling sedikit

          Sebagaimana, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan, bahwa jika beliau diberi dua pilihan pekerjaan dimana yang satu lebih mudah dari yang lain, maka beliau akan memilih yang lebih mudah.

          Sejatinya hukum tersebut adalah mencocoki hukum dalam ilmu Fisika

Hukum ini mengatakan, "Lintasan yang diambil di antara dua titik, selalu lintasan yang memerlukan tenaga paling sedikit."

Tentu saja, coba kita bayangkan jika kita menuju rumah kita mulai titik A, kemudian lurus ke titik B, lanjut belok kanan dan lurus ke titik C. Titik C adalah rumah kita, sampailah kita di rumah. Sementara ada jalan pintas, lebih dekat dari titik A ke titik C, tentu kita akan memilih jalan pintas ini. Karena memerlukan tenaga lebih sedikit dan waktu lebih cepat.

          Sekarang begini, misalkan; 

sasaran kita push up sehari 100 kali. Pada awal motivasi yang kuat, kita mampu menghimpun kekuatan untuk mulai melakukannya. Namun, setelah beberapa hari usaha tersebut ternyata sangat melelahkan.

Sedangkan, dibanding kita melakukan kebiasaan satu push up sehari, tidak menguras energi melakukan kebiasaan tersebut. Dan, semakin besar kemungkinan kebiasaan itu terlaksana.

          Sekarang, ada fakta lain yang memperkuat. Coba perhatikan semua perilaku kita yang mengisi sebagian besar kehidupan kita, maka fakta berbicara bahwa, 

semua perilaku tersebut dapat dan mungkin dilakukan karena tingkat Motivasi yang sangat rendah. 

Kebiasaan membuka ponsel sambil rebahan, karena kegiatan itu dikerjakan hampir tanpa susah payah. Kebiasaan-kebiasaan itu luar biasa menyenangkan.

          Belajar dan Menulis artikel harian, adalah penghalang untuk latihan berpikir jernih. Kita sesungguhnya malas untuk melakukan kebiasaan itu. Yang sesungguhnya kita inginkan adalah hasil yang diberikan kebiasaan itu. Sebuah buku hasil belajar kita, misalnya.

Semakin besar penghalang, yaitu semakin sulit kebiasaan perilaku spesifik, semakin besar "gesekan" (friksi) antara kita dan keadaan akhir yang kita dambakan.

          Inilah, sebabnya penting bagi kita untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan, menjadikannya mudah sehingga kita akan melakukannya, bahkan ketika kita sedang tidak menyukainya. 

          Jika membuat kebiasaan-kebiasaan belajar dan menulis lebih nyaman, kita akan lebih mudah menjalankannya.

          Semakin sedikit tantangan-tantangan gesekan (friksi), semakin mudah kita munculkan pribadi kita yang lebih tangguh.

Menjadikan mudah belajar dan menulis, bukan hanya melakukannya yang mudah, akan tetapi menjadikannya semudah mungkin saat melakukan belajar dan menulis dengan hasil dalam jangka panjang.

          Mungkin kita mampu belajar dan menulis, yang menurut anggapan kita sulit. Masalahnya, ketika kalbu kita belum kokoh, semangat belajar dan menulis itu bisa turun, bisa naik. 

          Kata orang, terkhusus dalam perilaku menulis ada yang namanya writer block, yaitu kebuntuan menulis adalah sebuah keadaan ketika pembelajar yang penulis merasa kehilangan kemampuan menulis. Suatu hari kita merasa senang menulis, pada hari yang lain kita menyerah.

          Oleh karena itu, pada hari-hari sulit untuk belajar dan menulis, kita perlu memiliki cara agar menjadikan belajar dan menulis mudah sesuai selera kita. Mengapa begitu? Agar kita mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut secara alami, dengan sesedikit mungkin energi. Itulah hukum ilmu Fisika tersebut di atas.

Ngirit tenaga, jor-joran hasilnya, bagaimana caranya?

          Bayangkan kita akan menggeser suatu perabotan rumah, misalnya lemari kayu yang sarat berisi pakaian, hanya sedikit bergeser berjarak sekitar dua langkah. Kita punya dua cara. 
  • Kita dorong begitu saja 
  • atau di bawah kaki lemari kita letakan suatu kain untuk melancarkan gerakan lemari yang kita dorong agar bergeser. 
Tentu pilihan kedua gerakan lemari akan lebih lancar, karena gesekan (friksi) antara kaki lemari dan lantai rumah berkurang. Semakin licin antara kaki lemari dan lantai, semakin lancar dan mudah pula gerakan penggeseran lemari. Semakin kasar di antara keduanya, semakin sulit pula lemari bergeser.

          Salah satu cara paling mudah untuk mengurangi gesekan yang terkait kebiasaan belajar dan menulis, adalah mendesain ulang lingkungan yang meliputi diri kita. Ibarat meletakkan kain pelicin di bawah lemari seperti permisalan di atas.

          Dalam bab terdahulu kita telah belajar mendesain lingkungan agar Pemicu-pemicu (isyarat-isyarat) lebih terlihat dan menarik. Nah, sekarang kita bisa juga mendesain ulang lingkungan agar kebiasaan belajar dan menulis mudah dieksekusi.

          Sebagai permisalan, 

ketika memutuskan dimana harus melatih kebiasaan belajar dan menulis tersebut. Yang paling efektif adalah memilih tempat yang sudah ada di jalur rutinitas kita sehari-hari. Kebiasaan belajar dan menulis akan lebih mudah dihidupkan ketika sesuai dengan aliran kehidupan kita.

          Misalnya, 

kebiasaan belajar dan menulis seseorang biasa dilakukan di ruang kerja di lantai atas rumahnya. 

Namun, karena kondisi ritme kehidupan, misalnya ada anggota keluarga yang sakit berat, dalam jangka waktu lama, dan memerlukan perawatan di kamar lantai bawah. Sehingga aliran ritme kehidupan sang pembelajar yang penulis berubah drastis. Ia banyak melakukan rutinitas sehari-hari di lantai bawah, karena musti memperhatikan dan merawat anggota keluarga yang sakit tersebut. 

Sehingga yang tadinya kegiatan kebiasaan belajar dan menulis mudah ia lakukan di ruang kerja, sekarang menjadi sulit. Ia musti bolak-balik ke ruang kerja di lantai atas dari lantai bawah. 

Untuk itu, perlu mendesain ulang lingkungannya, dengan memindahkan meja kerja dan perangkat lainnya seperti laptop dan beberapa buku yang lebih dibutuhkan untuk saat dia belajar dan menulis ke lantai bawah.

          Kita bisa sebut strategi tersebut dengan; 

Strategi "penambahan dengan pengurangan". 
  • Mencoba mengatasi hambatan dalam hidup dengan menguranginya, sehingga bertambahlah kualitas hidup kita.  
  • Ketika kita mengurangi proses yang memboroskan waktu, malah kita meningkatkan dan memberi manfaat bagi kebiasaan belajar dan menulis kita. 
  • Dengan upaya yang sedikit, kita mendapatkan hasil lebih banyak
          Ini juga merupakan alasan, bahwa sering beres-beres rumah, akan meringankan beban pikiran yang diberikan lingkungan kepada diri kita.

          Semua produk-produk yang membentuk kebiasaan, yang dilakukan oleh usaha tersebut adalah: menghilangkan gesekan kecil dalam kehidupan, contohnya:

✓ Layanan pengantaran makanan, mengurangi hambatan musti keluar rumah cari-cari makanan.

✓ Layanan transpotasi travel, mengurangi hambatan dalam perjalanan ke kota yang sama.

✓ Layanan pesan teks, mengurangi hambatan mengirim pesan dengan surat fisik yang lambat dan repot.

✓ Adanya pengisian formulir pada suatu perangkat-perangkat elektronik daring yang hanya sekali isi, mengurangi jumlah "klik" atau "tap" yang harus dilakukan oleh pelanggan.

✓ Munculnya aplikasi-aplikasi di gawai cerdas dengan tema semakin spesifik dan sempit, mengurangi pilihan-pilihan yang dilakukan pemilik gawai. Hanya sekali tap muncul aplikasi yang memberi manfaat yang memang diinginkan. Misal aplikasi "Rekaman Sirah Nabi Ibnu Hisyam". Jelas-jelas pendengar telah spesifik ingin mendengarkan rekaman sejarah Nabi yang ditulis oleh Ibnu Hisyam. Bukan aplikasi Rekaman Kajian, sehingga ia musti mencari-cari mana yang sejarah Nabi, ini mempersulit. Sedang aplikasi yang pertama, memudahkan.

          Gagasan utama, adalah; 

menciptakan lingkungan tempat melakukan kebiasaan belajar dan menulis menjadi semudah mungkin. Membangun kebiasaan belajar dan menulis lebih baik dengan mengurangi hambatan-hambatannya.

          Begitu pula sebaliknya, 

kita bisa menambah hambatan-hambatan untuk menangkal kebiasaan sia-sia atau buruk yang menghalangi kebiasaan baik, termasuk kebiasaan belajar dan menulis.

Menyiapkan lingkungan terbaik untuk masa depan pembelajar sekaligus penulis yang piawai

         Kita bisa membentuk kebiasaan yang sulit menjadi mudah dengan strategi "menyusun ulang ruangan." Sebagai contoh:

Setelah kita bangun tidur, menata bantal dan melipat selimut.

✓ Ketika, setelah turun dari mobil, langsung membuang sampah di tempatnya.

✓ Setiap kali mandi, selagi menunggu air hangat (misalnya ada penghangat air listrik atau gas), kita bisa membersihkan lantai keramik kamar mandi dan jamban atau closet.

✓ Mencuci piring langsung setelah selesai makan tidak menunggu piring kotor sampai menumpuk bersusun-susun seperti Menara miring Pisa.

         Selain tujuannya adalah rapi dan bersih, 
  • rapi dan bersih akan mengurangi beban pikiran akibat pengaruh lingkungan pada diri kita,  
  • juga hal tersebut menyiapkan aksi untuk waktu berikutnya.  
  • Ketika kita masuk ruangan, semua telah berada di tempat yang benar. 
          Orang mengira kita bekerja keras selalu membereskan rumah, padahal sesungguhnya kita sangat ingin waktu yang luang. 

          Mengapa? 

          Karena dengan cara tadi, kita banyak waktu untuk kegiatan lainnya seperti belajar dan menulis, atau kebiasaan baik lainnya. 

          Ada banyak cara untuk menyiapkan lingkungan kita sebaik mungkin sehingga apa-apa yang ada di situ bisa siap kita gunakan untuk belajar dan menulis. Seperti:

✓ Jika ingin rutin belajar dan menulis pada ketika tengah malam bangun tidur, siapkan buku khusus belajar dan menulis atau hp, tablet untuk belajar dan menulis, buku atau kitab sebagai referensi di dekat tempat kita istirahat. Jika perlu telah kita persiapkan kerangka tulisannya terlebih dahulu.

✓ Jika ingin membaca buku atau kitab setiap malam setelah shalat Isya sekembalinya dari masjid, maka siapkan buku atau kitab di rak mini atau di atas meja dekat pintu masuk rumah ketika kembali dari masjid.

✓ Jika ingin belajar atau menulis ide tulisan disela-sela kegiatan rutin kita, pasang alarm di gawai cerdas kita pada pukul yang kita maui. Itu sebagai pengingat, karena saking sibuknya kita, terkadang terlewat. Padahal dengan padatnya kegiatan rutin, justru banyak ide-ide yang muncul ketika itu.

✓ Jika ingin posting di blog atau channel pribadi setiap hari, pasang screen saver, wall paper ketika lock screen pada telpon pintar kita.

✓ Dan banyak lagi, kita bisa kembangkan kreativitas kita untuk memudahkan kita belajar dan menulis.

          Inilah, cara-cara sederhana untuk membuat kebiasaan belajar dan menulis berada di lintasan kehidupan kita dengan hambatan paling sedikit.

          Kitapun dapat membalik pedoman ini untuk menghilangkan kebiasaan sia-sia atau buruk yang sebetulnya bisa kita gunakan untuk kebiasaan belajar dan menulis. Misalkan:

          Kita mengulang kembali hal ini, karena memang telah menjadi kebiasaan sia-sia bahkan keburukan massal. Yaitu kebiasaan membuka ponsel cerdas kita tanpa alasan apa-apa, cuma ingin lihat-lihat saja. Jika ini kita lakukan hanya sehari sekali, atau bahkan seminggu sekali tidak akan berdampak apa-apa terhadap rutinitas kita. Akan tetapi jika dosisnya berlebihan, hampir setiap kesempatan luang buka hp tanpa tujuan yang jelas, maka jika dikalikan seminggu atau sebulan, ternyata kita telah memboroskan waktu kita. Yang sejatinya bisa dimanfaatkan untuk kebiasaan baik termasuk belajar dan menulis.

          Maka, jika situasinya memungkinkan,

Tahap pertama, kita bisa meninggalkan ponsel di ruangan lain sampai saat makan siang. Ketika ponsel di ruangan lain kita jarang memikirkannya. Akhirnya, kita mendapatkan 3 - 4 jam pada pagi hari untuk belajar dan menulis di laptop, misalnya tanpa interupsi.

Tahap kedua, jika meletakkan ponsel di ruangan lain masih memancing kita untuk membukanya, maka kita bisa minta seorang teman atau anggota keluarga kita untuk menyembunyikannya dalam beberapa jam. Minta mereka untuk melenyapkannya dari pandangan kita di pagi hari dan minta juga kepada mereka untuk mengembalikannya saat makan siang.

Bisa juga dengan cara, letakkan icon-icon aplikasi yang sering kita buka tanpa tujuan jelas - biasanya aplikasi medsos - dalam folder khusus atau di halaman ponsel tersembunyi kita.

Jika masih memudahkan kita membukanya, hapus aplikasi-aplikasi medsos dari ponsel kita dalam hitungan hari atau minggu, jika memang medsos-medsos itu sangat mendominasi ritme kehidupan kita tanpa arah yang jelas. Ketika kita butuh kembali, bisa kita unduh kembali yang memang agak "ribet" butuh waktu.

Atau minta tolong kepada teman atau anggota keluarga, untuk mereset password-password akun medsos kita. Pada waktu telah ditentukan - misalkan, 3 hari kemudian - teman atau anggota keluarga tersebut bisa mengirimkan password-password itu kepada kita.
  
Trik tersebut memang tak sanggup menghambat ketagihan kita terhadap medsos. Namun, setidaknya hambatan yang sedikit saja dapat menghasilkan perbedaan antara mempertahankan kebiasaan belajar dan menulis dan tak terjerembab pada kebiasaan sia-sia dan buruk.

         Kita bayangkan, akibat kumulatif dari membuat banyaknya hambatan kebiasaan buruk memudahkan kebaikan kebiasaan belajar dan menulis. Dalam jangka waktu lama, tentu sangat dahsyat.

         Begitu kebiasaan sia-sia atau buruk menjadi mustahil, kita mendapati sesungguhnya kita ternyata memang memiliki Motivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih bermakna. Setelah menghilangkan godaan psikis dari lingkungan kita, kebiasaan belajar dan menulis menjadi lebih mudah bagi kita.

         Kita harus selalu bertanya pada diri kita, 

"Bagaimana kita dapat mendesain dunia kita yang hanya berisi memudahkan perbuatan-perbuatan baik, belajar dan menulis?" 

         Kita musti dan tidak boleh tidak mendesain ulang kehidupan kita, supaya aksi-aksi yang penting untuk kebaikan belajar dan menulis adalah aksi-aksi yang paling mudah dikerjakan

***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#19 Mengurangi Hambatan-hambatan - Trik Manipulasi Kemampuan"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.