Widget HTML #1

#02 Al-Kalam (الْكَلَام)

Matan

dari Kitab Matan al-Ajurumiyah

الْكَلَام: هُوَ الْلَّفْظُ الْمُرَكَّبُ الْمُفِيْدُ بِالْوَضْعِ

          Kalam (kalimat) adalah

 lafazh yang tersusun yang (memberi faedah - ed.) berfaedah, dengan menggunakan asal peletakan bahasa Arab.

Penjelasan

dari At-Tuhfatus Saniyah bisyarhi al-Muqaddimati al-Ajurumiyah 

         Penulis telah berkata, dan beliau adalah Abu Abdillah bin Muhammad bin Dawud ash-Shanhaji dikenal dengan Ibnu Ajurum, yang lahir pada tahun 672 H, dam wafat pada tahun 723 H - rahimahullah.

          Ia berkata,  

الْكَلَام: هُوَ الْلَّفْظُ الْمُرَكَّبُ الْمُفِيْدُ بِالْوَضْعِ

          Dan, aku berkata لِلَفْظِ  ((الكلام)) memiliki dua makna: salah satunya secara bahasa dan kedua secara Ilmu Nahwu.

          Adapun, الكلام (al-kalam - ed.) secara bahasa adalah:

Ungkapan tentang apa-apa yang dihasilkan dengan sebab faidah (memberi manfaat - ed.), sama saja apakah (berbentuk) lafaz atau bukan, yaitu berbentuk semisal huruf, dan tulisan dan isyarat.¹

¹ Apabila ada orang berkata kepadamu, "Apakah engkau telah menghadirkan (membawakan) kepadaku kitab yang aku minta kitab tersebut darimu?" Maka engkau mengisyaratkan kepadanya dengan kepalanya dari atas ke bawah, maka diapun memahami bahwasanya engkau mengatakan kepadanya, "Ya."

Catatan: Bantahan, bahwa kalam bukan isyarat pada Al-Qur'an, Surat Maryam: 26.

          Sedangkan الكلام (al-kalam - ed.) secara Ilmu Nahwu adalah: Harus terkumpul di dalamnya empat perkara:

✓ pertama hendaknya ada lafaz, (الْلَّفْظ )

✓ dan yang kedua hendaknya tersusun, (الْمُرَكَّبُ)

✓ dan ketiga mufidah (memberi faedah - manfaat - ed.) (الْمُفِيْدُ)

✓ dan yang keempat hendaknya topik (perletakan - ed.) dengan sengaja menggunakan bahasa Arab.  (بِالْوَضْعِ)

          Dan, makna keberadaannya لَفْظاً (lafaz)

bahwa adanya suara yang terkandung atas sebagian huruf al-Hijaiyah yang dimulai dengan الألف "alif" dan diakhiri dengan الياء "ya" dan misalnya: ((أحمد)), dan ((يكتب)) dan ((سعيد)) ; bahwasanya setiap salah satu dari tiga kata tersebut dalam pengucapannya terjadi berupa suara yang terkandung atas empat huruf hijaiyah.

          Maka isyarat dan semisalnya tidak dikatakan sebagai "kalam" menurut Ahli Nahwu karena tidak disuarakan yang mengandung sebagian huruf.

          Sedangkan menurut Ahli Lughah (ahli bahasa), isyarat dinamakan "kalam" karena menghasilkan faedah (bisa difahami - ed.).

          Dan, makna keberadaannya مُرَكَباً (tersusun): bahwa hendaknya tersusun terdiri dua kata atau lebih

✓ Misalkan: ((مُحَمَّدٌ مُسَافِرٌ)) - Muhammad adalah seorang musafir (orang yang sedang mengadakan perjalanan jauh). 

✓ dan ((الْعِلْمُ نَافِعٌ)) - Ilmu adalah sesuatu yang bermanfaat.

✓ dan ((يَبْلُغُ الْمُجْتَحِدُ الْمَجْدَ)) - Seorang yang bersungguh-sungguh akan meraih kemuliaan.

✓ dan ((لِكُلِّ مُجْتَحِدٍ نَصِيْبٌ)) - Setiap orang yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan bagian (hasil yang baik).

✓ dan ((الْعِلْمُ خَيْرُ مَا تَسْعَى إِلَيْهِ)) - Ilmu adalah lebih baik dari apa yang engkau upayakan atasnya.

          Maka, pada semua ungkapan dari ungkapan-ungkapan tersebut, dinamakan "kalam", dan setiap ungkapan terdiri dari dua kata atau lebih.

          Maka, jika terdiri dari satu kata bukan dinamakan "kalam" di sisi Ulama Nahwu kecuali apabila bergabung dengan kata lain. 

✓ Sama saja, apakah kata yang tergabung itu tampak terlihat seperti contoh sebelumnya, 

✓ atau tak tampak, sebagaimana jika ada seseorang berkata kepadamu: مَنْ أَجُوْكَ؟ - "Siapakah saudaramu?" Maka, engkau menjawab: مُحَمَّدٌ - "Muhammad." Maka kata ini dianggap sebagai "kalam", dikarenakan ada kata yang tak tampak adalah: مُحَمَّدٌ أَخِي -"Muhammad adalah saudaraku." Jadi, di dalam ungkapan yang tak tampak tersebut sebetulnya tertulis terdiri dari tiga kata: (Muhammad) مُحَمَّدٌ  - (saudara) أَخٌ - (ku) ي.

          Dan makna, keberadaannya مُفِيْداً (memberi faedah - ed.) berfaedah adalah: 

bahwasanya diamnya pembicara itu baik atasnya, ketika pendengar tak tersisa untuk menunggu sesuatu (kalam - pembicaraan - ed.) lainnya lagi.

          Maka, seandainya engkau berkata: 
((إِذَا حَضَرَ الأستَاذ)) 
Jika al-Ustadz telah datang.

          Hal tersebut (susunan kata-kata tersebut - ed.) bukanlah dinamakan "kalam", meskipun bahwa (susunan kata - ed.) itu adalah lafaz yang tersusun terdiri dari tiga kata, oleh karena yang diajak berbicara sedang menunggu apa lagi yang akan engkau katakan kepadanya setelah dari apa yang ia simak (ikuti - pent.) atas (memahami - ed.) tentang "kehadiran ustadz".

          Sedangkan, jika engkau mengatakan, 
((إِذَا حَضَرَ الأستَاذ أَصَتَ التَّلاَمِيْذُ))  
Jika al-Ustadz telah hadir, para murid mendengarkan.

          Maka, jadilah kata-kata tersebut adalah "kalam" karena menghasilkan faedah (yang diajak berbicara memahami - ed.).

          Dan, makna keberadaannya موضوعاً بالوضع الهربيِّ :

Hendaknya lafaz-lafaz yang digunakan dalam "kalam" adalah dari lafaz-lafaz yang perletakannya dalam bahasa Arab untuk menunjukkan atas makna dari makna-makna. 

✓ Misal: ((حَضَرَ)) adalah kata yang perletakannya dalam bahasa Arab untuk suatu makna, yaitu; hasil kehadiran pada waktu yang lampau.

✓ Dan, kata ((مُحَمَّدٌ)) juga perletakannya dalam bahasa Arab untuk suatu makna, yaitu; zat seseorang yang bernama dengan nama tersebut.

          Maka, jika engkau mengatakan: ((حَضَرَ مُحَمَّدٌ)) itu telah menggunakan dua kata, yang mana setiap dari keduanya perletakannya dalam bahasa Arab.

          Lain halnya, jika engkau berbicara dengan "kalam" yang perletakannya dalam bahasa Ajam (selain bahasa Arab - ed.) seperti; bahasa Persia, bahasa Turki, bahasa Barbar, dan bahasa Perancis, maka sesungguhnya hal tersebut bukan dinamakan dalam kebiasaan Ulama Bahasa Arab dengan "kalam". Namun, meskipun hal itu, menurut Ahli Lughah (bahasa - pent.) lainnya adalah "kalam".

          Beberapa contoh untuk "kalam" yang memenuhi syarat-syaratnya:
a. الْجَوُّ صَحْوٌ - Cuaca cerah.
b. الْبُسْتَانُ مُثْمِرٌ - Kebun itu berbuah.
c. الْهِلاَلُ سَاطِعٌ - Bulan sabit itu terang.
d. الْسَّمَاءُ صَافِيَةٌ - Langit itu jernih.
e. يُضيءُ الْقَمَرُ لَيْلاً - Bulan itu bercahaya pada malam hari.
f. يَنْجَحُ الْمُجْتَهِدُ - Orang yang bersungguh-sungguh itu berhasil (sukses).
g. لاَ يُفْلِحُ الْكَسُولُ - Orang yang malas tak akan berhasil.
h. لاَ إلٰهَ إلاَّ اللّٰه - Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah.
i. مُحَمَّدٌ صَفْوَةُ الْمُرْسَلِينَ - Muhammad adalah pilihan dari para rasul.
j. اللّٰه رَبُّنَا - Allah adalah Rabb kita (kami).
k. مُحَمَّدٌ نَبِيُّنَا - Muhammad adalah Nabi kita (kami).

          Beberapa contoh untuk lafaz tunggal:
a. مُحَمَّدٌ - Muhammad  b. على - di atas  c. إِبْرَاهِيم - Ibrahim  d. قَامَ - telah berdiri  e. مِن - dari

          Bebeberapa contoh untuk yang tersusun tidak المفيد :
a. مَدِيْنَةُ الإِسْكَنْدَرِيَة - kota al-Iskandariyah
b. عَبْدُاللّٰه - Abdullah - hamba Allah
c. حَضْرَمَوْتُ - Hadramaut
d. لَوْ أَنْصَفَ الْنَاسُ - Seandainya manusia berlaku adil
e. إِذَا جَاءَ الْشِّتَاءُ - Bila musim dingin datang
f. مَهْمَا أَخْفَى الْمُرَاىِٔي - Apapun orang yang riya' menyembunyikan
g. إِنْ طَلَعَتِ الْشَّمْشُ - Jika matahari terbit

          Pertanyaan-pertanyaan atas apa yang telah lewat (latihan soal):
a. مَا هُوَ الْكَلاَمُ؟ - Apakah kalam itu?
b. مَا مَعْنَى كَوْنُهُ لَفْظاً؟ - Apakah makna keberadaan "lafzhon"?
c. مَا مَعْنَى كَوْنُهُ مُفِيْداً؟ - Apakah makna keberadaan "mufidan"?
d. مَا مَعْنَى كَوْنُهُ مُرَكَّباً؟ - Apakah makna keberadaan "murakkaban"?
e. مَا مَعْنَى كَوْنُهُ مَوْضُوْعاً بِالْوَضْعِ الْعَرَبِي؟ - Apakah makna keberadaan "maudhu'an bil wadh'i al- 'Arabi"?
f. مَثِّلْ بِخَمْسَةِ أَثِلَةِ لِمَا يُسَمَى عِنْدَ الْنُحَاةِ كَلاَماً - Berilah contoh-contoh terhadap apa yang dinamakan di sisi Ahli Nahwu dengan "kalam"!

Penyempurna

dari Kitab Mutammimah Al-Ajurumiyyah

وَ أقَلُّ مَا يَتَألَّفُ مِنْ: اسْمَيْنِ، نَحْوُ: (زَيْدٌ قَا ىٔمٌأوْ مِنْ فِعْلٍ وَ اسْمٍ، نَحْوُ: (قَامَ زَيْدٌ).

          Kalam (kalimat) adalah: 

lafazh yang tersusun yang (memberi faedah - ed.) berfaedah, dengan menggunakan asal peletakan bahasa Arab. 

Dan, yang paling sedikit terdiri dari dua isim, contoh: 

a. زَيْدٌ قَاىٔمٌ - Zaid berdiri.

         Atau terdiri dari fi'il dan isim, contoh: 

b. قَامَ زَيْدٌ - Zaid telah berdiri.       

Sumber:
✓ Kitab Matan al-Ajurumiyah - Abu Abdillah bin Muhammad bin Dawud ash-Shanhaji
✓ At-Tuhfatus Saniyah bisyarhi al-Muqaddimati al-Ajurumiyah karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid
✓ Kitab Mutammimah Al-Ajurumiyyah - Asy-Syaikh Muhammad bin Muhammad ar-Raini
✓ Buku terjemahan - Mutammimah Al-Ajurumiyyah.
✓ Kajian Nahwu Mutammimah Al-Ajurumiyyah - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
 
***

Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa


Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#02 Al-Kalam (الْكَلَام)"


Tanya - Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.